Heboh! Pendiri WhatsApp Ajak Netizen untuk Hapus Facebook! Inikah Pemicunya?

Facebook tengah dilanda badai krisis kepercayaan setelah 50 juta data akun penggunanya dinyatakan bocor ke pihak yang tidak berhak

zoom-inlihat foto Heboh! Pendiri WhatsApp Ajak Netizen untuk Hapus Facebook! Inikah Pemicunya?
Tribunnews Batam / Istimewa /AP/Paul Sakuma
Facebook CEO, Mark Zuckerberg

TRIBUNBATAM.ID-Facebook tengah dilanda badai krisis kepercayaan setelah 50 juta data akun penggunanya dinyatakan bocor ke pihak yang tidak berhak.

Skandal ini mendapat perhatian banyak pihak, salah satunya mantan pendiri WhatsApp yang menyerukan ajakan "menghapus Facebook". Melalui akun Twitter-nya, Brian Acton menuliskan tagar #DeleteFacebook (hapus Facebook).

Kemudian tagar tersebut dibicarakan dan di-retweet oleh lebih dari 1.800 pengguna Twitter. Brian Acton adalah salah satu pendiri WhatsApp yang bekerja bersama Jan Koum mengembangkan aplikasi ini.

Baca: Kasus Perceraian Keduanya Bikin Heboh! Setelah Rujuk Dengan Mantan Suami, Penampilannya Mengagetkan!

Baca: Heboh! Kode Juara Indonesian Idol Bocor? Armand Maulana Singgung Suara BCL! Ada Apa?

Baca: Jangan Remehkan Sopir! Pasukan Menakutkan Nazi Jerman, SS Ternyata Bentukan Sopir Pribadi Hitler!

Baca: Malas Dengan Grup yang Berisik! Begini Cara Keluar dari Grup Whatsapp Tanpa Ketahuan!

Brian sempat bekerja selama kurang lebih empat tahun setelah WhatsApp diakuisisi oleh Facebook. Ia kemudian meninggalkan Facebook dan mendirikan aplikasi pesan instan melalui Signal Foundation sekitar enam bulan lalu.

Dilansir KompasTekno dari Cnet, Rabu (21/3/2018), pria yang dikenal telah lama berkecimpung di bidang enkripsi dan privasi data ini tidak menjelaskan secara rinci alasannya menuliskan tagar tersebut.

Meski sangat jelas, tagar ini berhubungan dengan skandal bocornya 50 juta data pengguna Facebook. Publik memang tengah menyoroti masalah keamanan data pengguna Facebook.

Pasalnya keamanan privasi ini selalu menjadi isu yang hangat dan terus digembar-gemborkan di era serba digital ini. Beberapa hari lalu terungkap ada sebanyak 50 juta data personal pengguna Facebook dicuri dan disimpan oleh firma analisis data, Cambridge Analytica.

Bukan cuma itu, data pengguna Facebook juga ada dalam arsip Strategic Communications Laboratories (SCL). Keduanya adalah perusahaan yang saling berafiliasi.

Gambar yang diambil pada 20 November 2017 ini menunjukkan logo Facebook, layanan media sosial yang berbasis di Amerika Serikat
Gambar yang diambil pada 20 November 2017 ini menunjukkan logo Facebook, layanan media sosial yang berbasis di Amerika Serikat (Kompas.com/AFP PHOTO/LOIC VENANCE)

Dikutip dari Bloomberg, pendiri Facebook Mark Zuckerberg mengatakan Cambridge Analytica mendapat data tersebut melalui pengembang aplikasi pihak ketiga.

Perusahaan pihak ketiga tersebut memanen data dari 50 juta pengguna tanpa izin. Dari 50 juta data pengguna Facebook yang berceceran di tangan pihak ketiga, 30 juta di antaranya sudah lengkap untuk memetakan seseorang.

Jika sudah begitu, privasi pengguna tak lagi menjadi privasi. Karena skandal ini, saham Facebook dilaporkan anjlok 6,77 persen setelah informasi kebocoran tersebut beredar.

Nilai valuasi perusahaan pun turun hingga 36 miliar dollar AS (setara dengan Rp 495 triliun) seiring dengan kekhawatiran investor atas kasus kebocoran data yang menimpa Facebook.

Salah satu pendiri WhatsApp, Brian Acton, saat berbincang santai di Start X, Palo Alto, California, AS, Rabu (4/6/2014) waktu setempat
Salah satu pendiri WhatsApp, Brian Acton, saat berbincang santai di Start X, Palo Alto, California, AS, Rabu (4/6/2014) waktu setempat (Startx/Paul Sakuma)

(CNET)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved