11 Aktivitas Ini Jangan Dilewatkan Saat Berwisata ke Belakangpadang. Nomor 2 dan 7 Paling Diminati

Bagi orang Batam maupun Kepri, Belakangpadang memang sudah tidak asing lagi. Pulau yang juga dikenal dengan nama Penawar Rindu ini punya keunikan.

Kasan Noval
Warna-warni lomba perahu layar, ciri khas Belakangpadang sejak dulu 

Belum sempat menginjakkan kaki ke Negeri Singa? Tak perlu berkecil hati, dari Belakang Padang siluet bangunan terkenal misalnya Marina Bay Sands dan Singapore Flyer dapat disaksikan dengan mata telanjang.

Syaratnya kita harus naik ke kawasan yang cukup tinggi yaitu daerah Bukit Jepang, Kampung Baru.

Kawasan ini bisa didatangi dengan naik ojek, katakan saja ingin ke perkuburan Cina, ongkosnya Rp 7.000 saja.

Kalau ingin mendapatkan pemandangan yang lebih jelas, kita bisa naik ke dalam sekolah SMP Negeri 2 atau Mts.N.

Memang keduanya tertutup untuk umum tetapi masih bisa dimasuki lewat jalan belakang, alias samping rumah eyangnya Ziqri.

Pemandangan keseliling sejauh 360 ° bisa menyaksikan Tanjung Uncang Batam dikejauhan.

8. Even Tahunan

Lapangan Indra Sakti, pusat kegiatan warga Belakang Padang, mulai dari Shalat Idul Fitri hingga berbagai even lain, kalau sedang tidak ada acara lain, bisa dimanfaatkan untuk acara pesta pernikahan.

Meskipun mungil, beberapa kegiatan berlevel propinsi kerap dipusatkan di Belakang Padang. Misalnya perayaan hari besar keagamaan yang dibuka langsung oleh Gubernur Kepulauan Riau.

Kegiatan ini biasanya dilaksanakan di lapangan Indra Sakti dan dihadiri oleh berbagai kalangan dan penduduk Belakang Padang maupun dari daerah lain di propinsi Kepulauan Riau.

Belakang Padang juga memiliki event tahunan diantaranya Festival Dzikir Bermadah (bulan April) dan Lomba Balap Pancung / kapal layar yang digelar mendekati HUT RI. Kedua kegiatan ini biasanya menarik minat pengunjung yang tak sedikit.

9. Bekarang

Bekarang ialah istilah untuk kegiatan mencari berbagai hasil laut diantara karang-karang pepohonan bakau.

Bagi penduduk lokal yang sudah berpengalaman, peralatan yang digunakan antara lain sepatu karet dan berbagai perlengkapan menangkap udang atau gongong (sejenis keong spesies khas Kepulauan Riau) yang sebagian besar dibuat sendiri oleh nelayan.

Biasanya para pria pergi secara berombongan selepas Isya dengan memakai head lamp yang juga dirakit sendiri.

Hasil yang diperoleh cukup lumayan, seseorang yang terlatih bisa membawa pulang 1-1,5 kg udang dalam satu kali bekarang dengan durasi 2-3 jam.

Lumayan untuk dikonsumsi sendiri atau dijual ke pasar seharga Rp 40.000 hingga Rp 50.000 per kilogramnya.

10. Mengamati Kehidupan Warga Melayu

Penduduk asli Belakangpadang ialah Suku Melayu. Banyak diantaranya yang masih memegang teguh tradisi, lebih nyaman tinggal di rumah panggung yang berdiri dengan pancang di laut.

Rumah-rumah kayu ini biasanya dibangun berkelompok dan dicat dengan warna -warna terang misalnya kuning dan hijau.

Dinamika kehidupannya sangat menarik, para ayah kebanyakan menjadi nelayan atau pengemudi pancung.

Anak-anak sedari kecil telah jago berenang dan bermain air kapanpun air pasang.

Ketenangan Belakangpadang juga membuat penduduknya lebih santai dan bersahabat dengan para pelancong sekalipun.

11. Island Hoping

Bila masih dirasa kurang puas, kita bisa menyebrang ke pulau Sambu atau menuju pulau Lengkana dengan menggunakan pancung.

Kedua pulau ini jaraknya cukup dekat dan menawarkan keindahan masing-masing, pantai Indah di pulau Lengkana dan pantai serta rumah-rumah kuno bergaya zaman kolonial di pulau Sambu.

Untuk ke pulau Sambu kita cukup membayar Rp 5.000 menaiki pancung tujuan Sambu atau menumpang pancung tujuan Batam.

Sedangkan untuk ke Lengkana kita harus menyewa pancung sesuai kesepakatan yang dicapai. (*)

Tulisan ini juga bisa dibaca di blog Annisa Rizki Sakih

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved