Jepang Demam 'Idol Anak'. Penontonnya Justru Pria Dewasa. Pakaian Panggung Berkeringat pun Laris
Himeno bahkan pernah menjual pantyhose yang dipakainya di panggung seharga 30 ribu yen atau sekitar Rp 3,5 juta kepada penggemarnya
Ia mengutip "Kisah Genji", sebuah film klasik abad ke-11 yang menggambarkan hubungan romantis seorang bangsawan dengan wanita dan seorang gadis kecil.
Seorang manajer para idol ini, Hidenori Okuma, mengakui bahwa para penonton memang tertarik dengan kontak dengan para gadis tersebut.
"Rapat dan ngobrol dengan gadis-gadis SMA telah menjadi sangat populer," kata Okuma.
"Sekarang bahkan mereka tanpa malu-malu lebih menyukai gadis sekolah dasar," katanya.
Pernyataan Okuma tidaklah mengejutkan.
Jumlah anak di bawah umur yang disalahgunakan dalam pornografi anak telah meningkat lima kali lipat dalam 10 tahun terakhir, menurut data resmi.
Polisi gagal membasmi apa yang disebut bisnis JK atau Joshi Kosei (gadis SMA), yang menawarkan layanan untuk para pria.
banyak pria dewasa terlihat sering berjalan-jalan dengan seorang gadis remaja sehingga kecenderungan bahwa akan ada tawaran untuk melakukan hubungan seks sangat besar.

Bahkan kuasi pornografi "chaku-ero" atau pakaian erotis anak-anak kecil sangat mudah ditemukan di internet, dan hal itu tidak terjangkau oleh hukum.
Seorang pengacara, Keiji Goto, yang berkampanye untuk hak-hak anak di bawah umur mengatakan masalahnya di Jepang adalah masalah sosial.
Banyak orang Jepang yang menganggap bahwa hubungan seksual dengan gadis muda bukan sesuatu yang tabu dan di dalam hukum pun masuk ke dalam zona "abu-abu".
Jepang memang bukan satu-satunya negara yang dilanda kasus pedofilia atau pelecehan seksual terhadap anak.
Tapi, berbeda di negara lain yang juga memunculkan perlawanan dan berbagai aksi untuk menentang, di Jepang, hanya ada sedikit debat publik tentang masalah ini.
Psikiater Hiroki Fukui yang juga merawat pedofil mengatakan bahwa kesadaran anak-anak perlu dilindungi dari predator seksual potensial "sangat rendah."
"Kita harus mengakjui situasi ini di Jepang tidak normal."