Tahun 2016 Karimun Ada 956 Kasus Anak Kurang Gizi, 150 Anak Gizi Buruk. Halo Pak Rafiq?

Sepanjang 2016, ada 956 kasus anak kurang gizi dan 150 anak gizi buruk di Karimun. Bagaimana Ini Pak Rafiq?

tribunbatam/rachta yahya
Ilustrasi. Bupati Karimun Aunur Rafiq, Wakil Ketua I DPRD Karimun Azmi dan Wakil Ketua II DPRD Karimun Bakti Lubis salam komando usai rapat paripurna, Rabu (31/8/2016) 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM, KARIMUN – Pemkab Karimun mencatat sebanyak 956 kasus gizi kurang pada warga mereka terjadi pada tahun 2016. Selain itu gizi buruk sebanyak 150 kasus dari 15.145 balita yang ditimbang. Namun angka tersebut diklaim turun dibandingkan tahun sebelumnya.

“Persentase cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan mencapai target yaitu 100 persen. Persentase balita gizi buruk yang terjadi pada tahun 2016 sebesar 0,9 persen melebih target yang telah ditetapkan sebesar 2,5 persen pada tahun 2016,” ujar Bupati Karimun, Aunur Rafiq saat menyampaikan pidato pengantar Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) tahun 2016 di sidang paripurna DPRD Karimun, Senin (27/3/2017).

Rafiq juga menyinggung perihal angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2016 terjadi sebesar 14,1 persen. Ia juga menyebut keseluruhan sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Karimun terus mengalami peningkatan.

Pada tahun 2016 jumlah kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) sebanyak 424 kasus dengan angka kesakitan sebesar 178,4 dan jumlah kematian DBD sebanyak 6 kasus dengan kematian sebesar 1,42 persen.

Sementara itu Kadinkes Karimun, Rachmadi mengaku belum mengetahui sebaran balita pengidap gizi buruk dan gizi kurang. Ia beralasan dirinya baru menjabat Desember 2016 dan ia berjanji akan mengecek data ke bawahannya.

“Nanti saya cek, saya baru menjabat Desember 2016,” kata Rachmadi usai menghadiri sidang paripurna DPRD Karimun, Senin sore.

Baca: Ehm! Bermodal Kondom Bekas, Pria ini Raup Untung Puluhan Juta Rupiah. Begini Caranya!

Meski begitu, Rachmadi mengatakan gizi buruk digolongkan dalam dua kategori, yakni gizi buruk yang dikarenakan tinggi badan dan benar-benar kurang makan. Keduanya diakuinya tidak pernah diinginkan pihaknya terjadi.

Rachmadi mengatakan pihaknya akan langsung turun ke lapangan apabila ada laporan atau temuan kasus gizi buruk. Bagi yang memang harus dirawat, ia menyebut ada pembiayaan dari pemerintah. Sementara yang tidak dirawat ada pemberian nutrisi tambahan.

Gizi buruk ia sebut ada beberapa faktor yang menyebabkannya yakni virus penyakit seperti HIV dan faktor ketidaktahuan orangtua. Berikutnya pola asuh yang salah, sehingga makannya tidak bisa dikondisikan memakan makanan yang asupan gizinya cukup.

“Seperti anak sudah biasakan jajan, ketika diberikan makanan yang secara asupan gizi cukup, mereka tidak mau karena sudah terbiasa ngemil atau jajan di luar. Nanti soal data penyebarannya, saya akan cek dulu ya,” kata Rachmadi mengakhiri. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved