MENILIK Cara McDonald Raih Keuntungan dengan Jual Makanan Seharga Belasan Ribu

Januari lalu, berbagai produsen makanan cepat saji memberikan menu diskon di seantero gerai di Amerika Serikat.

Kompas.com/Silvita Agmasari
Pramusaji melayani pembagian 1.000 cihicken muffin di McDonalds national breakfast day. 

Berdasarkan riset Nielsen 2015 silam, sebanyak 41 persen Generasi Z dan 32 persen Milenial memilih "membayar dengan harga yang lebih mahal, untuk makanan yang lebih organik".

Sementara hanya 21 persen generasi Baby Boomers (generasi sebelum Milenial), yang mau mengeluarkan uang lebih untuk makanan yang lebih sehat.

Baca: Inilah Hakim Agung Artidjo Alkostar yang Ditunjuk Tangani PK Ahok. Dia Kerap Tangani Kasus Berat

Baca: SEDANG Persiapan Terbang, Pramugari Ini Buka Pintu Darurat dan Melompat. Akibatnya Sangat Fatal

"Gerai makanan cepat saji terkesan tua bagi kaum Milenial, apalagi jika dibandingkan gerai-gerai makanan yang menjual salad," kata Marion Nestle, profesor nutrisi dai Universitas New York.

Karena itulah perusahaan seperti McDonald's bekerja sama dengan Uber untuk mengantarkan berbagai produk mereka di Amerika, Inggris dan Australia.

Apalagi zaman sekarang kepala-kepala kantor kerap meminta stafnya untuk menghabiskan waktu dan bekerja di kafe-kafe. Jelas, kafe yang nyaman dengan sofa empuk lah yang dipilih, bukan gerai makanan cepat saji.

Bisa murah sampai berapa lama?

Nestle yang mengajar di NYU menyebut perputaran ekonomi restoran cepat saji sangat bergantung pada volume penjualan.

"Semakin banyak konsumen yang berbelanja, semakin bagus," ungkapnya.

Mereka pun saling berebut konsumen. Jika Burger King menurunkan harganya, Wendy's akan berupaya melakukan hal yang sama pula.

"Mereka semua tertarik soal isu penurunan harga ini," kata Patricia Smith. Tak jarang perusahaan mengubah harga untuk mengecek pasar.

"Mereka ingin tahu, kalau harga dinaikkan apakah pelanggan akan lari? Ataukah saya harus menurunkan harga dan meraih lebih sedikit untung, tetapi volume penjualan lebih banyak?"

Metode meraih untung dengan cara ini kerap disebut metode "permintaan elastis".

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved