Boleh Coba Sebelum Membeli, Perusahaan Penjual Boneka Pemuas Nafsu Ditutup Polisi
oneka seks yang berperan menjadi pengganti wanita bagi kaum pria kini menjadi gaya hidup baru di berbagai kota besar di dunia.
TRIBUNBATAM.id, HONG KONG - Boneka seks yang berperan menjadi pengganti wanita bagi kaum pria kini menjadi gaya hidup baru di berbagai kota besar di dunia.
Banyak pria yang lebih senang membeli boneka ini untuk melepas nafsunya daripada mencari wanita sebagai pasangan dengan banyak alasan.
Namun, ada cerita menarik dari sebuah toko yang menjual boneka seks ini di Hong Kong.
Seperti dilansir TribunBatam.id dari Shanghai Ist, toko ini ditutup polisi setelah dua bulan menjual boneka seks, akhir pekan lalu.
Masalahnya bukan pada bonekanya, tetapi cara toko itu memasarkan produknya.
Para calon konsumen boleh mencoba boneka tersebut terlebih dahulu sebelum membelinya.
Toko boneka seks bernama Mary yang terletak di Kwun Tong, Hong Kong ini menyediakan kamar khusus bagi calon konsumennya untuk mencoba boneka yang mereka sukai.
Namun, untuk mencoba boneka tersebut tidaklah gratis, tetapi membayar 480 dolar Hong Kong atau sekitar Rp 8800 ribu oleh pengelola Toko Mary untuk satu jam.
Bahkan, Toko Mary juga membolehkan calon konsumen membawa teman wanita untuk sesi 90 menit dengan harga HK$ 860 atau sekitar Rp 1,6 juta.
Setelah itu, mereka dapat membeli satu dari tiga varian boneka seks yang ditawarkan, dengan harga mulai dari HK $ 18.000 (Rp 33,1 juta) hingga HK $ 30.000 (Rp 55,2 juta).
Dilansir koran Hong Kong, South China Morning Post, pemilik Toko Mary menjamin kebersihan setiap boneka tersebut sebelum digunakan konsumen.

Selain mewajibkan para pria menggunakan kondom, boneka itu juga direndam dalam larutan desinfektan selama 30 menit setelah melayani konsumen.
Namun, cara kreatif seperti itu, menurut kepolisian, sudah tergolong praktik pelacuran dan hal itu ilegal di Hong Kong.
Polisi langsung melakukan penggerebekan, menutup toko, dan menangkap pemiliknya.
Kasus ini memang menimbulkan perdebatan hukum karena boneka tersebut bukan wanita sungguhan sehingga akan kesulitan membuktikannya di pengadilan.
"Bagaimana boneka itu bersaksi di pengadilan?" kata seorang pengacara sambil tertawa.
Namun, polisi tidak kehilangan akal dalam menjerat pemilik toko.
Bukan hanya praktik bordil itu saja yang membuat pihaknya bertindak.
Soalnya, menurut sumber kepolisian, para pelanggan selama berada di kamar, juga disuguhi film porno di kamar pribadi tersebut.
Jeratan hukum lainnya adalah bahwa toko tersebut beroperasi sebagai wisma ilegal.
Setelah penggerebekan, Toko Mary mengumumkan di Facebook bahwa bisnisnya untuk sementara dihentikan karena "ada masalah dengan model operasi perusahaan."
Sepertinya, Toko Mary sulit untuk buka kembali karena rumitnya perizinan penjualan boneka tersebut.
Meski demikian, menurut Shanghai Ist, toko ini dianggap "sukses" karena mampu bertahan selama dua bulan,
Pasalnya, toko sejenis di Beijing ditutup hanya empat hari setelah dibuka.
Masalahnya, di toko online, termasuk Alibaba Group, boneka seks ini banyak dijual meskipun tidak ada sesi uji coba seperti Toko Mary.