Pembunuhan di Selatpanjang Masih Misteri. Sebelum Ditikam di Leher, Erna Sempat Melawan

Melihat Erna bersimbah darah di dapur, Ali Amran langsung lari ke luar rumah menuju warung kopi Saudara Duan untuk memberitahukan kepada warga

TribunPekanbaru.com/Teddy Tarigan
Polisi membawa jasad wanita bernama Erna yang ditemukan tewas bersimbah darah di Jalan Manggis, Selatpanjang 

Laporan Teddy Tarigan, Tribun Pekanbaru

TRIBUNBATAM.id, SELATPANJANG - Tewasnya Erna Widyawati, warga Jalan manggis, Selatpanjang, Kabupaten Meranti, masih dalam penyelidikan jajaran Polres Meranti.

Berdasarkan hasil otopsi tim Forensik dari Polda Riau, Erna diduga korban pembunuhan dengan tiga luka di bagian lehernya.

Sebelum meninggal, Erna diketahui sempat melakukan perlawanan. Hal ini terlihat dari luka lecet di tubuhnya serta ada memar di bagian leher.

Selatpanjang Gempar. Seorang Wanita Ditemukan Tewas Bersimbah Darah di Dapur. Ada 3 Tusukan di Leher

Dua Orang Tewas Disambar Petir, Ditemukan Kartu Identitas KPK di Salah Satu Korban 

Mengapa Tanggal 2 Mei Ditetapkan Menjadi Haridknas, Berikut Makna dan Sejarahnya

Erna ditemukan tewas pada Selasa (30/4/2019) siang.

Wanita yang sehari-harinya berjualan di pasar ini, menurut warga setempat biasanya pulang menjelang siang untuk memasak untuk makan siang keluarga, setelah itru kembali ke pasar dan berjualan dengan suaminya, hingga sore.

Penemuan mayat Erna ini membuat heboh masyarakat Selatpanjang dan hingga Rabu ini masih menjadi perbincangan.

Soalnya, hingga saat ini pembunuhan tersebut masih masih menjadi misteri karena belum diketahui diapa pelakunya serta motif pembunuhan.

Kronologi Kejadian

Dari hasil keterangan kepolisian, penemuan mayat Erna pertama kali sekira pukul 11.50 WIB.

Orang pertama yang melihat korban adalah Ali Amran, ipar korban, yang siang itu pulang bersama anaknya. 

Rumah Erna dan Ali Amran bersebelahan di gang Manggis, jalan Mangggis, Selatpanjang.

Ali Amran heran melihat pintu rumah korban dalam keadaan terbuka.

Sebelum kejadian, ada pekerja yang memasang keramik di rumah korban, namun saat tiba di sana, tukang tersebut tidak ada.

"Saksi I (Ali Amran) mendekati pintu rumah korban yang terbuka tersebut untuk mengecek ada atau tidaknya tukang yang bekerja. Akan tetapi saksi tidak menemukan tukang yang sedang bekerja maupun orang lain di dalam rumah korban," ujar Kapolres Kepulauan Meranti AKBP La Ode Proyek, Rabu (1/5/2019)..

Setelah itu Ali bersama dengan anaknya menuju ke rumahnya.

Saksi kemudian menuju dapur rumahnya.

Saat itulah Ali Amran kaget karena melihatr korban sudah tergeletak dalam kondisi bersimbah darah.

"Melihat hal itu, Ali Amran langsung lari ke luar rumah menuju warung kopi Saudara Duan untuk memberitahukan kejadian tersebut kepada warga sekitar," ujar La Ode.

Dicek bidan sudah meninggal

Hanya dalam waktu singkat, informasi tersebut langsung menyebar di Kota Selatpanjang yang tak terlalu luas tersebut sehingga warga langsung berkerumun di lokasi kejadian.

Saat Tribun tiba di lokasi, di bagian belakang rumah Ali Amran, terlihat darah berceceran di lantai.

Seluruh keluarga korban yang berkumpul di rumah sebelah, terlihat terpukul.

Terutama sekali suaminya, Saipul (37) serta anaknya yang masih SD bernama Silvi.

Anak gadisnya bernama Selvi yang masih SD juga terus menangis di dalam rumah, memanggil-manggil nama ibunya.

Tangisan gadis kecil ini membuat orang yang mendengarnya ikut menitikkan air mata karena tak tega.

Sejumlah tetangga dan kerabat terlihat berusaha menenangkan gadis tersebut.

Keluarga membawa jasad Erna setelah proses otopsi di RSUD Meranti, Rabu

Seorang bidan yang berada dekat dengan rumah korban mengaku sempat dipanggil keluarga korban untuk melihat kondisi Erna.

"Saya tadi baru pulang dari kerja, terus saya dipanggil oleh abang ipar korban," ungkap wanita yang tidak mau disebutkan namanya itu.

Bidan itu terkejut karena melihat korban tergeletak tak berdaya di lantai dapur bersimbah darah.

"Saya terkejut, tidak menyangka kalau Erna begitu keadaannya," ujarnya.

Bidan itu mengatakan bahwa korban sudah tidak bernyawa saat ia mengecek denyut nadi di tangan korban.

"Tangannya sudah dingin, tapi wajahnya tertutupi. Saya sampai bertanya-tanya Erna kenapa," ungkapnya.

Namun seluruh keluarga tidak ada yang tahu.

"Kakak tidak tahu siapa yang pertamakali jumpa. Kakak dipanggil oleh abang ipar korban untuk memeriksa dan memastikan kondisi korban pada jam 12:00 WIB. Di situ sudah ada suami dan tetangga yang lain. Waktu kakak meraba denyut nadinya, tangannya sudah sejuk, lantai dekat dengan korban penuh dengan darah," ujarnya.

jajaran Polres meranti langsung datang ke lokasi, mensterilkan serta melakukan olah TKP, kemudian membawa jasad korban ke RSUD Meranti.

Masih misteri

Sampai hari ini pihak Polres Meranti terus mendalami kasus ini dengan mengumpulkan alat bukti dan memeriksa sejumlah saksi.

Tidak ada seorang pun keluarga korban yang tahu tentang kekejaman itu, termasuk Saiful, suami korban, karena mereka seblumnya sama-sama berjualan di pasar.

Menurut warga sekitar, rumah petak dua warna kuning yang dihuni korban dan iparnya selalu kosong karena sepanjang hari dua keluarga ini berjualan di pasar

Menjelang siang, korban biasanya pulang ke rumah untuk memasak.

Polisi baru melakukan otopsi terhadap jenazah Erna Widyawati, Rabu (1/5/2019) siang, setelah mendatangkan Tim forensik Biddokkes Polda Riau.

Tim forensik berjumlah 10 orang yang dipimpin langsung oleh Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabiddokkes) Polda Riau Kombespol dr. Adang Azhar, DFM, Sp. F.

Dari pantauan di sekitar Ruang Mayat RSUD Kepulauan Meranti, terlihat Kasat Reskrim Polres Kepulauan Meranti AKP Ario Damar, Kapolsek Tebingtinggi Iptu Aguslan, Kanit Tipiter Reskrim Polres Kepulauan Meranti AGD Simamora, Kepala Penunjang Medik RSUD Meranti, dr Aisyah Bee, dan beberapa kerabat serta keluarga korban.

Setelah otopsi yang berlangsung sekitar satu jam, Rabu sore, Kasat Reskrim Polres Kepulauan Meranti AKP Ario Damar menyebutkan bahwa ada tiga pola luka serius yang mengakibatkan kematian korban.

"Ada yang 3 luka serius pada bagian leher, ini yang menjadi penyebab utama kematian korban," ujar Ario bersama dengan Kabiddokkes Polda Riau Kombespol Adang Azhar didampingi tim Dokkpol Kompol Suprianto.

Dirinya mengatakan bahwa pada leher ada sayatan stebal 3 cm yang menjadi penyebab utama kematian karena mengakibatkan pendarahan hebat.

"Ada juga tusukan pada sebelah kanan, walaupun tidak begitu dalam. Luka sayatan menimbulkan kematian karena memotong pembuluh darah pembuluh nadi dan pembuluh balik utama di leher." Ujarnya.

Penyebab dari sayatan ini belum dipastikan, namun Ario menyampaikan bahwa penyababnya adalah benda tajam.

Erna Diduga Melawan

Ariao menyimpulkan, diduga Erna korban pembunuhan.

Soalnya, selain bekas sayatan, ada dua pola luka lainnya di bagian tubuh korban, yaitu memar dan lecet.

Memar dan lecet bagian tubuh korban itu menunjukkan bahwa korban melakukan perlawanan saat kejadian.

Memar pada bagian leher diduga akibat cekikan kepada korban saat melawan. "Jadi dugaan ada perlawanan dari korban," ujarnya.

Ario mengatakan, pihaknya akan kembali fokus untuk menemukan pelaku melalui pencarian barang bukti lainnya dan memeriksa saksi.

Setelah proses otopsi selesai, jasad Erna langsung diserahkan kepada keluarga dan sekitar pukul 17.30 WIB dibawa keluarga menggunakan ambulans ke rumah duka.

Erna dimakamkan pada Rabu malam setelah disalatkan oleh keluarga.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved