Heboh! Dua Tentara AS Ditangkap, Panglima TNI Ditolak Amerika. Adakah Kaitannya?
Heboh! Dua Tentara AS Ditangkap, Panglima TNI Ditolak Amerika. Adakah Kaitannya?
TRIBUNBATAM.ID-Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto menyatakan, pihaknya masih menunggu penjelasan dari AS terkait dengan insiden pelarangan Panglima TNI Jendral TNI, Gatot Nurmantyo dan istrinya, Nany Gatot Nurmantyo ke AS.
Baca: Heboh! Artis Cantik Menantu Keluarga Cendana Ini Ternyata Punya Tato, Begini Penampakannya!
Baca: Terungkap! Dulu Pak Harto Suka Blusukan, Penyamaran Fenomenalnya Bikin Pejabat Kalang Kabut!
Baca: BREAKINGNEWS: Dianggap Hina Keluarga Soerya Respationo di Medsos, Kader Nasdem Dilaporkan ke Polisi!
Baca: Mengejutkan! 4 Zodiak Ini Paling Gampang Berselingkuh, Anda Juga Termasuk Penggoda?
Baca: Terungkap! Inilah Prajurit Cakra Penyelamat Polisi Sukitman di Lubang Buaya. Kisahnya Menegangkan!
Baca: Heboh! Inilah 4 Dokter Cantik dengan Follower Ribuan! Nomor 4 Pernah Abaikan Lamaran Anak Menteri!
"Kami sedang minta klarifikasi dari pihak Amerika Serikat. Saya sudah koordinasi dengan menteri luar negeri, menteri luar negeri sudah memberikan surat permintaan klarifikasi, apa sebabnya, dan masih kita tunggu (balasannya)," ujarnya, kepada wartawan di Hotel Kartika Candra, Jakarta, Senin (23/10/2017).
Adapun, penolakan Panglima TNI Gatot Nurmantyo oleh US Customs and Border Protection merupakan insiden diplomatik yang tidak bisa disepelekan.
"Itu karena informasi intelijen Amerika Serikat yang salah dari sumber-sumber yang keliru, hasilnya berupa intelligence failure yang berujung pada diplomatic incidence," ujar pengamat Intelijen Universitas Indonesia (UI), Ridlwan Habib.
Menurut Ridlwan, di setiap Kedutaan AS pasti ada personel CIA. Mereka beroperasi di wilayah negara di mana mereka ditempatkan.
"Penyamarannya bermacam cara, biasanya sebagai petugas Kedutaan," jelasnya.
Selain petugas intelijen resmi dengan kedok staf Kedutaan, Ridlwan menuturkan, ada juga yang disebut sebagai petugas NOC atau non official cover.
"Penyamarannya bisa turis, wartawan, peneliti, pengusaha, kalau tertangkap pasti tidak diakui sebagai intelijen," jelas pria yang pernah berkunjung ke White House, Washington DC itu.
Petugas intelijen CIA itu akan melaporkan dinamika politik dan kejadian lain yang relevan bagi kepentingan AS.
"Kalau seorang Panglima TNI berkunjung, pasti sudah ada data lengkapnya. Kalau sampai ada penolakan seperti ini, jelas ada kesalahan intelijen Amerika," ujar alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen UI tersebut.
Ridlwan menyebut, saat peringatan HUT TNI di Cilegon, Banten, telah ditangkap dua personel tentara AS yang menyusup tanpa undangan. "Ini insiden serius dan terjadi hanya 14 hari sebelum Panglima ditolak," paparnya.
Ia pun memuji sikap Menlu Retno Marsudi yang langsung meminta klarifikasi dari AS. Hasilnya, imbuh dia, Panglima TNI sudah boleh terbang kembali dan Dubes AS minta maaf.
Meski demikian, Ridlwan berujar, Dubes AS harus memberikan permintaan maaf terbuka. "Saya kira ini respon cepat bu Menlu yang sangat baik. Terbukti pilihan pak Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk bu Retno tepat," tandasnya.
Dikutip dari laman cbp.gov, diketahui bahwa pemerintah AS, punya banyak alasan untuk menolak seseorang memasuki wilayah mereka. Tiga alasan pertama yang mereka jelaskan melalui artikel
"Why was I (or my friend, relative, etc.) denied entery to the U.S?" adalah seseorang yang pernah bekerja secara ilegal di AS, serta seseorang yang terlibat organisasi teroris, atau kriminal, dan mereka yang terinfeksi penyakit.
Selain itu, pemerintah AS juga melarang masuk orang-orang yang pernah divonis bersalah melakukan kejahatan yang berkaitan dengan moral, seperti pelecehan anak, pemerkosaan, penipuan, dan pencurian.
Kejahatan berat seperti pembunuhan, atau pencurian dalam jumlah sangat besar, juga menjadi pertimbangan pemerintah AS menolak masuk seseorang.
Untuk mereka yang berstatus turis, pemerintah AS mengharuskan mereka tidak mencari kerja. Turis juga diwajibkan memiliki uang dalam jumlah cukup, sehingga mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya selama berada di AS.
Di ujung artikel terdapat peringatan yang ditulis dengan ukuran huruf yang lebih besar, berwarna merah, isinya mengingatkan para calon pengunjung bahwa memasuki wilayah AS adalah sebuah keistimewaan, dan bukanlah hak.
Pemerintah AS tidak pernah berniat memberikan ketidaknyamanan untuk siapapun, tapi pemerintah AS berkewajiban menjaga negara mereka tetap aman dari ancaman apapun. (*)