KALEIDOSKOP KEPRI 2015
Digerebek Satpol PP Saat Main Game Online, Pelajar Ini Histeris Sambil Menangis
Seorang bocah laki-laki yang awalnya sudah menangis ketakutan, semakin keras tangisnya karena tak mampu menjawab.
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, KARIMUN - Sejumlah warung internet (Warnet) di Batam dan Karimun, Senin (23/2/2015), dipenuhi oleh anak-anak yang menangis. Satuan Polisi Pamong Paraj (Satpol PP) di dua kota itu, secara kebetulan, menggelar razia ke warnet-warnet.
Tak ayal, bocah-bocah yang bolos sekolah pun menjerit histeris dan ketakutan saat didatangi petugas yang dibantu aparat kepolisian. Mereka yang masih ingusan itru menangis dan minta dilepaskan.
Sementara, para petugas terlihat hanya senyum-senyum melihat tingkah polah mereka. Dalam razia kemarin, suasana warnet yang biasanya riuh oleh teriakan seru permainan, tiba-tiba berubah menjadi tangis.
Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menangis saat ditanyai petugas. "Kamu kenapa di sini? Ini kan jam sekolah, kenapa kamu tidak belajar?." tanya petugas di kawasan Puakang, Tanjungbalai Karimun.
Seorang bocah laki-laki yang awalnya sudah menangis ketakutan, semakin keras tangisnya karena tak mampu menjawab.
"Sudah jangan menangis. Kamu sekarang pulang, ganti pakaian dan pergi ke sekolah," kata petugas yang belum sempat mendata nama anak itu.
Sementara itu, sejumlah remaja lainnya, ada juga yang terlihat santai. Ia malah asik sendiri memegang stik game untuk melanjutkan permainannya. Sapaan petugas seolah tidak hiraukan.
Ada lagi perilaku aneh para bocah-bocah ini. Di warnet lainnya, saat petugas tiba, mereka malah tertawa. Mereka seakan menunjukkan sikap sudah kebal terhadap razia.
Meskipun sudah disuruh pulang oleh petugas Satpol, mereka tetap bermain tanpa menghiraukan petugas.
Sekretaris Pol PP Karimun, Raja Azli, mengatakan, razia ini tujuannya untuk menekan angka kriminilitas anak. Terutama sekali untuk mengantisipasi pornografi yang merembes ke dunia anak saat ini.
Dari razia yang dilakukan, belum ada kedapatan anak yang melampui batas. Mereka di warnet hanya sekadar main game.
Sayangnya, berbeda dengan razia di Tanjungpinang, Satpol PP yang dibantu Satbinmas Polres Ksrimun dan Polisi Militer Angkatan Darat tidak mengangkut anak-anak tersebut ke kantor Satpol PP.
Bahkan tidak ada pendataan oleh petugas. Tidak heran mereka terlihat santai saja ketika ada razia.
Di Batam, sejumlah bocah SD juga tertangkap di warnet. Fir, seorang pelajar kelas IV SDN 01 Batuaji hanya bisa menangis saat dibawa ke Mako Satpol PP Kota Batam bersama puluhan anak sekolah yang terjaring razia Satpol PP di Warnet.
"Baru pulang ngaji, kak, di Masjid Al Huda. Kami berempat," ucap Fir yang kedapatan bermain game Point Blank di M3 Warnet beserta tiga kawannya.
Fir mengaku sudah meminta izin kepada orangtuanya sebelum pergi bermain warnet. Masih mengenakan pakaian mengaji, Fir mengaku ke warnet untuk mengisi waktu yang tersisa sebelum masuk sekolah pukul 13.00 WIB.
"Kalau nggak ada uang nggak ke warnet. Tadi sudah bilang sama Mamak, dikasih Rp 2.000 untuk main sebentar sebelum ke sekolah," ucap warga Batuaji itu.
Yanuar, Kepala SDN 01 hanya bisa mengelus dada. Pria yang datang dengan beberapa rekan guru lainnya terkejut mendapat informasi anak didiknya ada yang tertangkap saat razia Satpol PP Kota Batam.
"Iya mereka memang masuk siang. Untuk kelas tiga dan empat masuknya jam satu siang," ujar Yanuar.
Yanuar mengatakan, dirinya baru saja mengingatkan siswa-siswinya pada upacara pagi untuk tidak berkeliaran di warnet maupun tempat lain saat jam pelajaran.
"Baru saya sampaikan tadi pagi ke anak-anak, kalau mereka sudah tertangkap razia, pasti yang dipanggil sekolah, membuat malu guru dan kepala sekolah. Eh, ternyata benar yang saya katakan," kata Yanuar.
Yanuar mengatakan, dirinya dihubungi tim Satpol PP untuk menjemput anak didiknya tersebut. Rencananya, keempat siswa SD 01 yang dijemput itu akan langsung dibawa ke sekolah untuk belajar.
"Sudahlah, Nak, jangan nangis, tak ada yang marah. Bapak kan sudah sering ingatkan di jam pendidikan karakter," kata Yanuar menenangkan siswanya yang terus menangis.
M Teddy Nuh, Kabid Penegakan Perundang-undangan Daerah (PPUD) Satpol PP mengatakan, ada 41 orang anak yaang terjaring razia kemarin. Sebanyak 29 anak pelajar SMA, 5 pelajar SMP, dan 7 pelajar SD.
"Mereka masih pakai baju sekolah semua. Kami ingatkan supaya masyarakat, orangtua, dan sekolah bisa mengontrol anak-anak ini supaya tidak berkeliaran di jam sekolah," tutur Teddy.
Satpol PO juga memberikan teguran pertama bagi pemilik Warnet dalam razia di kawasan Sagulung dan Batuaji tersebut.
"Kami sudah tegaskan supaya mereka jangan menerima anak-anak, apalagi yang berpakaian sekolah masuk warnet. Kami sudah tempelkan juga ketentuannya. Sekarang baru teguran pertama. kalau masih bandel, kita cabut izinnya," katanya.(Tribun Batam/ane)