Uang Logam Sulit Didapatkan di Anambas, Harga Barangpun Terpaksa Dibulatkan

Saat transaksi jual beli, penggunaan uang pecahan logam seperti Rp 100, 200, dan 500 sangat jarang dijumpai.

tribunnews batam/septyan mulia rohman
Brosur uang logam Indonesia. 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM, ANAMBAS - ‎Peredaran uang pecahan logam di Anambas masih sangat minim.

Saat transaksi jual beli, penggunaan uang pecahan logam seperti Rp 100, 200, dan 500 sangat jarang dijumpai.

Sejumlah harga barang, tidak jarang dibulatkan sehingga peredaran uang pecahan logam itu cukup sulit untuk ditemukan.

"Uang pecahan logam boleh dikatakan jarang ditemukan di Tarempa. Kalau pun beli barang, jarang juga harganya itu memakai pecahan uang logam seperti Rp 1.500," ujar Ahmad, warga Tarempa Jum'at (25/3/2016).

Ia pun terpaksa mengumpulkan pecahan uang logam tersebut di rumah, dan baru membelanjakan uang logam tersebut ketika tengah ada kesempatan berangkat ke Tanjungpinang.

"Saya terpaksa kumpulkan. Mulai dari pecahan Rp 200, Rp 500. Kalau di sana pedagang mau terima, untuk beli sayur misalnya," terangnya.

‎Minimnya peredaran uang logam di Anambas, juga disampaikan Syahril, salah seorang pedagang.

Dalam sebuah forum di Wisma Tanjung belum lama ini, pria yang sudah sekitar satu tahun menekuni usaha dagang kebutuhan bahan pokok ini, cukup bingung dengan minimnya peredaran uang logam tersebut.

"Di Tarempa kurang beredar uang Rp 200, Rp 500. Seperti kami ini, hanya mengikuti saja. Karena kami mengambil barang dari grosir," ujarnya.

Dilema dalam menggunakan pecahan uang logam, juga terjadi saat terjadi penyesuaian harga BBM jenis premium bersubsidi ‎di Tarempa.

Sejumlah pedagang eceran, kompak menjual dengan harga bensin ukuran botol 1,5 liter dengan harga Rp 14 ribu.

Sementara, harga yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah untuk bensin subsidi sebesar Rp 14.500 per 1,5 liternya.

‎Meski menjual bensin dengan harga yang telah ditetapkan, namun beberapa pengecer mengaku masih mendapat untung, meskipun tidak terlalu besar.

"Yang lain jual seperti ini, ya kami ikut saja. Kalau dibilang untung, ya untung meski sedikit, jadi lah," ujar Acai salah seorang pengecer bensin di Tarempa.

Minimnya peredaran pecahan uang logam ini pun, sebelumnya juga ditanggapi oleh Asisten Ekonomi Pembangunan Setdakab Anambas, Andi Agrial.

Pihaknya pun cukup kesulitan dalam menetapkan penyesuaian harga bensin bersubsidi yang diketuk Rp 14.500 per 1,5 liter.

Kendati demikian, penyesuaian harga yang ditetapkan ini merupakan harga maksimal.

"Lebih dari harga itu tidak boleh, kecuali untuk di luar Tarempa. Tinggal menyesuaikan saja harganya," ungkapnya beberapa waktu lalu. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved