Menakar Kekuatan Partai 'Bernuansa Orde Baru' dalam Pertarungan Pemilu 2019
Neneng Tutty mengatakan menjelang pemilu, Tommy akan intensif mengkampanyekan program yang pernah dijalankan Soeharto.
Baca: Tertera dalam Paradise Papers, Begini Respons Prabowo, Tommy, Mamiek Soeharto dan Sandiaga
Menurut Mada, dengan logo pohon beringin dan warna serba kuning, Partai Berkarya berupaya menarik dukungan dari simpatisan dari partai Golkar. Apalagi, kata dia, Berkarya juga memiliki visi dan misi yang nyaris serupa dengan Golkar.
"Saya menduga mereka berusaha meraup suara dari pendukung Golkar yang kecewa dengan kinerja pimpinan partai itu. Mereka berharap limpahan suara dari pemilih Golkar," ujar Mada.
'Masih abu-abu'
Pada pengundian nomor urut di kantor KPU, Jakarta, Ahad lalu, Tommy hadir mewakili Partai Berkarya. Ketika ditanya pers tentang target perolehan suara di pemilu 2019, putra bungsu Soeharto itu tidak menjawab secara tegas.
"Nanti saja ya. Ini waktunya udah mepet. Nanti saja. Intinya kami akan berbakti kepada bangsa dan negara," ucapnya seperti dilansir Kompascom.
Saat berbincang dengan BBC Indonesia, Neneng menyebut partainya ingin mencalonkan presiden. Artinya, perolehan suara Partai Berkarya setidaknya harus mencapai 20% suara sah nasional.
"Kami harus bisa mencalonkan presiden. Kami harus bisa ikut serta (pilpres), entah siapa calonnya, karena masih jauh," ucapnya.
Tommy Soeharto pernah dijatuhi pidana penjara selama 15 tahun pada kasus pembunuhan hakim agung. Pada 2011 ia bebas bersyarat. Foto : Getty
Menurut Mada Sukmajati, target pemilih yang disasar Partai Berkarya berkisar pada mereka yang pernah merasakan pemerintahan Soeharto.
Jumlah itu disebutnya kecil dibandingkan pemilih tahun 2019 yang didominasi pemilih muda.
"Pasar mereka tidak terlalu besar. Yang bisa mereka mainkan adalah memori orang yang mengalami langsung Orde Baru, bukan pemilih muda," ujarnya.
Merujuk data Saiful Mujani Research & Consulting, 55 persen pemilih pada pemilu 2019 berusia 17-38 tahun. Adapun, penduduk potensial pemilih pemilu 2019 yang dicatat Kementerian Dalam Negeri berjumlah 196,5 juta orang.
"Narasi 'piye, enak zamanku' sempat viral, tapi ketika dikonfirmasi secara elektoral, jumlahnya tidak bisa melewati ambang batas."