Begini Cara Tasawuf Underground Rangkul Anak Jalanan dan Punk, Dari Belajar Sholat Hingga Mengaji
“Saya memposting kalimat-kalimat hikmat, ajaran-ajaran Islam tentang tasawuf, ilmu batin dan syariat,” kata Halim saat ditemui TribunJakarta.com di bi
TRIBUNBATAM.id - Apa yang ada di benak Anda ketika melihat satu apalagi sekumpulan anak punk di dekat Anda?
Perasaan takut atau was-was rasanya merupakan pikiran yang paling umum muncul dalam situasi tersebut.
Ya, dengan penampilan 'gelap', badan penuh tato, tak jarang piercing di banyak bagian tubuh, pakaian sobek-sobek, serta, yang paling ikonik, rambut tegak tinggi seperti jarum, membuat anak punk punya kesan mengerikan.
Namun, apa jadinya jika Anda melihat anak-anak punk ini justru sedang mendalami agama, mereka mengaji?
Terasa aneh? Tapi pada kenyataannya itulah yang terjadi pada komunitas Tasawuf Undergroud yang diinisiasi oleh Halim Ambiya.
• Tips Make Up Tahan Lama Saat acara Padat di Bulan Ramadhan, Ikuti Langkah-langkah Ini
• Dalam Kondisi Berpuasa, Ajang Latihan Perang Tingkat Dunia Pernah Gemparkan Pasukan Marinir RI
• Dua Jam Dikejar Warga, Sempat Jatuh dari Motor, Dua Pelaku Jambret Ini Akhirnya Menyerah
• BERITA PERSIB - Rene Mihelic Langsung Latihan, Ezechiel Latihan Terpisah. Formasi Persib Berubah
Seperti, kerisauan Halim Ambiya (45) melihat minimnya pendidikan agama terhadap anak-anak punk dan jalanan membuatnya tergerak untuk turun tangan.
Ia pun mendirikan Komunitas Tasawuf Underground pada 2012 lalu.
“Saya memposting kalimat-kalimat hikmat, ajaran-ajaran Islam tentang tasawuf, ilmu batin dan syariat,” kata Halim saat ditemui TribunJakarta.com di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (23/3/2019).
Halim melihat respons pengikutnya di media sosial cukup banyak.
Akan tetapi, ia merasa saat itu orang-orang belajar agama secara sembunyi-sembunyi.
“Mereka baca postingan saya di bus, mobil, kantor, dan sebagainya. Hal-hal yang tidak bisa mereka dapatkan dengan mudah di pesantren atau sekolah, karena kebanyakan memang dari Kitab Kuning,” ujarnya.
Dari situlah ia memahami bahwa pendidikan agama tidak bisa kalau hanya didekati dari dunia maya.
Sebab, menurutnya, pendidikan agama di dunia maya menjadi tidak terjangkau, terlalu melangit, dan tidak membumi.

Maka sejak tiga tahun lalu, Halim dibantu rekan-rekannya di komunitas memutuskan untuk terjun langsung menjangkau anak punk dan jalanan.
Awalnya bukan di kolong jembatan layang Tebet, tapi di bilangan Ciputat, Tangerang Selatan.