Gegerkan Gunungkidul, Anak Sapi Berkaki Dua Lahir di Ngawen
"Pedhet (anak sapi) lahir pada Selasa, pada Rabu pagi dipindahkan keluar kandang, kalau di kandang kondisi kotor dan sulit untuk merawatnya," katanya
TRIBUNBATAM.id, GUNUNGKIDUL - Kejadian unik kembali terjadi di Kabupaten Gunungkidul.
Warga Padukuhan Randusari RT 03 RW 02, Desa Watusigar, Kecamatan Ngawen dibuat terkejut dengan lahirnya sapi berkaki dua lahir pada Selasa malam (8/1/2019).
Sapi tersebut lahir dari indukan normal.
Baca: Ular Piton 4 Meter Lilit Ibu dan Anak di Gunung Kidul, Sampai Terluka Saat Berjuang Melepaskan Diri
Baca: Buka Cabang ke-17 di Sukajadi, Holland Bakery Beri Diskon 20 Persen All Item Selama Seminggu
Baca: Orang Terkaya Dunia Sepakat Bercerai, Begini Perkiraan Pembagian Harta Gono Gini Jeff Bezos
Baca: LOWONGAN KERJA BUMN 2019 - Bulog Butuh Lulusan SMK & S1, Bisa Daftar Lewat Online Hingga 13 Januari
Samiyem, pemilik sapi tersebut, tak menyangka sapi peliharaannya akan melahirkan dengan kondisi tidak sempurna.
"Pedhet (anak sapi) lahir pada Selasa dan pada Rabu pagi dipindahkan keluar kandang, kalau di kandang kondisi kotor dan sulit untuk merawatnya," katanya pada Tribunjogja.com, Kamis (10/1/2019).
Samiyem mengatakan, saat anak sapi tersebut belum lahir, kondisi indukan dalam keadaan normal.
Bahkan perhitungan hamil menurutnya juga normal yaitu 10 bulan.
"Ya kalau sapi telat-telatnya itu 10 hari, anak sapi tersebut di dalam perutnya selama 10 bulan tidak telat saat lahir. Pas lahir itu pedhet sempat ngesot-ngesot hampir jatuh dari kandang," ujarnya.
Ia mengatakan, kondisi anak sapi tersebut saat ini sehat.
Tetapi anak sapi masih belum mau untuk makan rumput, hanya minum air susu dari induknya.
Namun untuk berdiri saja anak sapi tersebut masih kesulitan.
"Satu-satunya cara harus memeras susu dari induknya lalu diberikan di sebuah ember, dari ember itu baru dipindah ke dalam dot bayi. Tadi pagi saja sudah menghabiskan lima botol dot pedhet itu," ujarnya.
Samiyem mengatakan, dirinya akan menjual anak sapi yang terlahir cacat tersebut lantaran kesulitan untuk merawatnya karena membutuhkan perlakuan khusus.
"Saya dan suami sudah tua sulit untuk merawat karena harus memeraskan susu padahal setiap harinya minum susu tiga kali sehari. Saat ini masih meminta bantuan tetangga untuk merawat pedhet ini," ujarnya.
Sementara itu seorang tetangga, Paimin, mengatakan ia pertama kali mendengar kabar adanya sapi berkaki dua ketika dirinya pergi ke pasar.