Perang Dagang AS vs China Kembali Berkobar, Rupiah Tersungkur
Hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin memanas akibat isu perang dagang membuat rupiah tersungkur
TRIBUNBATAM.ID, JAKARTA - Hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin memanas akibat isu perang dagang membuat rupiah melemah pada perdagangan Kamis (9/5/2019).
Seperti dikutip Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,45% ke Rp 14.360 per dollar AS, Kamis (9/5). Sedangkan, pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah juga melemah 0,23% ke Rp 14.338 per dollar AS.
Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan, faktor eksternal perang dagang AS dan China yang kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump, mengancam akan menaikkan tarif barang-barang China senilai $200 miliar dari 10% menjadi 25%.
"Sentimen perang dagang masih dominan membuat rupiah tertekan terhadap dollar AS," kata Yudi seperti dilansir Kontan.
Sementara dari dalam negeri, data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di bawah ekspektasi pelaku pasar juga menambah beban penguatan rupiah. Yudi mengatakan estimasi pelaku pasar di kuartal I 2019 adalah 5,08% sementara data menunjukkan 5,07%.
"Data pertumbuhan ekonomi yang berada di bawah ekspektasi membuat investor masih wait and see," kata Yudi.
Apalagi, rupiah makin sulit menguat dan sikap wait and see semakin tak terhindarkan karena kondisi politik dalam negeri jelang pengumuman hasil pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Kondisi politik adanya tudingan kecurangan KPU membuat pelaku pasar semakin wait and see," kata Yudi.
Jumat besok (10/5), Yudi memproyeksikan rentang rupiah berada di Rp 14.200 per dollar AS hingga Rp 14.500 per dollar AS.
Seperti diberitakan sebelumnya, hubungan diplomatik antara Beijing dan Washington kembali memanas.
Negosiasi berbulan-bulan yang menghasilkan rancangan kesepakatan setebal hampir 150 halaman, hancur lebur setelah China menarik hampir seluruh poin kesepakatan.
Sumber Reuters menyebutkan, dokumen itu penuh dengan upaya China untuk membalikkan tuntutan inti AS.
• Kelakuan Penumpang yang Bikin Repot Maskapai China. Buka Pintu Darurat Hingga Lempar Koin ke Mesin
• Heboh Penemuan Ikan Duyung Terdampar di Pelantar Rumah Warga di Tanjungpinang, Begini Kondisinya
Yakni, pencurian kekayaan intelektual AS dan rahasia dagang, transfer paksa teknologi, kebijakan persaingan, akses layanan keuangan dan manipulasi mata uang.
Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin sangat terkejut dengan perubahan sikap China tersebut.
Buntutnya, Presiden AS Donald Trump menanggapinya lewat sebuah cuitan pada Minggu (5/5/2019) yang berisi ancaman untuk menaikkan tarif barang-barang China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25% pada Jumat pekan ini.
Bahkan AS lewat pengumuman yang diposting di daftar Federal mengatakan bahwa tarif yang lebih tinggi mulai berlaku Jumat ini.
Pada Hari Rabu (8/5), Trump mengatakan keliru jika China berharap untuk bernegosiasi dagang dengan pemerintahan presidensial demokrat.
Trump juga bilang, dia akan senang untuk menjaga tarif impor China tetap berlaku
Namun Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer memandang perubahan pada hukum China sebagai hal penting untuk memverifikasi kepatuhan setelah bertahun-tahun janji reformasi kosong.
Lighthizer mendorong rezim penegakan yang lebih keras seperti yang diberlakukan bagi Korea Utara atau Iran yakni sanksi ekonomi, ketimbang kesepakatan perdagangan khusus.
"Ini merongrong arsitektur inti dari perjanjian itu," kata seorang sumber di Washington.
Bahkan, salah satu sumber Reuters dari kalangan swasta mengatakan putaran terakhir perundingan berjalan sangat buruk karena China menjadi tamak.
"China mengingkari selusin hal, jika tidak lebih... Pembicaraan itu sangat buruk sehingga kejutan yang sebenarnya adalah butuh Trump meledak pada Minggu kemarin," ujar sumber itu.
Kirim Delegasi
Namun, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang dalam sebuah pernyataan Rabu lalu mengatakan, menyelesaikan pertikaian perdagangan adalah proses negosiasi dan bahwa China tidak menghindari masalah.
Pembicaraan perdagangan dipastikan akan berlanjut karena delegasi China akan mengunjungi Washington pada Kamis dan Jumat ini.
Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan hal tersebut kepada wartawan di Washington.
Meski demikian, Lighthizer memastikan bahwa Trump tetap akan menaikkan bea impor Tiongkok mulai Jumat, pukul 12:01.
“Kami merasa berada di jalur yang benar untuk mencapai suatu tempat. Selama minggu lalu kami telah melihat erosi komitmen China. Kami tidak dapat menerima perubahan sikap tersebut, ” kata Lighthizer seperti dilansir Bloomberg.
Kabar ini membuat saham Wall Street langsung berguguran
Indeks Standard & Poor’s 500 jatuh karena berita tersebut, bersama dengan saham yang sensitif terhadap perdagangan termasuk Caterpillar Inc., Apple Inc. dan saham Semiconductor Deere & Co. juga menurun.

Imbal hasil 10-tahun AS Treasury turun enam basis poin menjadi 2,47%, sebagian besar penurunan karena munculnya berita kenaikan tarif.
Dolar AS juga jatuh terhadap yen dan mempertahankan penurunannya di awal perdagangan Asia-Pasifik pada Selasa dan bertahan di atas posisi terendah.
Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan kemunduran China dari negosiasi perang dagang tersebut sudah kian jelas selama kunjungan mereka ke Beijing pekan lalu.
"Itu berubah selama akhir pekan ketika Tiongkok mengirimkan draf baru perjanjian yang isinya mereka menarik kembali pembicaraan mereka terhadap sejumlah masalah yang memiliki potensi mengubah kesepakatan dengan sangat dramatis," kata Mnuchin.
Padahal dalam pembicaraan tersebut, Mnuchin mengklaim sekitar 90% dari pakta permasalahan keduanya telah diselesaikan.
Tapi China kemudian dituding ingin membuka kembali masalah-masalah yang telah dinegosiasikan. "Kami tidak mau kembali pada dokumen yang telah dinegosiasikan di masa lalu," katanya.
Trump menegaskan bahwas ia berencana menaikkan tarif barang-barang China dengan nilai perdagangan US$ 200 miliar menjadi 25% dari 10%.
Trump juga mengatakan, AS dapat mengenakan bea terhadap perdagangan dengan China senilai US$ 325 miliar yang akan memukul hampir semua impor dari negara Asia.
"Penting bagi kedua belah pihak untuk terus terlibat dalam hal ini. Ini adalah dua ekonomi terbesar di dunia dan mereka perlu mengatasi masalah perdagangan mereka," kata Clete Willems, seorang mantan pejabat pemerintah yang terlibat dalam pembicaraan China hingga baru-baru ini.
Tetapi Willems mengatakan langkah menaikkan tarif seharusnya tidak mengejutkan bagi siapa pun.
"Satu-satunya alasan mereka telah mencapai sejauh ini dan membuat banyak kemajuan ini adalah karena telah bersedia menerapkan tarif dan telah mengindikasikan bahwa ia akan terus meningkatkanjika masalahnya tidak diatasi," katanya.
Baik Lighthizer dan Mnuchin menolak keluhan kelompok bisnis bahwa kenaikan tarif dalam beberapa hari tidak akan memberi perusahaan waktu yang tepat untuk merencanakan.
Keduanya mengatakan Trump selalu memperingatkan bahwa tarif dapat dinaikkan pada daftar impor senilai US$ 200 miliar dengan bea masuk 10% pada September.
Kedua negara memberlakukan bea atas total barang masing-masing US$ 360 miliar tahun lalu.
Trump dan Presiden China Xi Jinping telah mengumumkan "gencatan senjata tarif" pada 1 Desember untuk memberi waktu bagi para perunding untuk mencapai kesepakatan.