Prostitusi Online di Aceh - Pengakuan Germo Jalankan Bisnis Syahwat di Aceh dan Pesanan Pejabat

Prostitusi online berhasil dibongkar personel Polresta Banda Aceh di sebuah hotel di Jalan Soekarno-Hatta, Aceh Besar, Rabu malam

Editor: Mairi Nandarson
SERAMBIINDONESIA/M ANSAR
Germo (kiri) saat ditanya polisi di Mapolresta Banda Aceh 

TRIBUNBATAM.id, BANDA ACEH - Prostitusi online yang berhasil dibongkar personel Polresta Banda Aceh di sebuah hotel di Jalan Soekarno-Hatta, Aceh Besar, Rabu (21/3/2018) malam lalu, menambah daftar jaringan prostitusi online di seputaran ibu kota, Banda Aceh dan Aceh Besar.

Setidaknya ini jaringan prostitusi online kedua yang berhasil diungkap aparat kepolisian selama enam bulan terakhir.

Sebelumnya, pada 22 Oktober 2017, aparat kepolisian juga berhasil membekuk seorang germo dan sejumlah wanita pesanan di salah satu hotel di Banda Aceh.

Baca: Germo Prostitusi Online di Aceh Buka-bukaan. Pejabat Pilih Cewek yang Putih dan Bersih

Baca: Prostitusi Online Rambah Aceh. Sudah 2 Tahun, Tarif Rp 2 Juta, Komisi Germo Rp 500 Ribu

Baca: Waduh. Prostitusi Online Merambah Aceh. Tarif Ditemani Satu Wanita Capai Rp 2 Juta

Sama seperti sebelumnya, kali ini polisi juga berhasil menciduk germo atau mucikari bersama tujuh wanita, adalah MRS alias Andre (28) sang germo yang telah menjalankan bisnis syahwat berbasis online sejak tiga tahun terakhir.

Kemarin, atas izin Kapolresta Banda Aceh, AKBP Trisno Riyanto, Serambi bersama tiga media lainnya diberi kesempatan mewawancarai langsung Andre di ruang Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reskrim Polresta Banda Aceh, Ipda Septia Intan Putri STK. Kepada awak media, Andre sedikit blak-blakan tentang bisnis syahwat yang telah dia jalani itu.

Andre mengungkap beberapa fakta terkait bisnisnya tersebut, salah satunya soal pelanggan yang sering mengorder wanita-wanita kepadanya.

Ternyata, Andre memiliki seabrek pelanggan dari berbagai kalangan di Banda Aceh.

“Kalau mahasiswa sekali-kali aja, pengusaha iya, semua kalangan ada,” kata Andre.

Andre juga membeberkan, para pejabat atau birokrat sekalipun, pernah menjadi pelanggannya, mereka ikut memesan wanita-wanita kepada Andre untuk memenuhi syahwat sesaat.

“Ada itu sudah lama, 2016 gitulah,” katanya.

Baca: Siapa Sangka, Aty Kodong yang Dulu Tinggal di Gubuk Sederhana, Sekarang Sudah Tenar dan Kaya

Baca: Wajahnya Jerawatan, Ruben Onsu Beberkan Penyebabnya

Baca: Tanpa Proses Pacaran, Daus Mini Langsung Melamar Istrinya, Destia Astrinatri

Ditanya lebih detail pejabat mana yang dia maksudkan atau pejabat mana yang sering menjadi pelanggannya, Andre enggan menjawabnya.

Dia mengaku, tidak terlalu tahu detail terkait pekerjaannya di mana, yang jelas Andre mengaku ada pejabat yang menjadi pelanggannya.

“Iya ada, nggak sering, tapi ada. Kapan dia ada waktu senggang, tiga atau empat kali,” katanya.

Serambi juga berulang kali menanyakan, apakah pejabat yang dia maksud anggota dewan, pejabat pemerintah, atau pejabat lainnya, Andre tak mau menjawab secara detail.

“Itu saya kurang paham. Tadi saya sudah bilang, apakah (kerja) di kantor gubernur, apakah di bappeda, apakah di DPRA, apakah di gedung wali kota, itu menurut saya orang-orang pejabat, itu pemerintahan namanya ya?,” cetus Andre.

Ia juga mengatakan, para pelanggan yang dinilainya sebagai pejabat itu biasanya memesan atau memilih perempuan-perempuan yang high class.

“Mereka (pejabat) milih yang putih dan yang bersih,” katanya.

Hal lain yang diakui Andre dalam wawancaranya kemarin, terkait hotel yang ia gunakan untuk melancarkan bisnisnya tersebut.

Andre mengaku, pernah berwara-wiri dari satu hotel ke hotel yang lain, bukan hanya hotel yang dia pakai saat diciduk polisi beberapa hari lalu.

“Banyak hotel, yang menurut saya aman itu yang saya gunakan. Ada tiga hotel, saya nggak kerja sama dengan hotel itu, apakah mereka tahu atau nggak, itu saya nggak tahu, saya nggak pernah kerja sama dengan orang hotel,” katanya.

Andre juga mengaku, para pelanggan yang kerap memesan wanita kepadanya, biasanya tanpa perantara, si pelanggan langsung jumpa dengan Andre atau face to face setelah deal-deal melalui telepon.

Andre mengaku tak sembarangan menerima orderan, hanya orang yang dia kenal dari kawan ke kawan yang kemudian ia approved (disetujui).

“Langsung ketemu face to face di hotel, jika sudah dekat kita nongkrong sebentar lalu saya tunjukin foto ceweknya, ini-ini, udah gitu aja selesai,” katanya.

Saat Andre tertangkap beberapa hari lalu karena under cover polisi, Andre juga sudah deal dan mengantongi uang dari polisi yang nyambi jadi pelanggannya.

“Uang sudah saya kantongi, tapi cuma mau gimana sudah nahas,” katanya.

Andre mengaku, dirinya pernah berniat ingin berhenti dalam geliat bisnis syahwat tersebut.

Tapi, karena desakan ekonomi, tergiur uang, serta permintaan pemesan yang terus menerus, sehingga pria asal Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara (Sumut) itu tidak dapat membendung niatnya.

“Saya pernah berniat sekali berhenti saat Andra Irawan (24) ditangkap pada 22 Oktober 2017. Tapi, karena kondisi kantong kempes dan permintaan juga ada, saya menghubungi kembali rekan-rekan saya (para wanita),” kata Andre yang mengaku punya usaha mi ayam dan pernah bekerja di salah satu toko buku di Banda Aceh.

Andre mengaku, saat ini masih ada jaringan prostitusi online lain yang masih menjalankan bisnis haram tersebut.

Menurut pengakuannya, masih ada empat bahkan lima lagi jaringan atau germo yang saat ini menjalankan bisnis syahwat, bahkan Andre mengenal para germonya.

“Empat sampai beberapa orang lagi, masih ada, pokoknya kek gitu. Rata-rata kenal semua,” pungkas Andre. (dan/mir)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved