Musabaqah Tilawatil Quran 2014

Tempat Wudhu Masjid Tertua di Karimun Tak Pernah Kering

Keunikan juga terlihat dari kekokohan masjid yang dibangun sekitar 1883-1911 atau pada masa kerajaan Riau-Lingga.

Tribun Batam/Muhammad Sarih
Masjid Abdul Gani di Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. 

BATAM, TRIBUN - Masjid Haji Abdul Gani, masjid tertua di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri, di Kecamatan Buru tak hanya terletak dari keindahan arsitekturnya.

Keunikan juga terlihat dari kekokohan masjid yang dibangun sekitar 1883-1911 atau pada masa kerajaan Riau-Lingga.

“Setelah diteliti, untuk merekatkan tembok-tembok yang ada di sekeliling masjid diduga kuat tidak menggunakan semen seperti bangunan sekarang.

Pada zaman itu menggunakan kuning telur. Makanya kekokohannya masih terjaga hingga saat ini,” ujar sumber Tribun yang menjadi tokoh masyarakat di lokasi masjid, Sabtu (17/5/2014).

Corak dan warna masjid yang didominasi warna kuning dengan corak tambahan warna hijau masih dipertahankan hingga kini.

“Warna tembok masjid masih sesuai warna aslinya. Warna kuning itu ciri khas Melayu,” kata Camat Buru, Irwan Dinovri.

Keberadaan sumur untuk mengambil air wudhu yang berada di depan masjid hingga kini masih berfungsi dan tetap dipertahankan bentuknya.

Konon, air untuk berwudhu di sini tidak pernah habis, bahkan meski masyarakat sekitar mengambilnya setiap hari.

“Ketika musim kemarau panjangpun air sumur itu tidak habis. Alhamdulillah, sumur ini juga membawa berkah bagi masyarakat Buru.

Walaupun diambil tiap hari tetap airnya tak pernah kering dan tetap banyak,” jelas Irwan Dinovri.

Pintu masuk utama yang berbentuk lengkungan setinggi 2,3 meter dengan lebar 1,3 meter hingga saat ini juga masih berdiri kokoh dan berfungsi sebagamana mestinya.

Pintu-pintu lainnya yang terlihat lebih pendek juga tetap masih dipertahankan karena memang tidak pernah dilakukan renovasi apapun hingga sekarang.

Menara masjid setinggi 21 meter dan berdiameter 4 meter yang berdiri kokoh di samping kanan masjid langsung terlihat ketika Anda berkunjung atau melewati pulau Buru.

Masjid ini sudah dapat dilihat sebelum kapal merapat ke pelabuhan karena letaknya memang menghadap ke lautan dan dekat dengan bibir pantai.

“Saat hari-hari Islam, masjid ini ramai dikunjungi wisatawan baik lokal, maupun mancanegara.

Selain berziarah ke masjid, wisatawan juga biasanya ke tempat-tempat wisata religi yang ada di Pulau Buru ini seperti makam Badang dan Perigi Batu,” jelasnya. (Tribun Batam/Muhammad Sarih)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved