WISATA SUMATERA BARAT
Jam Gadang Bukittinggi Kini Tampil Beda. Ada Air Mancur Warni Warni yang Menari. Rancak Bana!
Beberapa hari terakhir, berseliweran foto dan video terkait objek wisata di kota Bukittinggi yang sudah direnovasi pemerintah kota Bukittingi
Penulis: Mairi Nandarson | Editor: Mairi Nandarson
Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu.
Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang.
Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda atau markah tanah dan juga titik nol Kota Bukittinggi.
Atap Jam Gadang mengikuti zaman pemerintahannya.
Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya.
Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya.
Kemudian pada masa pendudukan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda.
Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.
Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.
Renovasi tersebut diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010. (tribunbatam.id/son)