Perang Dagang As dan Cina

Heboh! Jika Perang Dagang Terjadi Antara Amerika vs Eropa-China, Inilah Mata Uang Diuntungkan!

Mengejutkan! Inilah mata uang diuntungkan dan paling dirugikan jika perang dagang Amerika vs Eropa-China terjadi! Bagaimana dolar Singapura?

AFP/SOUTHMOURNINGPOST
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping 

TRIBUNBATAM.ID, JAKARTA-Pasar valuta sedang mengamati beberapa mata uang yang kemungkinan akan terpengaruh perang dagang.

Ketika pasar mengkhawatirkan efek penerapan tarif impor baja dan aluminium oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump serta kemungkinan pembalasan oleh China, pasar uang tampaknya belum banyak terpengaruh.

Hari ini, para menteri keuangan negara G20 akan bertemu. Pasar mata uang pun menunggu apakah diplomasi negara-negara ini bisa memecahkan masalah antara AS dan negara-negara lain. Mata uang biasanya sangat terpengaruh dengan kebijakan dagang

Perang dagang makin panas, AS membidik US$ 60 miliar dari impor produk China. Misalnya saat pemerintahan Presiden Barack Obama menaikkan tarif impor baja China pada Mei 2016, indeks dollar turun lebih dari 2 persen dalam sebulan.

Begitu pun ketika Presiden George Bush menaikkan tarif impor baja untuk Uni Eropa pada Maret 2002. Nilai tukar dollar AS anjlok 6 persen dalam tiga bulan.

Kontroversi dagang teranyar Trump muncul di tengah volatilitas mata uang global yang mereda pada Februari lalu. Menurut perhitungan volatilitas Deutsche Bank, volatilitas mata uang berada di titik terendah dalam beberapa bulan hingga Februari lalu.

Alhasil, kini investor menunggu tanda-tanda peringatan di pasar valuta. Beberapa valuta telah bergerak seiring ancaman dagang. Mata uang dollar Kanada melemah. Nilai tukar yen menguat terbatas, karena yen telah menguat hingga 6 % terhadap dollar sejak awal tahun ini.

"Omongan soal perang dagang saat ini ya, memang hanya omongan. Sulit menghitung efeknya ketika pasar seolah mengacuhkannya," kata Russel Silberston, currencies manager Investec Asset Management yang mengelola sekitar US$ 140 miliar aset.

Silberston menambahkan, pasar uang belum menampakkan tanda-tanda terpengaruh. "Jangan salah, pasar uang menghitung prospek perang dagang ini sebagai risiko," kata dia kepada Reuters.

Efek perang dagang terhadap mata uang akan signifikan karena volatilitas yang rendah sebelumnya mendorong investor mengambil strategi risiko tinggi. Posisi spekulasi pada mata uang emerging market berada di titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

"Saya masih kagum karena tidak ada reaksi di mata uang Asia. Tampaknya mata uang kawasan ini menunggu pembalasan China," kata Richard Benson, co-head portfolio investment Millenium Global, perusahaan currency investment manager di London.

Benson mengatakan, mata uang Asia yang saat ini berada di kisaran tertinggi dalam beberapa tahun terakhir pun belum terpengaruh. Dia menilai, risiko terbesar perang dagang akan menghadang mata uang eksportir besar Asia, termasuk won Korea Selatan, dollar Taiwan, dollar Australia, dan dollar Singapura.

Won dan dollar Singapura saat ini diperdagangkan di sekitar level tertinggi terhadap dollar AS dalam tiga tahun terakhir.

Tak cuma mata uang Asia, Eropa pun berpeluang tertekan. Krone Swedia menghadapi masa-masa sulit. ING menyebut, Swedia merupakan negara dengan ekonomi paling terbuka kedua dalam kelompok G10, negara paling kaya berdasarkan rasio perdagangan dan PDB.

Sedangkan menurut Bank of America Merrill Lynch, dollar Kanada paling berpeluang tertekan. Di sisi lain, dollar AS dan dollar Selandia Baru pun rentan. Sementara euro dan swis franc berpeluang menguat.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved