Israel Lancarkan Puluhan Serangan di Gaza dan Picu Pertempuran Terbesar
Militer Israel melakukan puluhan serangan udara di Gaza sebagai balasan atas aksi serangan roket dan mortir dari jalur Gaza.
TRIBUNBATAM.id, GAZA CITY - Militer Israel melakukan puluhan serangan udara di Gaza sebagai balasan atas aksi serangan roket dan mortir dari jalur Gaza.
Bahkan serangan tersebut menjadikannya sebagai pertempuran terbesar antara kedua pihak sejak perang 2014.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan, lebih dari 35 serangan udara yang menargetkan kelompok Hamas dan Jihad Islam.
Mereka mengatakan, serangan Israel dilakukan setelah sekitar 70 roket dan mortir ditembakkan ke wilayah Israel pada Selasa (29/5/2018) pagi.
Jihad Islam merupakan kelompok bersenjata terbesar kedua di Gaza setelah Hamas, yang mengontrol daerah kantong.
Setidaknya, ada 25 proyektil yang dihalau oleh sistem pertahanan Israel.
Sementara, jet tempur Israel menyerang 7 lokasi keberadaan Hamas dan Jihad Islam, termasuk enam area gabungan militer, gudang amunisi, pasukan angkatan laut, dan markas dari teror.
Pada Selasa (29/5/2018) malam, juru bicara kelompok Jihad menyampaikan, kesepakatan gencatan senjata telah dicapai untuk memulihkan ketenangan.
Namun, tentara Israel menolak mengomentari klaim tersebut.
Laporan media di Arab menyebutkan, perjanjian gencatan sentaja itu dimediasi oleh Mesir.
Baca: Israel Bikin Aturan, Siapapun Rekam Aksi Tentaranya akan Dipenjara 5 Tahun. Begini Reaksi Lawannya
Baca: Serangan Israel Lukai 3.000-an Warga Palestina. Turki Hendak Beri Bantuan tapi Dihalangi Israel
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji akan memberi tanggapan yang keras atas serangan mortir dari Gaza.
"IDF akan menanggapi serangan-serangan ini dengan kuat," katanya. Militer Israel menyatakan, tiga tentaranya terluka akibat serangan dari Gaza.
"Mereka memiliki kemampuan, kendali dan kekuatan untuk meningkatkan atau untuk meredakan situasi," kata juru bicara militer Jonathan Conricus.
Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan perlawanan untuk membela hak rakyat.
"Pendudukan Israel memikul tanggung jawab penuh atas eskalasi yang akan datang," tulisnya.