Seberapa Bahayakah Abu Vulkanik untuk Badan Pesawat Terbang? Fakta-Fakta Ini Menjawabnya

Apakah debu letusan gunung berapi berbahaya bagi pesawat terbang? Komponen apa yang dirusak?

TRIBUN JATENG/GALIH PERMADI
Bandara Adi Soemarmo, Solo, tutup sementara, sejak Jumat 14 Februari karena guyuran abu vulkanik Gunung Kelud. Sampai hari ini, Rabu (19/2) bandara ini belum juga dibuka karena alasan keselamatan. 

TRIBUNBATAM.ID- Penutupan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, diperpanjang 24 jam sampai hari Rabu (29/11/2017).

Dikutip dari kompas.com, keputusan perpanjangan penutupan Bandara Ngurah Rai itu berdasarkan hasil rapat koordinasi erupsi Gunung Agung antara airlines, ground handling, Airnav Indonesia, serta BMKG.

Sementara itu, berdasarkan informasi pengamatan dari Volcanic Ash Advisory Centre Darwin, semburan abu vulkanik dari Gunung Agung telah mencapai ketinggian 30.000 kaki dan bergerak ke arah selatan-barat daya.

Semburan abu bergerak dengan kecepatan 5-10 knot dan masih mengarah ke Bandara Ngurah Rai.

Baca: Bikin Merinding. Postingan Happy Salma Tentang Gunung Agung Ramai Dijawab Netizen

Walau belum ada letusan hebat, tahukah Anda mengapa operasi bandara harus sampai tutup?

Apakah debu letusan gunung berapi berbahaya bagi pesawat terbang?

Jawabannya adalah ya.

Debu letusan gunung berapi berbahaya bagi pesawat terbang.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh NASA, debu gunung berapi bisa merusak fungsi baling-baling pada pesawat turboprop atau mesin jet dalam pesawat turbofan.

Padahal mereka adalah komponen vital dalam penerbangan.

Baca: Abu Vulkanik Gunung Agung Terdeteksi hingga Jember, Penutupan Bandara Ngurah Rai Diperpanjang

Masalah ini terbukti pada insiden yang pernah dialami oleh pesawat Boeing 747-200 milik maskapai British Airways.

Pesawat yang dipanggil ‘Speedbird 9’ (nomor penerbangan BA09) itu melakukan penerbangan dengan rute Kuala Lumpur – Perth pada 24 Juni 1982.

Di tengah perjalanan, ketika melintasi Pulau Jawa, Indonesia, Speedbird 9 terperangkap di tengah abu letusan Gunung Galunggung.

Akibatnya empat mesin B747 tersebut mati karena menyedot debu silika Gunung Galinggung.

Kemudian, pilot menurunkan ketinggian jelajah dari 36.000 kaki menjadi 12.000.

Beruntungnya, pilot berhasil menyalakan kembali mesin pesawat setelah terbang di ketinggian yang lebih rendah dan terbebas dari abu vulkanik.

Pada akhinya, Speedbird 9 melakukan pendaratan di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Baca: Hari Ini Semua Penerbangan Australia - Bali Dibatalkan. Ini Tiga Maskapai yang tak Jadi Terbang

Perlu diketahui, jika debu gunung berapi sulit dihilangkan dan membutuhkan waktu lama untuk menghilangkan sepenuhnya.

Jika biarkan dalam jangka waktu lama, maka debu yang menempel dalam badan atau komponen pesawat bisa menyebabkan retakan-retakan halus di bodi pesawat.

Retakan di badan pesawat, sekecil apapun, tentu sangat membahayakan.

Sebab, badan pesawat di desain agar bisa “mengembang” dan “mengempis” saat di udara dan di darat karena ia menyesuaikan tekanan udara. (intisari online/ Mentari Desiani Pramudita) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved