Walau Donald Trump Mengancam, PBB Tetap Menentang Keputusan AS Soal Yerusalem
Sidang Majelis Umum PBB di New York menolak dukungan Amerika Serikat yang akan memindahkan ibukota Israel ke Yerusalem.
TRIBUNBATAM.id, NEW YORK - Sidang Majelis Umum PBB di New York menolak dukungan Amerika Serikat yang akan memindahkan ibukota Israel ke Yerusalem.
Hasil penghitungan suara pada sidang umum, Kamis (21/12/2017) atau Jumat dinihari WIB, 128 negara mendukung resolusi, sembilan menentang, dan 36 memilih abstain, demikian laporan BBC.
Majelis Umum PBB sudah melakukan penghitungan suara atas resolusi yang mendesak Amerika Serikat menarik keputusan yang menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Sehari sebelumnya, Presiden Donald Trump mengeluarkan ancaman akan memutus bantuan keuangan bagi negara-negara yang menentang keputusannya tersebut.
Baca: PBB Rancang Resolusi Soal Yerusalem, AS Justru Keluarkan Vetonya. Negara-Negara Arab pun Lakukan Ini
Baca: Dukung Resolusi PBB Terkait Yerussalem? Donald Trump Ancam Akan Lakukan Ini
Baca: Majelis Umum PBB Agendakan Voting atas Polemik Wacana Ibu Kota Yerusalem
Baca: Kepergok Pegang Gelas Kayak Anak Kecil Saat Pidato Yerusalem, Donald Trump Dituding Berpenyakit Ini
Namun, ancaman tersebut tidak membuat negara-negara tersebut, termasuk Indonesia bergeming.
Di tingkat Dewan Keamanan PBB, Amerika Serikat sudah memveto rancangan resolusi yang menolak keputusan Presiden Donald Trump tersebut.
Dalam sidang DK PBB awal pekan ini, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley mengatakan bahwa draf resolusi tersebut merupakan "penghinaan".
Awal bulan ini Trump menyatakan Yerusalem adalah ibu kota Israel, walau sejak awal sudah dikecam dunia internasional dan belakangan memicu aksi unjuk rasa di sejumlah tempat.
Nikki Haley sudah memperingatkan negara anggota PBB bahwa Presiden Trump memintanya untuk melaporkan 'siapa yang menentang kita'.
Rabu lalu, Presiden Trump mengeluarkan ancaman atas negara-negara yang akan menentang mereka saat penghitungan suara di Majelis Umum PBB ini.
"Mereka mengambil jutaan dolar dan bahkan miliaran dolar dan mereka memberi suara yang menentang kita," katanya kepada para wartawan di Gedung Putih.
"Biarkan mereka bersuara menentang kita. Kita akan menghemat banyak. Kita tidak perduli."
