Perayaan Idul Adha 1434 Hijriah

Untuk Apa Kita Berkorban

Semua makhluk sama derajatnya di sisi Allah, tidak ada yang berbeda kecuali amalnya.

www.humasbatam.com
H Achmad Ridho Amir SAg MHI (kiri) Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Kota Batam menerima bantuan dari Pemerintah Kota (Pemko) Batam yang diserahkan langsung oleh Wali Kota Batam, Drs H Ahmad Dahlan MH, Rabu (29/12/2010). 

Akan tetapi ketika Allah kembali mengusiknya dengan mimpi yang sama sampai tiga kali, Nabi Ibrahim khalilullah ini mencampakkan akalnya dan menerima perintah Allah dengan hati dan imannya secara taabbudan ilallah, yakni sebagai wujud ketundukan dan kepatuhan kepada Allah.

Peristiwa tersebut diabadikan Allah Ta’ala dalam firman-Nya berbentuk dialog antara seorang ayah dan anak:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu: Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Ash Shofat: 102).

Subhanallah, di hadapan kematian dengan pedang di tangan ayahnya sendiri seorang anak dengan tulus berkata: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Di hadapan anak tercinta yang sedang berbaring lemas dipangkuannya dan menyiapkan lehernya untuk disembelih oleh tangannya sendiri, apa yang bisa kita lakukan?

Seorang bapak mampu melakukan hal itu semata-mata karena melaksanakan perintah Allah yang hanya diterima melalui mimpi. Siapakah yang sanggup melakuan pekerjaan yang tidak logis itu selain para kekasih-Mu, selain orang-orang yang mata hatinya cemerlang karena telah diterangi nur ma’rifat kepada-Mu?

Sehingga mampu menerima perintah dengan cara tidak logis dan sekaligus melaksanakannya meski harus melakukan pekerjaan yang tidak logis.

Maka pantas mereka berdua kemudian mendapatkan penghormatan abadi dan ridha-Mu, bahkan menjadi lambang pengorbanan dan perjuangan hidup sepanjang zaman.

Sehingga dikala dengan sabar dan penuh keikhlasan Nabi Ibrahim menjalankan perintah Allah tersebut, Allah pun bangga kepadanya.

Sedetik sebelum mata pedang yang sudah diasah tajam itu menyentuh leher anak yang sudah terpejam matanya, dengan kuasa-Nya Allah mengganti tubuh anak tersebut dengan seekor kambing kibas dari surga.

Sebuah indikasi dan pelajaran yang amat berharga bahwa apabila orang bisa bersabar dalam menghadapi ujian dan musibah, rida, dan ikhlas dalam menjalaninya meski nyawa taruhannya, maka bukan saja akan mendapat pahala, namun juga Allah akan memberikan ganti yang lebih baik dan sempurna.

Bahkan tidak hanya itu saja, pengorbanan besar yang dilakukan dua manusia mulia tersebut ternyata tidak sia-sia, tidak hilang begitu saja ditelan zaman. Tetapi terbukti telah menjadi pondasi yang kokoh kuat atas bangunan Kota Makkah al Mukarramah dan keberkahan Allah yang dicurahkan di atasnya sampai saat sekarang.

Selain itu, dari Nabi Ibrahim lahirlah para nabi-nabi, para shalihin, para hamba Allah yang mulia di dunia dan akhirat. Di samping hal penting tersebut, ibadah qurban juga mengandung pesan kepada kita agar memiliki jiwa sosial dan peka terhadap penderitaan sesama serta pembangunan mental spiritual yang tangguh.

Ungkapan rasa syukur atas segala anugerah yang diwujudkan dengan menasarufkan (membagikan) sebagian harta yang kita miliki.

Caranya dengan membeli dan menyembelih hewan qurban kemudian pendistribusian dagingnya diberikan kepada kalangan fuqara wal masaakin agar di hari raya ini, mereka dapat menikmati kegembiraan yang sama.

Di samping itu, cara ini merupakan simbol agar kita bersedia berbagi kepada sesama dan ikut meringankan beban hidup orang lain.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved