Semenanjung Korea Memanas
China Juga Mulai Latihan Perang dan Uji Peralatan Militer Baru. Ada Apa?
China saat ini mulai menggelar latihan pemanasan dan menguji senjata baru untuk melindungi keamanan nasionalnya, kata juru bicara Kemenhan
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - China tak mau tinggal diam dengan kondisi yang terjadi di Semenanjung Korea yang semakin membara, saat ini.
Terutama setelah Amerika Serikat mendatangkan peralatan canggih sistem anti-rudal (THAAD) ke Korea Selatan untuk menggagalkan ujicoba nuklir Korea Utara.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Yang Yujun mengatakan penggunaan THAAD (Terminal Altitude Area Defence) merusak keseimbangan dan stabilitas strategis regional di kawasan itu.
Karena itu, China merasa perlu untuk meningkatkan kesiapan militernya untuk berjaga-jaga jika perang antara Amerika Serikat dengan Pyongyang benar-benar meletus.
China saat ini mulai menggelar latihan pemanasan dan menguji senjata baru untuk melindungi keamanan nasionalnya, kata juru bicara kementerian pertahanan negara tersebut, Kamis (27/4/2017).
Yujun memberikan per5nyataan tersebut di sebuah konferensi pers bulanan di Beijing.
“Penggunaan sistem antirudal THAAD di Korea Selatan merusak keseimbangan dan stabilitas strategis regional. China dengan tegas menentang hal ini," kata Yujun.
Tidak dijelaskan secara rinci, bagaimana China akan mempersiapkan militernya, yang saat ini sudah mulai bergerak menuju timur, ke perbatasan Korea Utara.
Pekan lalu disebutkan, China menyiapkan 150 ribu pasukan mereka ke perbatasan Korut.
Begitu juga Rusia, mengirim sejumlah peralatan tempur ke basis militer mereka di Semenanjung Korea.
China mempresentasikan pesawat tempur terbaru mereka, FC-1 Xiaolong, Kamis.
FC-1 adalah pesawat tempur terbaru China yang mulai dikembangkan pada April 2016 lalu bersama Pakistan. Pesawat ini diberi nama JF-17 di Pakistan.
Pesawat berkursi ganda ini menyelesaikan penerbangan perdananya di sebuah pangkalan udara China, demikian dilaporkan China Central Television (CCTV).
Nama lengkap FC-1 Xiaolong adalah 'Fighter China-1 Fierce Dragon'.
Sehari sebelumnya, China juga meluncurkan kapal induknya pertamanya yang dibangun sendiri di Dalian.
China telah lama mempromosikan dialog untuk menyelesaikan isu nuklir Korea setelah Pyongyang terus memprovokasi wilayah itu dengan ujicoba nuklir mereka.
Namun, Donald Trump menginginkan lebih dari itu, mendesak Pyongyang untuk membongkar program nuklir dan misilnya.
Sebagai keseriusan, AS kemudian mengirim sebuah kapal induk USS Carl Vinson ke Semenanjung Korea dan disebut-sebut menggagalkan ujicoba nuklir Korut dengan cara meretasnya.
Bukannya takut, Korut justru menyatakan bahwa mereka siap berperang melawan AS dan akan mengikuti gaya perang yang diinginkan Trump.

Dalam sepekan, Pyongyang bahkan mempertontonkan kekuatan militernya. Setelah parade militer terbesar, dua pekan lalu, seminggu setelahnya, mereka juga menggelar latihan tempur dengan menembakkan 300 rudal dan torpedo ke sebuah “kapal musuh” di pantai Wongsan.
Komandan tertinggi AS di Pasifik, Admiral Harry Harris mengatakan bahwa sistem THAAD akan beroperasi 'dalam beberapa hari mendatang, mendukung 28.500 pasukan AS untuk mendukung sekutunya, Korsel dan Jepang.
Sistem pertahanan rudalTHAAD bekerja menggunakan jaringan radar untuk menangkap ancaman yang masuk.
Pusat komando kemudian mengirimkan sebuah sinyal ke peluncur THAAD yang kemudian langsung menembakkan rudal ke jalur ancaman.
THAAD akan mencegat setiap roket sebelum mencapai sasarannya.
Seorang pejabat Pyongyang mengatakan, negara tersebut akan tidak akan pernah menghentikan ujicoba nuklir dan rudal selama AS terus menunjukkan tindakan bermusuhan\ dan agresi.
"Ujicoba nuklir merupakan bagian penting dari upaya kami untuk memperkuat kekuatan nuklir kami," kata Sok Chol Won, direktur Institut Hak Asasi Manusia Korea Utara kepada CNN.