Demi Fokus Main Game, Seorang Ayah Keluarkan Anaknya dari Sekolah
Orang tua pada umumnya akan melarang anaknya ketika terlalu sering bermain game, apalagi sampai menganggu waktu belajarnya.
TRIBUNBATAM.id - Orang tua pada umumnya akan melarang anaknya ketika terlalu sering bermain game, apalagi sampai menganggu waktu belajarnya.
Namun, seorang ayah di Kanada ini justru mengeluarkan anaknya dari sekolah supaya bisa fokus bermain video game.
Dave Herzog, seorang pengusaha asal Greater Sudbury sudah mengajarkan anaknya, Jordan, supaya menekuni karir sebagai pemain eSports 10 tahun terakhir.
Mengklaim dirinya sebagai gamer, Herzog mengaku memberikan konsol video game kepada putranya ketika umur tiga tahun, dan nggak butuh lama dia langsung menunjukkan bakat.
Dilansir Oddity Central, pada usia tujuh tahun dia sudah mahir bermainHalo. Di umur 10, dia mendominasi game sekitar lingkungan mereka.
Namun yang membuat Herzog membulatkan tekad agar anaknya bisa berkarir sebagai gamer adalah ketika Jordan memenangkan turnamen Halo berhadiah 2.000 dollar AS, sekitar Rp 27,9 juta.
• Momen Langka, Maurizio Sarri Minta Bocah Penyusup Duduk di Bangku Cadangan Juventus
• Sepatu Nike Usang Ini Jadi Sepatu Termahal, Terjual Rp 6,1 Miliar
• Ini Tujuh Fitur Terbaru di Nissan X-Trail Facelift
• IMF Kembali Pangkas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2019 dan 2020
"Seperti ada bola lampu yang dinyalakan," kata Herzog kepada The Boston Globe. "Sekali dia menang turnamen, segalanya bakal menjadi mudah," lanjutnya.
Kini, Jordan "Crimz" Herzog merupakan salah satu pemain Fortnite level dunia, dan berpartisipasi dalam kejuaraan dunia, bersaing dengan 200 pemain lain.
Setiap hari, Jordan bakal menghabiskan 8-10 jam bermain Fortnite, makan di depan komputer sehingga dia masih bisa berinteraksi dengan rekan tim.
Selain itu, dia juga bersekolah secara online sehingga tak lepas dari keyboard. Terkait pendidikan, Herzog mengaku sudah mengeluarkan Jordan dari sekolah tahun lalu.
Herzog mengaku paham konsekuensi dari tindakannya adalah Jordan nggak akan mengalami masa seperti remaja pada umumnya.
Namun merasa bahagia karena mendapat dukungan dari sang ayah. Sama seperti Herzog, dia paham konsekuensi jika fokus menjadi gamer profesional.
Baginya, tujuan utama adalah menghasilkan uang sehingga dia tak perlu bekerja hingga tua. Dan jika jalan itu tersedia menjadi gamer, maka dia akan mengambilnya.
Menurut Jordan, itu pengorbanan setimpal. "Teman mungkin bakal datang dan pergi. Namun ini mungkin bakal menjadi karir dan masa depan saya," paparnya.
Hingga saat ini, Jordan sudah menghasilkan 60.000 dollar AS, atau Rp 839 juta, dari bermain video game. Ayahnya pun menginvestasikannya atas namanya.