Bikin Ngakak! Pria Ini Sindir Pemda dengan "Menyelam" di Tengah Banjir Jalan Raya

Pria ini protes ke Pemda dengan cara unik: Menyelam di jalanan banjir. Ini aksinya!

FACEBOOK/PUTU SUDARIMBAWA
Putu Sudarimbawa saat melakukan aksi diving di tengah Jalan Raya Singaraja-Gilimanuk, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng yang tergenang banjir, Rabu (25/1/2017) 

BATAM. TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA-Apa yang dilakukan oleh Putu Sudarimbawa ini tidak pernah dilakukan sebelumnya. Pria tersebut melakukan protes dengan cara nyeleneh.

Dengan membawa tabung oksigen dan kacamata renang, Sudarimbawa "menyelam" di Jalan Raya Singaraja-Gilimanuk, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali. Waktu itu jalan tersebut terendam banjir seusai diguyur hujan deras. Foto "penyelamannya" itu diunggah di Facebook pada Rabu (25/1/2017) dan menjadi viral di media sosial.

Sudarimbawa mengatakan bahwa ia sengaja melakukan itu sebagai protes karena Desa Pemuteran sebagai satu desa pariwisata di Buleleng selalu menjadi langganan banjir ketika musim hujan tetapi sampai kini belum ada solusi.

"Saya pernah bicara sama kepala desa, katanya dananya sudah terealisasi tetapi gak digarap-garap sampai sekarang sudah berapa bulan itu belum pasti,” kata Sudarimbawa seperti dikutip Tribun Bali, Jumat (27/1/2017).

Menanggapi itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Buleleng Ketut Suparta Wijaya mengatakan bahwa penanganan permasalahan banjir di Desa Pemuteran ada pada Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Pemkab Buleleng melalui Dinas PU hanya sebatas memfasilitasi.

Dari koordinasi terakhir dengan Dinas PU, BWS Bali-Penida sudah siap menganggulangi permasalahan banjir di desa itu dengan membuat alur sungai yang mengalir dari hulu ke hilir.

Pada Selasa (24/1/2017) lalu, tim dari BWS bersama Dinas PU dan aparat desa telah turun ke desa itu untuk menandai lahan yang rencananya akan digunakan sebagai aliran sungai.

"Kita ambil konsep seperti penanganan banjir di Celukan Bawang. Intinya sekali nanti di hulu dibuatkan bangunan pengendali sedimen, karena untuk meminimalisasi sedimen yang akan kita alirkan ke laut, karena di sana ada terumbu karang, nanti kita minimalisasi sedimennya. Tapi yang pasti nanti alirannya dialirkan ke laut," ujar Suparta Wijaya.

Menurut dia, aliran sungai yang akan dibuat membutuhkan luas lahan sepanjang 1.000 meter. Adapun lahan yang dibutuhkan untuk pembuatan sistem penanggulangan banjir itu seluas 50 are.

Lahan yang dibutuhkan itu statusnya tanah milik masyarakat. Kini mereka sedang berupaya membebaskan lahan itu.

"Kata kuncinya sebenarnya ada pada partisipasi masyarakat, ini kan menyangkut pembebasan lahan dan butuh kerelaan masyarakat untuk melepas tanahnya. Kalau tanpa itu omong kosong, gak mungkin. BWS sudah siap kok dengan anggarannya," katanya.

Pembuatan aliran sungai baru ini rencana akan menggunakan APBN 2017 yang sudah disiapkan. Namun, Suparta belum dapat memastikan berapa besaran anggaran yang akan dibutuhkan.

"Ini dibiayai dari APBN, nanti berapa anggarannya BWS yang tahu karena itu kewenangan pemerintah pusat. Kita fasilitasi saja karena bukan kewenangan pemkab. Kata kuncinya ada di lahan sekarang," ujarnya.

Ia tidak menampik bahwa pembebasan lahan menjadi satu kendala dalam penanganan banjir di Pemuteran karena lahan yang akan digunakan hampir seluruhnya berstatus milik warga. Lahan di sisi utara sampai menuju pantai kini telah digunakan untuk bangunan restoran.

"Yang agak sulit kan di hilir, yang di jalan nasional ke utara karena banyak restoran di sana," ucapnya.

Ia mengatakan bahwa warga yang lahannya akan dibebaskan masih menyambut baik rencananya. Kini langkah awal yang dilakukan untuk merealisasikan itu adalah dengan menandai mana saja tanah yang rencananya akan dijadikan aliran sungai. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved