Malu Disebut Generasi Micin Berotak Lemot? Baca Dulu Sejarah dan Kontroversinya
Belakangan, kita kerap mendengar ucapan "kebanyakan micin", "butuh asupan micin," atau " generasi micin."
TRIBUNBATAM.ID - Penyedap rasa atau micin atau juga monosodium L-glutamate (MSG) menjadi bagian penting dari pengolahan makanan di masyarakat.
Penyedap rasa ini sudah umum dikenal masyarakat Indonesia.
Belakangan, kita kerap mendengar ucapan "kebanyakan micin", "butuh asupan micin," atau " generasi micin."
Ungkapan itu membuktikan bahwa micin, vetsin, atau MSG memang lekat dengan kehidupan sehari-hari orang Indonesia.
Baca: Dua Paket Spesial bagi Pelanggan. Polisi Ungkap Tarif PSK di Apartemen Kalibata City
Baca: Masukkan Garam Saat Gunakan Mesin Cuci. Kamu Akan Terkejut Melihat Yang Terjadi. Dahsyat!
Baca: Tidak Bisa Sembarangan. Begini Teknik Memasak Mi Instan Agar Lebih Sehat
Namun, tahukah Anda sejarah penemuan dan kisah panjang kontroversinya dalam dunia ilmu pengetahuan?
Sejarah Micin
Penemuan micin tidak bisa dilepaskan dari Kikunae Ikeda, seorang ahli kimia Jepang yang menciptakannya.
Mulanya, Ikeda yang sedang berhadapan dengan semangkuk sop rumput laut bertanya-tanya, apa yang membuat dashi, sebuah kaldu standar untuk beberapa makanan di Jepang, rasa yang kaya?
Dashi sendiri, dalam makanan Jepang, terbuat dari fermentasi rebusan rumput laut dan ikan kering.
Kaldu ini sering digunakan oleh koki untuk menambah cita rasa makanan, yaitu rasa gurih pada makanan tak berdaging
Untuk beberapa alasan yang sulit dijelaskan, dashi membuat makanan terasa enak.
Hal inilah yang kemudian membuat Ikeda ingin mencari tahu alasan di baliknya.