Dampak Kabut Asap, Nelayan Pilih Parkir Perahu
para nelayan memilih memarkir perahunya karena alasan keterbatasan alat navigasi yang dimiliki.
Laporan Tribunnews Batam M. Sarih
TRIBUNNEWSBATAM.COM, KARIMUN - Kabut asap yang terjadi sekitar dua pekan belakangan mulai berpengaruh pada aktivitas nelayan tradisional di laut. Banyak nelayan menghentikan kegiatan menangkap ikan di laut.
Selain jarak pandang yang sangat kian pendek, para nelayan memilih memarkir perahunya karena alasan keterbatasan alat navigasi yang dimiliki. Di dalam situasi yang berkabut tebal, perelngkapan keamanan mutlak diperlukan.
"Alat navigasi nelayan seperti kami, keberadaannya sangat terbatas. Saat kabut asap laut gelap, jarak pandang tidak sampai 50 meter. Kami khawatir terjadi kecelakaan atau bisa-bisa malah sampai ke Malaysia atau Singapura. Sementara ini kami tidak melaut dulu," kata Hanbali, nelayan tradisional di Kecamatan Tebing, Sabtu (26/9/2015).
Hanbali beserta 30 nelayan di lingkungannya mengaku memilih tetap berada di rumah saat kabut asap, ketimbang memaksakan diri melaut. Pasalnya, risiko yang didapat tidak sebanding dengan pendapatannya.
"Resikonya terlalu besar kalau dipaksakan. Ada kawan kami yang memaksakan melaut hanya dapat lima sampai enam ekor saja karena area tangkapnya tak jauh-jauh. Kita takut kapal malah terbawa ke negara tetangga, atau bisa nabrak kapal atau pulau lain," ujar nelayan lainnya, Basir menimpali.
Ketebalan kabut asap kiriman sejak dua pekan lalu yang menyelimuti pulau dan perairan Karimun sebenarnya turun-naik. Jumat (25/9) pagi kemarin, kabut asap terbilang sangat tebal. Hanya saja, kabut asap sudah mulai menipis sehari kemudian dan aktivitas masyarakat sudah mulai normal. Hanya saja karena biasanya ketebalan asap tidak bisa diprediksi, sejumlah sekolah masih diliburkan oleh pemerintah daerah setempat.
Kepala Dinas Kelautan Perikanan Karimun, Hazmi Yuliansyah sebelumnya mengatakan kondisi cuaca dan udara yang tidak menentu akibat kabut asap perlu mendapat perhatian serius para nelayan.
