Mahasiswa Lulusan Terbaik Unila Ini, Bayar Uang Sekolah Pakai Telur Bebek

"Dari telur bebek inilah saya bisa duduk di bangku perguruan tinggi ini," kata Adi, usai prosesi wisuda, Rabu.

Adi Wiranata dan kedua orangtuanya 

BATAM. TRIBUNNEWS.COM - Seorang mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (Unila) menjadi sorotan pada prosesi wisuda, Rabu (24/5) kemarin.

Dia adalah Adi Wiranata, anak penjual telur, yang didapuk sebagai mahasiswa terbaik dengan nilai IPK 3,89 dan lama studi 3,5 tahun.

SENYUM semringah menghiasi wajah 590 wisudawan yang memadati Gedung Serba Guna (GSG) Unila.

Tak terkecuali Adi Wiranata. Adi dinobatkan sebagai mahasiswa terbaik tingkat kampus.

Anak dari pasangan Hidiri dan Lila Sumiyati, warga Lampung Barat ini menjalani perkuliahannya di tengah keterbatasan finansial.

Adi menuturkan, penghasilan keluarganya selama ini bersumber dari penjualan telur bebek yang dipelihara oleh orangtuanya.

Adi pun turut serta membantu kedua orangtuanya guna memenuhi kebutuhan keluarga.

Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), Adi aktif memelihara bebek yang dipelihara di belakang rumahnya, ataupun menjual telurnya. Aktivitas itu rutin ia lakukan sepulang sekolah.

"Dari telur bebek inilah saya bisa duduk di bangku perguruan tinggi ini," kata Adi, usai prosesi wisuda, Rabu.

Telur bebek itu pula yang beberapa kali "menyelamatkan" Adi dalam menggapai ambisinya untuk mengenyam pendidikan setingi-tingginya.

Adi diperbolehkan membayar uang sekolah dengan cara barter telur bebek.

"Bayar SPP waktu SD ya pakai telur bebek," ujarnya.

Adi pun kerap keliling dari satu warung ke warung lainnya untuk menjajakan telur bebek. Telur bebek itu biasanya ia jual dengan harga Rp 800 per butir.

Saat bersekolah di SMA Negeri 1 Sukau, Lampung Barat, Adi mencoba mewujudkan hasratnya untuk kuliah.

Ia mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Upaya tersebut membuahkan hasil.

Adi lolos dan mendapatkan beasiswa Bidikmisi dari pemerintah.

Ketika Adi sudah duduk di bangku kuliah, kedua orangtuanya kemudian beralih sebagai sebagai petani padi di ujung Lampung Barat.

"Jadi selama 3,5 tahun ini saya kuliah dibiayai oleh pemerintah," ujar peraih juara penulisan kisah inspiratif yang digelar di Universitas Teknologi Yogyakarta pada 2013 silam tersebut.

Setelah menyandang gelar sarjana, Adi mengaku masih ingin melanjutkan pendidikan jenjang Magister Ilmu Sejarah di Universitas Negeri Semarang (UNS).

Sementara Hadiri, ayah Adi Wiranata, menuturkan, prestasi putra bungsunya tersebut sudah terlihat sejak masih sekolah. Adi selalu mendapat ranking pertama.

"Saya tidak kaget lagi atas prestasinya ini. Memang dari dulu dia getol belajarnya," kata Hadiri.

Kepala Program Studi Sejarah FKIP Unila, Syaiful mengatakan, Adi Wiranata merupakan mahasiswa yang aktif, baik kegiatan internal ataupun eksternal kampus.

"Banyak prestasi yang diukirnya. Dan, itu merupakan hasil jerih payahnya selama aktif di dunia kampus," katanya

Dari sisi kehadiran di kampus, kata Syaiful, Adi merupakan mahasiswa yang sangat sangat minim absen.

"Itu termasuk indikator ia dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi tingkat kampus," imbuhnya.

Rektor Unila, Hasriadi Mat Akin, mengatakan, ada 509 mahasiswa yang diwisuda pada periode pertengahan tahun ini.

Predikat mahasiswa terbaik tingkat kampus adalah Adi Wiranata. Sedangkan terbaik kedua adalah Iffa Afiqa Khairani, mahasiswa Prodi Biologi FMIPA, dan terbaik ketiga Andi Kurniawan.

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved