BATAM TERKINI
Hanya Serang Sapi Bali, Simak Gejala Penyakit Jembrana dan Septicemia Epizootica
Pemeriksanaan kesehatan tambahan hanya berlaku khusus untuk sapi Bali, karena rentan terkena penyakit Jembrana dan Septicemia Epizootica.
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Peternak sapi di Batam, tepatnya di peternakan hewan Sei Temiang, Kelurahan Tanjungriau, Kecamatan Sekupang, Kota Batam, Provinsi Kepri mengeluhkan mahalnya biaya pemeriksanaan tambahan kesehatan sapi. Pasalnya hal tersebut berimbas terhadap harga penjualan.
Pemeriksanaan kesehatan tambahan hanya berlaku khusus untuk sapi Bali, karena rentan terkena penyakit Jembrana dan Septicemia Epizootica.
Harga sapi Bali dari daerah asal paling mahal dibeli oleh peternak di Batam, dalam kisaran Rp 11 juta.
Namun sampai di Batam, peternak menjual sapi Bali di kisaran Rp 15 juta sampai Rp 25 juta.
"Harga naik karena terkena biaya pengiriman, pemeriksaan kesehatan, karantina dan pemeriksaan kesehatan tambahan khusus penyakit Jembrana dan Septicemia Epizootica," kata Habib Saefuddin, Pemilik kandang hewan Habib Aqiqah Batam.
Penyakit Jembrana dan Septicemia Epizootica, hanya menyerang sapi Bali, sementara untuk jenis sapi Limosin dan Simetal penyakit tersebut tidak ada.
Yang dikeluhkan Peternak di Sei Temiang Batam, Pemeriksaan Jembrana dan Septicemia Epizootica, dilakukan di setiap Provinsi.
• Sapi Bali Harga Mulai Rp 15 Jutaan, Kurban 2019 Warga Batam Lebih Minati Sapi
• Limbah Plastik Segera Dire-ekspor Minggu Ini
• Kantor Dishub Kepri Dijaga Polisi Bersenjata Lengkap, Lihat Foto-fotonya
"Jadi kalau kita beli sapi dari Bali, maka pemeriksaan Jembrana dan Septicemia Epizootica, akan dilakukan disetiap provinsi yang dilewati. Ini sangat membebani peternak,"kata Habib.
Tambahan biaya pemeriksaan tersebut membuat para peternak harus menjual harga Sapi bali lebih mahal.
Gejala penyakit Jembrana dan Septicemia Epizootica antara lain, seperti kondisi tubuh lesu dan lemah, suhu tubuh meningkat dengan cepat diatas 41ºC, tubuh gemetar, mata sayu dan berair.
Selaput lendir mata hiperemik (kemerahan), nafsu makan, memamah biak, gerak rumen dan usus menurun sampai hilang disertai konstipasi.
Pada bentuk busung, terjadi busung pada kepala, tenggorokan, leher bagian bawah, gelambir dan kadang - kadang pada kaki muka.
Derajat kematian bentuk ini dapat mencapai 90 % dan berlangsung cepat (3 hari – 1 minggu).
Sebelum mati, hewan terlihat mengalami gangguan pernapasan, sesak napas (dyspneu), suara ngorok dengan gigi gemeretak. Setelah mati, dari mulut kerbau itu keluar cairan seperti air ludah dan penyebarannya sangat cepat ke ternak kerbau lainnya
Pada bentuk pektoral, tanda tanda bronchopnemoni lebih menonjol. Mula mula bentuk kering dan nyeri diikuti keluarnya ingus, pernapasan cepat dan susah. Pada bentuk ini proses penyakit berlangsung lebih lama (1 – 3 minggu).
Penyakit yang berjalan kronis, hewan menjadi kurus dan sering batuk,nafsu makan terganggu dan terus menerus mengeluarkan air mata, suhu badan normal tetapi terjadi mencret bercampur darah.
Namun meski demikian penyakit tersebut tidak bisa menyerang manusia. Penyakit tersebut hanya menyerang sapi bali. (Tribunbatam.id, Ian Sitanggang)