Dilempar Granat, Bung Karno Tidak Berlindung tapi Malah Menjadi Tameng Bagi Anak-anak di Sekitarnya
Selama jadi Presiden RI (1945-1967), Bung Karno pernah mengalami berbagi upaya pembunuhan baik yang dilakukan oleh kelompok anti-Soekarno
TRIBUNBATAM.id - Selama jadi Presiden RI (1945-1967), Bung Karno pernah mengalami berbagi upaya pembunuhan baik yang dilakukan oleh kelompok anti-Soekarno di dalam negeri maupun luar negeri.
Beragam cara pembunuhan ditujukan kepada Bung Karno mulai dari menggunakan sepucuk pistol hingga jet tempur MiG-17 yang diterbangkan oleh pilot profesional Daniel Maukar dari AURI.
Tapi dari sekian upaya pembunuhan terhadap Bung Karno, termasuk yang didalangi oleh para agen rahasia CIA, hanya satu yang nyaris berhasil dan menimbulkan korban cukup besar.
Yakni upaya pembunuhan berdarah yang berlangsung pada 30 November 1957 di Jakarta.
Hari itu sekitar pukul 20.55 WIB, Bung Karno dan para pengawalnya sedang berjalan keluar dari acara ‘malam amal’ yang berlangsung di Perguruan Cikini, Jakarta Pusat.
Baca: Kisah Benny Moerdani, Dipaksa Menikah Oleh Bung Karno dan Selalu Membawa Bekal Masakan Istri
Baca: Menegangkan, Begini Kisah Paspampres Indonesia Hampir Tembak Pengawal PM Israel
Baca: Kisah Kopassus Menyamar Sebagai Pengawal Presiden Filipina Untuk Mengamankannya dari Kudeta
Sekitar 500 tamu, para pengajar, dan murid-murid menyambut Bung Karno penuh suka cita mulai dari awal hingga akhir acara.
Ketika akan meninggalkan acara, Bung Karno menuruni tangga dari lantai dua ke lantai dasar yang saat itu dipenuhi anak-anak dalam posisi berdiri berjajar meski sedang turun hujan.
Sambil membelai rambut anak-anak yang mengerumuninya, Bung Karno berjalan menuju mobil kepresidenan yang sudah menunggunya dalam kondisi pintu sudah terbuka.
Masih dikerumuni sejumlah anak yang malah tampak mengejar, Bung Karno berhenti sejenak untuk menyambut hormat komandan Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres).
Tiba-tiba di tengah suasana penuh kegembiraan itu terdengar suara keras ledakan granat.
Belum sempat para pengawal bereaksi atas ledakan granat yang pertama, dua granat dilemparkan lagi dari sebelah kiri dan kanan gedung.
Akibat serangan granat yang menimbulkan suasana kacau balau itu, secara refleks Bung Karno tidak mencari tempat berlindung melainkan justru melindungi anak-anak yang ada di sekitarnya menggunakan tubuhnya.
Melihat reaksi Bung Karno yang sedang terancam nyawanya itu, seorang pengawal segera membawanya ke belakang mobil untuk berlindung.
Tepat pada saat itu dua granat dilemparkan lagi sehingga menimbulkan kerusakan parah pada bagian depan mobil dan sisi mobil lainnya.
Akibat serangan granat yang membabi-buta, anak-anak yang panik dan menangis hanya bisa berusaha lari masuk gedung sekolah serta ratusan tamu yang juga tak kalah panik saling berjatuhan ketika sedang berusaha menyelamatkan diri.