Musim Haji 2010
Transportasi Jadi Persoalan setelah Salat di Masjidil Haram
Kebutuhan transportasi menjadi persoalan setelah melaksanakan salat Isya, Subuh atau Ashar.

‎​TRIBUNNEWSBATAM, MAKAH - Salah satu persoalan yang dihadapi jemaah haji dalam menunaikan ibadah selama di Tanah Suci Mekah, Makkatul Mukarromah, adalah transportasi dari pemondokan atau maktab.
Itu terjadi, karena dari hari ke hari
jemaah haji dari belahan dunia telah datang memadati kota Mekah.
Kebutuhan transportasi menjadi persoalan setelah melaksanakan salat
Isya, Subuh atau Ashar.
Terbatasnya kendaraan dan tidak ada kepastian tarif angkutan, membuat
jemaah bingung dan dihadapkan persoalan psikologis. Betapa tidak. Sopir
angkutan umum atau taksi, sering kali tidak konsisten dalam menentukan
tarif angkutan.
Pengalaman saya, setelah negosiasi tentang tarif
angkutan 3 Riyal, misalnya, bisa berubah menjadi 5 riyal per orang.
Bahkan, di Kloter 1, ada jemaah yg terpaksa mengeluarkan 200 riyal dari
Haram ke maktab, yg biasanya hanya 15 riyal. Hal itu terjadi, jika
situasi lalu lintas macet, dan penumpang melimpah ruah. Apalagi kalau
tersasar, sopir seenaknya menaikkan tarif.
‎​Betul, Kloter 1 Embarkasi Batam, terdiri dari Tanjungpinang, Batam,
Lingga dan Anambas, masuk ke dalam ring 1, atau sekitar 2 kilometer
jarak tempuhnya dari maktab ke Masjidil Haram. Hanya saja, jarak tempuh
itu tidaklah semudah dibayangkan perjalannya. Selain kawasan Jarwal
masih dalam proses tahapan pembangunan permukiman juga kondisi jalannya
mendaki dan menurun.
Bagi jemaah yg masih berusia muda, insya Allah
masih bisa ditempuh, tetapi bagi jemaah yang sudah tua, utamanya
perempuan, tentu akan kesulitan. Sehingga, setiap waktu zuhur, Asar,
bahkan Subuh, sebagian besar ibu-ibu tidak salat ke Masjidil Haram.
‎​Untung saja, pihak maktab menyediakan tempat salat satu lantai
sehingga ibu-ibu atau bapak-bapak yang tidak ke Masjidil Haram, dapat
salat di maktab saja. ‎​Jemaah haji negara lain, seperti Malaysia,
India, Pakistan atau Afganistan, dalam pantauan saya, masuk ke dalam
ring satu. Tetapi posisi mereka tidak jauh dari Masjidil Haram dan
boleh dikatakan dapat berjalan kaki tanpa ada hambatan yg berarti.
‎​Sebetulnya, saya bersyukur posisi Masjidil Haram dapat ditempuh setiap
waktu. Hanya saja, yang ingin beribadah ke Masjidil Haram bukan diri
saya seorang, melainkan 449 jemaah Kloter 1 Embarkasi Batam bahkan
Kloter 2 dan dua kloter lainnya yg jumlahnya 1300-an jemaah.
‎​Setelah berdiskusi dengan teman2 jemaah lain, saya pikir tidak ada
salahnya jika Pemprov Kepri bersama pemkab atau pun pemkot urun rembuk
mengatasi masalah transportasi tersebut. Caranya, pihak Pemprov, Pemkab
dan Pemkot, menyetujui pengeluaran anggaran transportasi selama di
Mekah, melalui APBD.
‎​Tidak ada salahnya, Pemprov Kepri belajar dari DKI Jakarta yg telah
melayani 10.000 lebih jemaahnya di Mekah dengan menyediakan 35 bus
angkutan berisi 50 penumpang untuk antar jemput salat dari maktab ke
masjidil Haram pulang pergi setiap hari. Menurut pengakuan jemaah dari
DKI Jakarta, mereka bukan hanya disediakan angkutan gratis dari Pemprov
DKI, tapi, juga biaya makan catering sehari-sehari.
‎​Saya juga mendapat informasi, bahwa, Pemprov Riau, tahun 2011
mendatang akan menyewa bus gratis buat jemaah haji daerahnya. Menurut
hemat saya, jika ini akan menjadi program Pemprov Kepri di tahun 2011,
sebaiknya, maktab Kepri tidak dipisah-pisah agar dalam pengangkutan
jemaah tidak mengalami kendala. Sebab, dalam pemikiran saya, dgn jumlah
1500an jemaah utk perkiraan 2011, dapat ditampung dalam satu maktab.
Berapa kebutuhan bus yang dibutuhkan, dapat dihitung dengan
memperkirakan jarak maktab dan jarak tempuhnya. Jika DKI dengan 10.000an
jemaahnya menyediakan 35 bus yang disewa dari perusahaan trevel swasta,
kemungkinan Kepri sudah terlayani dengan 5 sampai 10 bus. Insya Allah,
pelayanan haji jemaah Kepri akan lebih baik pelaksanaannya tahun 2011
mendatang.