Semua Sukunya Dibunuh, 'Pria Paling Kesepian di Dunia' Tinggal Terasing di Amazon Selama 22 Tahun

Pria berusia sekitar 50 tahun itu tinggal seorang diri di hutan Amazon, Brasil, selama 22 tahun, setelah seluruh sukunya mati terbunuh.

FUNAI
Pria berusia sekitar 50 tahun itu tinggal seorang diri di hutan Amazon, Brasil, selama 22 tahun, setelah seluruh anggota sukunya dilaporkan mati terbunuh. 

"Dia kondisinya sehat, masih melakukan aktivitas berburu, dan berkebun pepaya dan jagung," kata Altair Algayer, koordinator regional Funai, kepada The Guardian.

Lembaga Funai memiliki kebijakan untuk menghindarkan kelompok-kelompok suku terasing itu dengan dunia luar.

Mereka juga menekankan bahwa pria itu tidak ingin melakukan kontak dengan orang luar. Hal itu pernah dia tunjukkan dengan memanah orang-orang yang ingin menemuinya.

"Dia pernah mengalami kekerasan di masa lalu, dan dia menganggap dunia luar sebagai tempat yang sangat berbahaya," kata Fiona Watson, yang telah mengunjungi daerah itu dan melihat perkampungan orang-orang itu.

Dalam Bahaya Besar

Mayoritas orang-orang dari suku pria itu diperkirakan telah dibinasakan pada tahun 1970-an dan 80-an, setelah dibangun jalan raya di dekat lokasi mereka tinggal, yang menyebabkan peningkatan permintaan lahan demi tujuan bisnis.

Saat ini, para petani dan penebang liar masih menginginkan keberadaan tanah yang mereka tinggali.

Pria itu juga bakal menghadapi "pistoleros", sebuah istilah yang merujuk pada senjata api yang digunakan oleh kelompok bersenjata yang disewa untuk kepentingan merebut tanah mereka.

Pada tahun 2009, perkampungan sementara yang didirikan oleh Funai digeledah oleh kelompok bersenjata. Mereka menyebarkan ancaman di lokasi itu.

Hutan Amazon Brasil adalah rumah bagi suku-suku terasing, menurut Survival International.

Kontak dengan dunia luar juga beresiko bagi mereka, yang dapat berakibat kematian akibat penularan virus atau bakteri dari dunia luar.

"Di satu sisi kita tidak perlu tahu segala hal tentang dia," kata Watson mengomentari sosok pria itu.

"Tapi keberadaan dia adalah simbol dari apa yang hilang di sekitar kita, yaitu keragaman manusia yang luar biasa ini." (bbc indonesia)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved