KISAH MUKIDI JADI POLISI Batal Menilang Penerobos Lampu Merah, Bikin Hati Menangis
Anda suka menerobos lampu pengatur lalulintas? Sebaiknya baca kisah Mukidi berikut, selanjutnya Anda akan sepakat dengannya
BATAM. TRIBUNNEWS.COM - Kisah MUKIDI menjadi polisi perlu disimak berikut ini, yang diperoleh tribunjateng dari media sosial.
"Tolong tunjukkan SIM nya!" kata polisi.
Dengan wajah kesal si pengemudi berkata "Maaf Pak, saya tahu salah menerobos lampu merah, tapi tolong Pak jangan ditilang, saya buru-buru karena anak saya ulang tahun".
Sambil cemas pengemudi yang bernama Ari itu menatapi wajah polisi tersebut, yang ternyata adalah teman semasa SMA.
"Lho .. kau kan Tono, kita teman SMA dulu!" Sambut Ari dengan nada lega.
Namun Tono si Polisi tersebut hanya senyum sambil tetap bersikukuh meminta SIM nya Ari.
Dengan wajah kecewa Ari pun memberikan SIM nya kemudian langsung masuk ke dalam mobilnya serta menutup kaca pintunya rapat-rapat.
Sementara itu Tono menulis sesuatu di kertas tilangnya.
Beberapa saat kemudian, Tono mengetuk kaca pintu mobil Ari.
Sambil memandangi wajah Tono, Ari pun membuka kaca pintu mobilnya hanya sedikit aja, dengan maksud hanya cukup untuk selipkan kertas tilang aja.
Tono pun memberikan kertas lewat kaca yang terbuka hanya sekitar 2 cm itu lalu pergi tanpa kata. Sambil menggerutu kesal,
Ari membuka kertas tersebut, tapi...
"Hei, apa ini? Kenapa SIM saya dikembalikan? Ini kertas apa?" gumam Ari.
Segera Ari membuka kertas pemberian Tono tersebut dan ternyata Tono tidak menilangnya, tapi justru menulis surat yg isinya :
"Hai Ari, kau tahu nggak, dulu saya punya anak satu-satunya yang meninggal ditabrak oleh penerobos lampu merah. Pengemudinya dihukum 3 bulan. Setelah bebas ia dapat berkumpul dan memeluk anaknya lagi.
Sementara saya..., Saya tidak dapat melihat apalagi memeluk anak saya lagi . Beribu kali saya mencoba untuk maafkan pengemudi itu, tapi tidak bisa. Maafkan saya Ari, kau hati-hati di jalan, titip salam buat keluargamu dan selamat ulang tahun buat anakmu!."
Langsung Ari pun keluar dari mobilnya, hendak menjumpai Tono, tapi Tono sudah tidak ada di pos nya.
Sepanjang jalan mengemudi, perasaan hati Ari tak tentu, berharap kesalahannya dapat termaafkan. Tak selamanya pengertian kita sama dengan pengertian orang lain.
Terkadang suka kita, justru duka untuk orang lain... (tribunjateng)