Nikita Mirzani dan Nafa Urbach Marah Dengar Siswi SMP Dikeroyok Anak SMA di Pontianak

Nikita Mirzani dan Nafa Urbach marah mendengar peristiwa siswi SMP dikeroyok 12 siswi SMA di Pontianak.

via TribunSolo
Nafa Urbach 

TRIBUNBATAM.id - Nikita Mirzani dan Nafa Urbach marah mendengar peristiwa siswi SMP dikeroyok 12 siswi SMA di Pontianak.

Siswi SMP dikeroyok 12 siswi SMA di Pontianak menimpa AU dan kini dirawat di rumah sakit.

AU mengalami kekerasan fisik dan seksual, AU pun trauma.

Nafa Urbach geram dengan apa yang dialami AU.

"Saudaraku, maukah kita membuka mata, kasus-kasus seperti  ini sering terjadi di Indonesia, terutama di sekolah-sekolah," tulis Nafa Urbach di akun Instagram @nafaurbach, Rabu (10/4/2019) pagi.

Menurut Nafa Urbach, kasus yang menimpa AU adalah perkara kriminal anak-anak, yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa.

 "Saya begitu geram dan marah dengan hal ini terjadi. Ini mengapa saya giat mengkampanyekan aksi stop bullying, stop kekerasan pada anak," tulis Nafa Urbach.

Sikap serupa juga disampaikan Nikita Mirzani. Di akun @nikitamirzanimawardi_17, Nikita Mirzani begitu miris saat mengetahui ada sekelompok anak usia SMA mengeroyok satu anak SMP usia 14 tahun.

"Saya sebagai ibu yang punya anak perempuan baca beritanya sampai gemeteran. Apa yang ada di otak pelaku," tulis Nikita Mirzani.

Ia berharap, kasus perundungan yang menimpa Audrey bisa segera diselesaikan secara hukum. "Mau tahu itu yang main boomerang masih bisa main HP nggak abis ini," tulis Nikita Mirzani.

Saat menjalani proses mediasi (perdamaian) di Kantor Polsek Pontianak Selatan, para pelaku diketahui sempat merekam diri mereka dengan aplikasi boomerang memakai ponsel.

Di rekaman boomerang itu terlihat, beberapa pelaku bahkan tidak terlihat menyesali perbuatannya. Sebaliknya, mereka justru tampak senang, hingga sempat bergaya didepan kamera ponsel.

Meski dari pemeriksaan medis diketahui, ada bekas luka di tulang tengkorak, dada dan kemaluan korban, orangtua AU baru mengadukan aksi perundungan itu ke Polsek Pontianak Selatan, 5 April kemarin.

Laporan polisi terlambat dilakukan karena AUmengaku diancam para pelaku yang akan bertindak lebih kejam lagi jika korban melaporkan ke orangtua.

Gara-gara komentar di facebook 

Dunia pendidikan Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), tercoreng.

Seorang siswi SMP berinisial AU menjadi korban pengeroyokan 12 siswa SMA.

Siswi SMP yang baru berusia 14 tahun itu kini tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat luka yang dideritanya.
 Kasus pengeroyokan siswi SMP itu juga telah ditangani pihak kepolisian setempat dan terus dikembangkan dalam proses penyelidikannya.

"Kita baru saja mendapatkan limpahan berkasnya," ucap Nurhasah saat diwawancarai, Senin (8/4/2019).

Lanjut disampaikannya dalam proses pengembangan kasus ini akan memanggil pihak orangtua korban. 

"Kita akan panggil orangtua korban," pungkas Inayatun.

Saat ini korban pengeroyokan yang merupakan siswi SMP tengah mendapatkan perawatan intensif. 

Terduga pengeroyok diduga 12 siswa yang berasal dari berbagai SMA di Kota Pontianak

Bahkan saat ini, tengah dilakukan pemeriksaan bagian tengkorak kepala dan dada untuk mengetahui trauma yang diakibatkan dari pengeroyokan tersebut.

Pemeriksaan dilakukan di Unit Radiology, Rumah Sakit Mitra Medika, Senin (8/4/2019).

 Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono meminta pihak kepolisian dan dinas pendidikan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap kejadian kekerasan antar sesama pelajar ini.

Ini merupakn preseden buruk terhadap dunia pendidikan yang ada di Kota Pontianak.

Unit Radiology, Rumah Sakit Mitra Medika, Pontianak, Senin (8/4/2019). Seorang siswi SMP disalah satu sekolah di Pontianak sempat diperiksa diĀ Unit Radiology,RS Mitra Medika,karena menjadi korban pengeroyokan diduga 12 siswi SMA di Pontianak beberapa hari lalu.
Unit Radiology, Rumah Sakit Mitra Medika, Pontianak, Senin (8/4/2019). Seorang siswi SMP disalah satu sekolah di Pontianak sempat diperiksa di Unit Radiology,RS Mitra Medika,karena menjadi korban pengeroyokan diduga 12 siswi SMA di Pontianak beberapa hari lalu. (TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA)

KRONOLOGI

Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalbar menggelar konferensi pers terkait persoalan yang tengah menjadi perbincangan khalayak ramai tentang penganiayaan yang dilakukan oleh 12 pelajar dari berbagai SMA terhadap seorang siswi SMP 17 Pontianak.

 PPAD selaku lembaga yang bergerak dibidang perlindungan anak akan memberikan pendampingan baik pada korban maupun pada pelaku.

Wakil Ketua KPPAD, Tumbur Manalu yang hadir saat konferensi pers menceritakan kronologi kejadian penganiayaan tersebut.

Tumbur Manalu menjelaskan, kejadian pengeroyokan terhadap korban yang merupakan siswi SMP tersebut dua pekan lalu.

"Kejadian dua pekan lalu, Jumat (29/3/2019) namun baru dilaporkan pada orangtuanya, hari Jumat (5/4/2019) ada pengaduan ke Polsek Pontianak Selatan. Kemudian kita dari KPAD langsung menerima pengaduan," ucap Manalu saat memberikan keterangan di Kantor KPPAD, Senin (8/4/2019).

Ia menjelaskan korban tidak melapor karena mendapat ancaman dari pelaku, pelaku mengancam akan berbuat lebih kejam lagi apabila korban melaporkan pada orangtua.

"Korban merasa terintimiddasi sehingga tak berani melapor, namun setelah dilaporkan pada pihak kepolisian, pada hari itu langsung ada proses mediasi di Polsek Pontianak Selatan, proses sidiknya terhadap pelaku masih berjalan," tambahnya.

Tumbur Manalu menceritakan kronologi awalnya terjadinya pengeroyokan secara brutal dari 12 siswa SMA terhadap siswi SMP tersebut dari penjemputan yang dilakukan para pelaku terhadap korban di rumahnya.

"Korban sebenarnya berada di rumah, kemudian dijemput terduga pelaku dari 12 orang itu. Sebetulnya aktor utama tiga orang dan sisanya membantu," ucap Manalu.

 Korban dijemput dengan alasan ada yang mau disampaikan dan diomongkan.

Jadi dengan seperti itu, korban bersedia ikut bersama pelaku dan dibawa ke Jalan Sulawesi.

Pada saat penjemputan korban tidak menyadari, dirinya akan dianiaya.

Sebab dia dijemput dengan alasan mau ngobrol.

"Ketika dibawa ke Jalan Sulawesi korban diinterogasi dan dianiaya secara brutal oleh pelaku utama tiga orang dan rekannya yang membantu ada 9 orang sehingga total ada 12 orang," katanya.

Korban dianiaya di dua lokasi, selain di Jalan Sulawesi, korban juga dianiaya di Taman Akcaya.

Sebetulnya, berdasarkan hasil yang didapatkan KPPAD, target pelaku bukanlah korban yang saat ini. Tapi kakak sepupu korban.

"Permasalahan awal karena masalah cowok. Menurut info kakak sepupu korban merupakan mantan pacar dari pelaku penganiayaan ini. 

Di media sosial mereka saling komentar sehingga pelaku menjemput korban karena kesal terhadap komentar itu," tambahnya.

KPPAD berharap persoalan ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan, karena dengan adanya proses hukum akan memberikan dampak kemudian hari pada mereka yang masih anak dibawah umur.(*)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved