HARI ANAK NASIONAL 2018

Hari Anak Nasional 2018 - 10 Permainan yang Tak Ditemukan Anak-anak Zaman Now

Tidak ada salahnya, anak-anak zaman now perlu mengenal permainan anak zaman dulu yang dimainkan orangtua mereka

Editor: Mairi Nandarson
TRIBUNNEWS
Permainan Anak zaman dulu yang tak ditemukan sekarang 

TRIBUNBATAM.id - Hari ini, 23 Juli 2018 adalah Hari Anak Nasional (HAN). Bicara anak-anak tidak terlepas dari berbagai macam permainan.

Namun sering dengan waktu bentuk-bentuk permainan anak hari demi hari mengalami perkembangan.

Setiap zaman, anak-anak memiliki corak permainannya sendiri.

Permainan anak sekarang atau lebih dikenal dengan sebutan milenial lebih cenderung bersentuhan dengan teknologi.

Semuanya terlihat baik dan memiliki peran dan tujuan masing-masing.

Anak-anak sekarang banyak yang tidak mengenal permainan anak-anak zaman dulu yang memang jauh dari teknologi.

Tidak ada salahnya, anak-anak zaman now perlu mengenal permainan anak zaman dulu yang mungkin dimainkan oleh orangtua mereka.

Berikut ini 10 ragam permainan anak-anak zaman dulu, era 80-an hingga 90-an yang jarang dijumpai saat ini.

1. Congklak

Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dilakukan minimal dua orang.

Dalam permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dengan panjang sekitar 30 cm dan 98 buah biji yang dinamakan biji congklak atau buah congklak.

Pada awal kemunculannya, papan congklak terbuat dari kayu, namun kemudian muncul dalam bentuk plastik sehingga mudah untuk dibawa.

Permainan Congklak
Permainan Congklak ()

Sedangkan biji atau anak congklak bisa dari apa saja selama bisa masuk ke dalam lubang congklak dalam jumlah banyak.

Pada umumnya anak congklak bisa dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik.

Pada papan congklak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya.

Setiap 7 lobang kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kanannya dianggap sebagai milik sang pemain.

Pada awal permainan setiap lobang kecil diisi dengan tujuh buah biji.

Dua orang pemain yang berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lobang yang akan diambil dan meletakkan satu ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya berlawanan arah jarum jam.

Bila biji habis di lobang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, bila habis di lobang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lobang kecil di sisinya.

Bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan.

Tetapi bila berhenti di lobang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.

Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat diambil (seluruh biji ada di lobang besar kedua pemain).

Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji terbanyak.

Permainan congklak pada umumnya dikenal hampir di seluruh Indonesia, tentu dengan nama sesuai dengan daerah masing-masing.

Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama congklak, dakon, dhakon atau dhakonan.

Di beberapa daerah di Sumatera yang berkebudayaan Melayu, permainan ini dikenal dengan nama congkak.

Di Lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban, sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan beberapa nama Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata.

Bahkan negara jiran, Malaysia dan Singapura khususnya warga keturunan Melayu, permainan ini juga dikenal dengan nama congkak.

Sedangkan dalam bahasa Inggris permainan ini disebut Mancala.

2. Gasing

Gasing atau juga disebut Gangsing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik.

Permainan ini tidak hanya dimainkan anak-anak tapi juga oleh orang dewasa.

Gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain.

Wali Kota Batam HM Rudi memainkan gasing saat membuka Tamadun Melayu Festival Kampoeng Toea di Belakangpadang, Jumat (29/4/2016)
Wali Kota Batam HM Rudi memainkan gasing saat membuka Tamadun Melayu Festival Kampoeng Toea di Belakangpadang, Jumat (29/4/2016) (tribunbatam/argianto danugraha)

Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing.

Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon.

Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.

Gasing biasanya berputar terhuyung-huyung untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuatnya tegak.

Gasing merupakan salah satu permainan tradisional Nusantara.

Dikutip dari wikipedia Indonesia, wilayah Pulau Tujuh Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, permainan gasing telah ada jauh sebelum penjajahan Belanda.

Sedangkan di Sulawesi Utara, gasing mulai dikenal sejak 1930-an.

Permainan ini dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa.

Biasanya, dilakukan di pekarangan rumah yang kondisi tanahnya keras dan datar.

Permainan gasing dapat dilakukan secara perorangan ataupun beregu dengan jumlah pemain yang bervariasi, menurut kebiasaan di daerah masing-masing.

Hingga kini, gasing masih sangat populer dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia.

Bahkan warga di Kepulauan Rian rutin menyelenggarakan kompetisi.

Sementara di Demak, biasanya gasing dimainkan saat pergantian musim hujan ke musim kemarau.

Masyarakat Bengkulu ramai-ramai memainkan gasing saat perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram.

Gasing memiliki beragam bentuk, tergantung daerahnya.

Ada yang bulat lonjong, ada yang berbentuk seperti jantung, kerucut, silinder, juga ada yang berbentuk seperti piring terbang.

Gasing terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki.

Namun, bentuk, ukuran dan bagian gasing berbeda-beda menurut daerah masing-masing.

Gasing di Ambon memiliki kepala dan leher.

Namun umumnya, gasing di Jakarta dan Jawa Barat hanya memiliki bagian kepala dan paksi yang tampak jelas, terbuat dari paku atau logam.

Cara memainkan gasing, tidaklah sulit.

Gasing di pegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang tali.

Lilitkan tali pada gasing, mulai dari bagian paksi sampai bagian badan gasing.

lilit kuat sambil berputar.

Lempar gasing ke tanah.

Gasing yang dilempar akan berputar untuk beberapa saat hingga interaksi kakinya dengan permukaan tanah membuatnya tegak lalu berputar untuk beberapa waktu.

Lama-lama putaran semakin memelan dan momentum sudut dan efek giroskopik berkurang, hingga akhirnya badan gasing jatuh ke permukaan tanah.

3. Lompat tali

Permainan lompat tali cukup simpel, hanya bermodalkan tali elastis.

Permainan ini paling sedikit membutuhkan tiga orang, dua orang memutar tali dari bawah ke atas.

Satu orang lainnya melakukan lompatan di dalam putaran tali.

Pemain akan dinyatakan gagal dan digantikan oleh pemain lainnya apabila mengenai tali.

Permainan ini cocok untuk melatih ketelitian dan kekompakan serta keseimbangan tubuh anak.

4. Gobak sodor atau hadang

Gobak sodor adalah sebuah permainan tim atau grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 sampai 5 orang.

Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.

Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat yang dibagi menjadi 6 bagian.

Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur.

Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal.

Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas.

Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan.

Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.

Permainan ini seru melatih ketangkasan, strategi, kecepatan, dan kecerdikan.

5. Engklek

Engklek adalah permainan anak tradisional yang populer khususnya di masyarakat pedesaan.

Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.

Di setiap daerahnya dikenal dengan nama yang berbeda.

Dikutip dari wikipedia Indonesia, nama permainan ini kerap dikaitkan dengan Belanda dan menyebar ke nusantara pada zaman kolonial.

Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak, dengan dua sampai lima orang peserta.

Di Jawa, permainan ini disebut engklek dan biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan.

Permainan yang serupa dengan peraturan berbeda di Britania Raya disebut dengan hopscotch.

Permainan hopscotch tersebut diduga sangat tua dan dimulai dari zaman Kekaisaran Romawi.

Peserta permainan ini melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yang telah digambar sebelumnya di tanah.

Untuk dapat bermain, setiap anak dibekali gacuk sebuah benda kecil yang bisa terbuat dari apa saja seperti batu, kayu dan lainnya.

Gacuk atau Kreweng ini ditempatkan di salah satu petak yang tergambar di tanah dengan cara dilempar, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak / ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.

Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu, berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan "sawah" mereka, yang artinya di petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak itu dengan kedua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan.

Peserta yang memiliki kotak paling banyak adalah yang akan memenangkan permainan ini.

6. Gundu

Kelereng atau Gundu permainan untuk mendapatkan klereng atau gundu lawan.

Permainannya bisa dalam bentuk apa saja, saling mengenai gundu atau masuk-keluar klereng atau gundu ke dalam lubang.

Pemenang akan ditentukan oleh banyaknya gundu atau klereng yang berhasil dikenai.

Kelereng kadang-kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia karena corak warnanya.

7. Meriam bambu

Meriam bambu merupakan salah satu permainan tradisional Melayu khas cukup populer serta dikenal di berbagai daerah – daerah melayu, bahkan hampir di seluruh wilayah Nusantara pada umumnya.

Selain disebut dengan istilah Meriam Bambu, di berbagai daerah permainan ini dikenal juga dengan nama bedil bambu, mercon bumbung, long bumbung, dan seterusnya.

Permainan bedil bambu ini biasanya dimainkan oleh anak – anak laki-laki dalam rangka memeriahkan bulan puasa menjelang hari raya, dan peringatan hari besar agama maupun adat.

Setelah Meriam Bambu selesai dibuat, maka sudah siap untuk dibunyikan.

Bahan bakar yang digunakan bisa berupa minyak tanah atau karbit yang dicampuri air dengan takaran tertentu.

Jika memakai air karbit, bisa pula ditambahkan sedikit garam untuk memperbesar suara dentuman.

Cara mendentumkan Meriam bambu adalah dengan menuangi minyak tanah atau air karbit ke dalam lubang tempat penyulutan.

Kemudian, seutas kayu yang sudah dililit dengan kain dan dicelupkan ke minyak tanah lalu diberi api, digunakan sebagai alat penyulut.

Sebaiknya berhati hati dalam melakukan permainan ini untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan Untuk memainkan Meriam bambu sebenarnya tidak memerlukan keahlian khusus, namun disarankan agar berhati-hati Karena bisa membahayakan.

Jika tidak cermat dan waspada ketika menyulut, percikan api yang ditimbulkan bisa mengenai wajah.

Oleh Karena itu, bagi anak-anak yang belum cukup umur disarankan untuk tidak menyulut Meriam Bambu ini.

Namun demikian, untuk para remaja dan kaum lelaki dewasa juga diharapkan tetap berhati-hati ketika menyulut Meriam bambu.

8. Ular naga

Permainan ular Naga adalah permainan grup atau tim.

Permainan ini bisa dilakukan sampai 10 orang, karena semakin ramai akan semakin seru.

Dua pemain membentuk gerbang dengan kedua tangannya saling berpegangan di atas kepala.

Sisa pemain lainnya akan melewati gerbang tangan itu sambil menyanyikan lagu.

Ketika lagu berhenti atau selesai dinyanyikan, gerbang tangan akan turun dan menangkap pemain di bawahnya.

Bagi pemain yang tertangkap kemudian akan diminta untuk memilih bergabung kepada salah satu dari dua pemain yang menangkapnya sehingga akan membentuk deretan panjang.

Deretan panjang itu yang kemudian menginspirasi pemberian nama permainan itu dengan Ular Naga.

Setelah ular naganya terbentuk, permainan akan dilanjutkan dengan saling menangkap pemain paling belakang.

Bagi pemain yang tertangkap, maka akan pindah menjadi pemain kelompok yang menangkapnya.

Permainan ini seru karena setiap kelompok akan berusaha menghindarkan pemain di belakangnya dari kejaran lawan.

Permainan ini baik untuk melatih kekompakan tim.

9. Bongkar-pasang boneka kertas

Boneka kertas atau di Indonesia lebih populer dengan istilah bongkar pasang (BP) adalah figur yang terbuat dari kertas, dengan pakaian terpisah.

Sesuai dengan namanya, permainan ini lebih cenderung dimainkan anak-anak perempuan.

10. Ketapel

Ketapel adalah permainan bidik target.

Ketapel terbuat dari kayu yang memiliki cabang dua menyerupai huruf "Y".

Pada kedua ujungnya dipasangi tali dari karet, biasanya dari ban dalam sepeda yang sudah dibentuk memanjang berukuran sedang.

Bagian ujung tali akan disatukan oleh selembar kain.

Kain ini berfungsi sebagai penampung anak ketapel seperti batu kecil.

Batu kecil itu nantinya digunakan untuk membidik target.

Itulah 10 bentuk permainan tradisional yang biasa dimainkan masa tahun 80-an hingga 90-an.

Sebagian permainan masih ada dijumpai masa sekarang seperti ketapel, lompat tali dan gasing walau jumlahnya tidak banyak. (yah)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved