BATAM TERKINI

Kuburan Jadi Tempat Nongkrong dan Pacaran, Ini yang Dilakukan Polsek Batuaji Batam

Taman makam pahlawan di Batuaji banyak dijadikan tempat nongkrong dan pacaran oleh remaja yang sedang kasmaran. Ini tindakan Polsek Batuaji.

TRIBUNBATAM.ID/IAN SITANGGANG
Polisi membubarkan pasangan kekasih yang terlihat sedang berpacaran di Taman Makam Pahlawan di Batuaji Batam 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Kurangnya penerangan di lokasi Taman Makam Pahlawan yang ada di Batuaji, menjadi tempat yang sering dimanfaatkan anak-anak muda untuk menghabiskan malam panjang mereka bersama kekasihnya. Seperti malam mingu dan malam libur lainnya.

Belasan pasangan kekasih dibubarkan oleh anggota Polsek Batuaji, Minggu (16/3/2019) sekitar pukul 23.30 WIB, saat anggota Polsek melakukan patroli rutin setiap hari.

Belasan pasangan tersebut duduk santai di kursi dan juga tempat jalan santai yang ada di lokasi taman makam pahlawan Batuaji, lokasi yang sepi dan kurangnya penerangan membuat para pasangan kekasih tersebut merasa nyaman.

Anggota Patroli Polsek Batuaji, Bripka Robin Sianturi yang mengatakan setiap malam hati libur taman makam pahlawan selalu ramai anak anak remaja yang nongkrong sampai larut malam.

"Biasanya yang kita temukan itu anak remaja bukan dewasa, mereka masih sekolah rata - rata," kata Robin.

Dia juga mengatakan meski suasana gelap dan kondisi lokasi sepi sepi namun anak anak tersebut tidak takut nongkrong di lokasi tersebut.

Cece Pura-pura Jadi Penumpang, Bawa Kabur Puluhan Mobil Taksi Online

Tuntut Janji Gubernur Kepri Soal UMSK, Buruh Bakal Turun ke Jalanan dan Gelar Demo di Graha Kepri

INFO BMKG - Hari Ini, Wilayah Lingga Diprediksi Akan Dilanda Hujan

BREAKING NEWS - Ibunda Ustaz Abdul Somad Dikabarkan Meninggal Dunia di Pekanbaru

LOWONGAN KERJA - Diresmikan 28 Maret, Perusahaan Asing di Batam Ini Butuh 300 Orang Pekerja

Modal Gunting & Waktu 3 Detik, Remaja Ini Ungkap Cara Mereka Gasak 20 Motor Selama 2 Bulan di Batam

"Setiap malam Minggu dan hari libur pasti anak remaja banyak nongkrong,"kata Robin.

Sementara di tempat terpisah Kapolsek Batuaji, Kompol Syafruddin Dalimunthe mengatakan pihaknya setiap malam Minggu dan hari libur sasaran utama unit Patroli Polsek Batuaji menyasar tempat nongkrong.

"Untuk wilayah hukum Polsek Batuaji ada beberapa tempat nongkrong anak anak yakni di Marina, Merlion, Ruko Barelang Tanjunguncang, Aviari dan Taman makam Pahlawan," kata Syafruddin.

Dia juga mengatakan beberapa lokasi tersebut menjadi prioritas untuk disinggahi oleh unit patroli."Boleh nongkrong tetapi jangan sampai larut malam,"kata Syafruddin. (tribunbatam.id/ian sitanggang)

Selain di Batam, kuburan juga banyak dimanfaatkan untuk hal yang tak senonoh oleh pelaku LGBT di Sumatera Barat.

Alasannya, kuburan dan sungai merupakan tempat sepi dan dinilai aman.

Hal ini diungkapkan aktivis sosial sekaligus dokter penyakit dalam di Padang, dr Armen Ahmad.

dr.Armen Ahmad menuturkan dirinya termasuk sering menerima pasien yang terserang virus HIV/AIDS.

Kebanyakan pasien yang terjangkit penyakit HIV/AIDS ini berperilaku sebagai LGBT.

“Praktik LGBT-lah yang menjadi faktor utama penyebaran virus tersebut,” kata dr.Armen Ahmad saat ditemui TribunPadang.com di ruangan kerjanya, Senin (11/3/2019).

Itu terbukti dari jumlah pasien yang datang kepadanya.

“Paling banyak itu penyebarannya karena seks menyimpang, bukan karena narkoba,” katanya.

“Ada pasien saya dari Dharmasraya yang terkena HIV karena LGBT itu," lanjutnya.

Dari pengakuan sejumlah pasiennya, praktik seks menyimpang itu mereka lakukan di kuburan dan sungai.

"Praktik LGBT sekarang tidak di hotel atau di mana. Tapi ada yang suka 'main' di kuburan dan sungai,” kata dia.

Dia menyebut, yang suka 'main' di kuburan dan sungai itu tersebut, ditemukannya pada pelaku LGBT di sejumlah daerah di Sumbar.

Diantaranya pasiennnya yang berasal dari Kabupaten Dharmasraya, Pesisir Selatan, dan pinggiran wilayah Agam.

Ibu Ustaz Abdul Somad Meninggal, Inilah Doa dan Ucapan Duka dari Aa Gym

Tak Hanya Lezatkan Masakan, Bawang Merah Ampuh Cegah Kanker dan Penyakit Jantung

Ponsel Android Kamu Mulai Lemot? Jangan Khawatir Ini 10 Cara Mempercepatnya

Alasan pasiennya kepada dia, karena kuburan dan sungai dianggap sebagai tempat yang lebih aman.

"Di kampung-kampung itu kuburan sunyi, makanya aman bagi pelaku LGBT, berbuat semau mereka,” ujar dia.

Fakta mengejutkan lainnya juga diungkapkan dr. Armen Ahmad.

Dari semua pasien HIV/AIDS yang berobat kepadanya, 30 persennya meninggal dunia.

“30 Persen pasien saya yang meninggal dunia itu, berperilaku LGBT,” ujarnya.

Dia mengaku sulit untuk mendata keberadaan pelaku LGBT tersebut.

Sebab, kelompok LGBT tersebut tertutup.

Baru terungkap ketika sudah terinfeksi HIV/AIDS.

"LGBT terungkap karena sudah ada yang kena HIV. Dan ciri-ciri HIV itu adanya tumbuh jamur di kulit. Jamur itu biasanya tumbuh di bambu, dan jika kena jamur itu bisa berlubang-lubang," katanya.

Oleh karena itu, dia mengajak pemerintah dan masyarakat untuk mempersempit ruang gerak LGBT, sehingga bisa menekan angka penularan HIV/AIDS.

"Harusnya, PNS dilakukan cek HIV 6 bulan sekali. Terus pemerintah juga harus memikirkan cara untuk mempersempit ruang gerak mereka,” jelasnya.

“Mereka komunitas yang tertutup, sehingga perlu langkah jitu," kata Armen Ahmad.

Ada 18.000 Orang di Sumbar

Sebelumnya, Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Nasrul Abit mengatakan, jumlah LGBT di Sumbar mencapai 18.000 orang.

Itu berdasarkan data hasil tim konselor penelitian perkembangan penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).

"Angka ini sangat mengejutkan,” kata Nasrul Abit saat menghadiri pertemuan dan silaturrahmi dengan perantau asal Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) di Kota Jambi, Sabtu (23/2/2019) lalu.

Menurut dia, LGBT menjadi salah satu penyebab penularan penyakit HIV/AIDS. Dia khawatir angka HIV/AIDS di Sumbar semakin meningkat pula.

“Belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit HIV dan AIDS. Jika sudah terkena, tinggal menunggu ajal," ujar Nasrul Abit.

Saat ini, lanjut Nasrul Abit, Sumbar sedang menghadapi tantangan perilaku LGBT. Nasrul Abit menilai perilaku LGBT adalah persoalan yang serius.

"Sumbar berada pada peringkat pertama kasus LGBT. Kita menolak tegas perilaku LGBT, tidak ada toleransi bagi mereka di Ranah Minang (Sumbar)," tegas Nasrul Abit.

Oleh karena itu, Nasrul Abit mengimbau perantau asal Pessel untuk mengawasi pergerakan dan pergaulan anggota keluarganya.

Sehingga, kata dia, apa yang dilakukan anggota keluarga di luar rumah dapat terpantau dengan jelas dan tidak melakukan tindakan yang menyimpang.

"Dalam budaya Minangkabau dengan filosofi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, jelas-jelas LGBT tidak ada dalam budaya dan adat Minangkabau,” kata dia.

Begitu juga dengan ajaran Islam yang kental di Sumbar, melarang tegas perilaku LGBT.

“Semua agama melarangnya dan tidak baik juga dari segi kesehatan," ujar Nasrul Abit.

LGBT Bisa Dicegah

LGBT marak pada saat sekarang ini, sehingga hal tersebut membuat orang tua khawatir anak-anak mereka terjerumus ke sana.

LGBT bisa tersebar luas karena pengetahuan seks dini pada anak kurang diperhatikan.

Seks dini jika dilakukan secara benar, maka akan memberikan dampak positif pada anak.

Menurut dr. Armen Ahmad, dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Siti Rahmah Padang, LGBT bisa tersebar karena anak-anak tidak tahu tentang seks dini dan adanya rasa penasaran.

"Anak sekarang kurang pengetahuan tentang seks dini, orang tua masih menganggap tabu. Padahal itu penting bagi mereka besoknya," ucap Armen Ahmad kepada Tribunpadang.com, Senin (11/3/2019).

Di ruangan kerjanya, Armen Ahmad menjelaskan, LGBT bisa dilihat dari tingkah perilaku dan cara berpakaian seseorang.

Seorang LGBT awal terjerumusnya karena penasaran dan ingin coba-coba.

Kemudian merasa nyaman dengan pola perilaku yang tidak semestinya.

"Jika gayanya menarik perhatian orang, seperti perempuan berpakaian layaknya laki-laki dan sebaliknya, kemudian tingkah laku jika berbeda dengan semestinya, itu bisa jadi langkah awal LGBT," lanjutnya.

LGBT bisa menyebarkan virus HIV pada banyak orang.

Masa inkubasi virus tersebut tergolong lama namun memberikan dampak yang besar pada si penderita.

"Jika sudah LGBT kemungkinan selanjutnya bisa HIV, makanya penting sekali pendidikan seks dini. Memang sudah ada lagunya tapi hanya sebatas itu, tidak dikembangkan lebih lanjut," kata Armen.

Faktor orang tua juga penentu bagi anak agar terhindar dari LGBT.

Orang tua harus memberikan pengetahuan pada anak agar mereka bisa mencegah dan mengetahui jika tindakan mereka melenceng.

"Anak-anak ini dari dini harus tahu mana bagian mana saja yang boleh disentuh dan mana saja yang tidak. Karena jika tidak tahu dari awal maka mereka bisa-bisa terjerumus ke LGBT dan sek bebas," tuturnya. (*/tribunpadang)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved