DONALD TRUMP & KIM JONG UN DI SINGAPURA

Pengamat: Donald Trump dan Kim Jong-un Berdamai, yang Menang Adalah China

Ke depan, China tentu akan mengambil peran yang sangat besar dalam modernisasi ekonomi Korea Utara yang posisinya sangat strategis itu.

AP
Rakyat Korea Utara membaca koran pemerintah yang berisi KTT Presiden AS Donald Trump dengan pemimpin mereka, Kim Jong-un, Rabu (12/6/2018). 

TRIBUNBATAM.id - Pertemuan bersejarah Presiden Amerika Serikat dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berakhir dengan jabat tangan yang hangat.

Kedua kepala negara sudah berikrar untuk mendinginkan Semenanjung Korea yang terus bergolak selama 70 tahun terakhir.

Kim secara gambalang menjanjikan akan menghentikan aktivitas nuklir yang membuat banyak negara blingsatan.

Sementara, Amerika Serikat juga berjanji akan menghentikan latihan perang bersama dua sekutunya di kawasan itu, Jepang dan Korea Selatan.

Namun, di balik harapan perdamaian itu, pemenang utamanya menurut pengamat adalah China, satu-satunya "sekutu" Korea Utara saat ini.

Baca: Presiden Trump akan Hentikan Latihan Perang AS-Korsel, Kaum Konservatif pun Meradang

Baca: Usai Tandatangani Dokumen Denuklirisasi Korut, Trump: Kami Sangat Bangga Hari Ini

Sementara teman-teman Amerika, yakni Jepang, dan Korea Selatan, tidak mendapatkan keuntungan dari pertemuan itu karena tidak ada keinginan dua negara itu yang dibahas dalam KTT di Pulau Sentosa itu.

Presiden China Xi Jinping boleh dikata sebagai sponsor utama keberhasilan pertemuan Trump dan Kim.

Dua hal yang dibahas, yakni penghentian latihan militer menghentikan uji coba nuklir adalah model dialog yang dioharapkan China selama bertahun-tahun.

Tidak heran jika Trump menyebut Xi sebagai teman dekat dan berterima kasih kepadanya, meskipun baru sepekan yang lalu, Trump gondok dengan China.

Pada pertemuan KTT G-7 di Quebec, pekan lalu, Amerika Serikat menarik diri dari komunike yang ditandatangani enam negara.

Mereka tidak sepakat dengan ketetapan tarif yang diinginkan AS, melanjutkan ancaman perang dagang yang dihembuskan Trump sejak dua bulan lalu.

Trump bahkan menghina Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau sebagai "lemah" dan "tidak jujur" karena mengkritik tarif AS.

"Entah bagaimana Trump bisa begitu cepat melupakannya di Singapura," kata Macolm Davis, seorang analis senior di Australian Strategic Policy Institute seperti dilansir AFP.

"Jika AS siap membuat janji kepada seorang diktator yang brutal, maka seberapa dapat dipercaya dia akan mempertahankan komitmen keamanan kepada sekutunya?"

Pemimpin Korea Utara (DPRK) Kim Jong-un bersalaman dengan Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan di Singapura, Selasa (12/6/2018)
Pemimpin Korea Utara (DPRK) Kim Jong-un bersalaman dengan Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan di Singapura, Selasa (12/6/2018) (TWITTER/BBC)

Bahkan, diplomasi Trump langsung dilanjutkan sehari setelahnya. 

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo langsung terbang ke Seoul untuk pertemuan dengan rekan Korea Selatan dan Jepang.

Perjalanan Pompeo dilanjutkan ke Beijing selama beberapa jam untuk melakukan hal yang sama dengan para pemimpin China.

Baca: Datang ke Singapura, Pesawat Kim Jong Un Ternyata Pinjam Jet Pribadi PM China Li Keqiang

Baca: Jadi Guyonan, Tandatangan Kim Jong Un Mirip Rudal dan Tandatangan Trump Kayak Hasil Tes Kebohongan

Pertemuan pra-KTT antara Xi dengan Kim memang membantu memulihkan hubungan yang telah membeku cukup lama.

China hanya melakukan satu sentakan kecil untuk menekan Kim setelah uji coba nuklir yang provokatif pada tiga bulan akhir 2017. 

Yakni, menyetop impor bahan baku energi dari Korea Utara yang menjadi sumber utama pendapatan negara itu.

Ini adalah sanksi pertama yang dilakukan Beijing terhadap Pyongyang setelah mereka sama-sama bertempur pada Perang Korea tahun 1950-1953.

Satu sentakan China itu langsung membuat Kim gagap dan menuruti kemauan Presiden Xi.

Posisi China sebagai sponsor utama bisa dilihat dari tiga pesawat Air China yang digunakan Kim menuju Singapura, satu di antaranya adalah pesawat dinas Perdana Menteri China Li Keqiang.

Ke depan, China tentu akan mengambil peran yang sangat besar dalam modernisasi ekonomi Korea Utara yang posisinya sangat strategis itu.

Sementara itu, Jepang, sekutu utama AS di kawasan itu, tidak mendapatkan apa pun yang diinginkannya karena Trump tidak menanyakan warga Jepang yang diculik oleh Korea Utara.

Trump juga tidak menanyakan kejahatan perang Korea Utara terhadap Korea Selatan.

Kepada wartawan, Trump mengatakan dengan gaya Hollywood, "Itu adalah pembicataan tumit yang bisa dilakukan kemudian," katanya.

Presiden AS Donald Trump menunjukkan dokumen yang memuat tanda tangannya dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un usai perundingan di Singapura, Selasa (12/6/2018).
Presiden AS Donald Trump menunjukkan dokumen yang memuat tanda tangannya dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un usai perundingan di Singapura, Selasa (12/6/2018). (AFP/SAUL LOEB)

"Kami akan menghentikan permainan perang, yang akan menyelamatkan sejumlah besar uang kami," kata Trump.

Pertemuan yang totalnya 1,5 jam --termasuk pembicaraan tatap muka selama 46 menit-- memang tidak menjawab banyak pertanyaan tentang apa yang disebut perdamaian yang strategis.

Bahkan, ke dua negara tidak membahas jadwal atau begaimana perombakan nuklir yang harus dilakukan oleh Pyongyang serta bagaimana penyerahan nuklir "tanpa syarat" yang dijanjikan Kim.

Satu hal yang diucapkan oleh Trump adalah bahwaq ia telah mendapat undangan untuk mengunjungi Ptongyang dan akan mengundang Kim ke Washington.

"Kami sepakat untuk bertemu dua atau tiga kali lagi," katanya.

Namun, para pengamat tentu saja bisa salah karena manuver Kim supercepat, hanya enam bulan sejak pidato awal tahunnya.

Bisa jadi, provokasi ujicoba nuklir balistik yang dilakukannya adalah cara untuk memancing Trump keluar dari sarang, dan langsung menyergapnya.

Kim sukses memposisikan dirinya satu level dengan Trump, meskipun Korea Utara adalah negara miskin bahkan sebagian rakyatnya dilanda kelaparan.

Satu adegan dari tontonan tentang perdamaian di Semenanjung Korea sudah selesai.

Kita belum tahu, bagaimana adegan selanjutnya akan dimainkan oleh para aktor tersebut.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved