Kali Pertama pascakrisis, Rating Utang Luar Negeri Indonesia Naik Satu Tingkat. Apa Maknanya?
Untuk pertama kali sejak krisis ekonomi 1998, surat utang luar negeri Indonesia naik satu peringkat di kelas investment grade.
TRIBUNBATAM.id, JAKARTA- Angin baik kembali berembus ke Indonesia.
Untuk pertama kali sejak krisis ekonomi 1998, surat utang luar negeri atau sovereign credit rating (SCR) Indonesia naik satu peringkat di kelas investment grade.
Lembaga pemeringkat dunia, Moodys Investor Service (Moodys), menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari posisi Baa3 dengan Outlook Positif menjadi Baa2 dengan Outlook Stabil pada 13 April 2018.
Terakhir kali, Indonesia mendapatkan rating Baa2 tahun 1997.
Namun, setelah itu rating anjlok akibat krisis ekonomi tahun 1998.
Kenaikan peringkat itu memperkuat rating Indonesia di level investment grade.
Maklum, Februari 2018, Japan Credit Rating Agency (JCRA) juga menaikkan rating utang Indonesia satu tingkat di kategori investment grade.
Langkah JCRA juga diikuti oleh Rating and Investment Information Inc (R&I) pada Maret 2018.
Baca: Surat Pengakuan Utang Hebohkan Pelanggan PLN Anambas! Mengejutkan Jawaban PLN!
Baca: Luhut Bawa Investasi Rp 310 Triliun dari Cina, Ekonom Peringatkan Hati-Hati dengan Kepentingannya
Moody's menilai, ekonomi Indonesia sudah berada di jalur yang benar.
Sejumlah beleid ekonominya dinilai mendukung stabilitas makroekonomi, sehingga menjadi kunci kenaikan rating kali ini.
"Ini pencapaian besar di tengah ketidakpastian ekonomi kawasan," kata Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia (BI) dalam keterangan tertulis, akhir pekan lalu.
Moody's menilai, posisi keuangan Indonesia saat ini lebih kuat. Misalnya, cadangan devisa meningkat.
Per Maret 2018, posisi cadangan devisa Indonesia sebesar 126 miliar dolar AS, lebih besar dibandingkan periode sama tahun lalu yang senilai 121,8 miliar dolar AS.
