PM Malaysia Mahathir Mohamad Gagas Mata Uang Bersama di Asia Timur, Harga Emas Jadi Patokan
Mahathir mengatakan, mata uang bersama dapat digunakan untuk transaksi ekspor dan impor, tetapi tidak akan digunakan untuk transaksi domestik
TRIBUNBATAM.id, KUALA LUMPUR - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memperdebatkan gagasan mata uang untuk perdagangan bersama di Asia Timur untuk dipatok dengan patokan emas.
Mahathir mengatakan, mata uang bersama yang diusulkan ini dapat digunakan untuk transaksi ekspor dan impor, tetapi tidak akan digunakan untuk transaksi domestik.
"Di Asia Timur, jika Anda ingin bersama-sama, kita harus mulai dengan mata uang perdagangan bersama, bukan untuk digunakan secara lokal tetapi untuk penyelesaian perdagangan," ujarnya pada konferensi Nikkei Future of Asia di Tokyo, seperti dikutip dari kontan.co.id, Kamis (30/5/2019).
"Mata uang yang kami usulkan harus didasarkan pada emas, karena emas jauh lebih stabil."
Dia mengatakan, di bawah sistem valuta asing saat ini, mata uang lokal dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan dimanipulasi.
• Hi, Aplikasi Chating Buatan Indonesia, Bisa Dibandingkan dengan WhatsApp, Sudah Coba?
• Persebaya Surabaya vs PSIS Semarang Live Indosiar Jam 20.30 WIB, Head to Head dan Prakiraan Pemain
• Chelsea Juara Liga Europa 2018-2019, Maurizio Sarri Paling Bahagia, Inilah Gelar Pertamanya
• 60 Ucapan Selamat Idul Fitri yang Bisa Kamu Share di IG, Facebook & WA, Pilih yang Paling Menyentuh
Sayangnya ia tak merinci bagaimana bentuk manipulasinya.
Mahathir telah lama menjadi kritikus perdagangan mata uang dan pernah menuduh miliarder George Soros bertaruh melawan mata uang Asia.
Selama krisis keuangan Asia, Mahathir mematok mata uang ringgit sebesar 3,8 terhadap dollar dan memberlakukan kontrol modal.
Namun aturan ini dihapus pada tahun 2005. (*)

Perang dagang China vs AS dinyalir merembet ke Asean, AS pantau mata uang Malaysia, Singapura, dan Vietnam.
Amerika Serikat (AS) memasukkan mata uang Malaysia, Singapura, dan Vietnam ke dalam daftar mata uang yang dipantaunya.
Sebab, ketiga mata uang tersebut diduga melakukan praktik yang tidak adil.
Singkatnya, pemerintah AS menduga ketiga mata uang tersebut dimanipulasi oleh otoritas setempat.
• Harga Huawei P30 Pro Dikabarkan Turun 90 Persen Imbas Perang Dagang, Cek Harganya di Batam
• Efek Perang Dagang China vs Amerika Serikat, BI Rate Diprediksi Bakal Naik
• Selain Persib Bandung, PSM Makasar dan Tira Persikabo Belum Kebobolan Sampai Pekan Ke-3 Liga 1 2019
• Tagar Doa Untuk Bu Ani Yudhoyono Mendadak Muncul, Begini Kondisinya Sekarang
Selain itu, pemerintah AS juga mengategorikan mata uang 9 negara, termasuk China, Jepang, Jerman, dan Korea Selatan ke dalam daftar yang memerlukan perhatian khusus.
Namun demikian, seperti dilansir dari South China Morning Post, Kamis (30/5/2019), tidak ada satupun dari 9 negara tersebut yang dianggap manipulator mata uang.