BERITA JOGJA

13 Tahun Gempa Jogja - Kisah Sujiman Selamat dari Gempa, Lihat Semua Rumah Ambruk, Kampung Mencekam

Pedukuhan di sebelah Tenggara Bumi Projotamansari ini menjadi episentrum gempa besar mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 13 tahun silam

Editor: Mairi Nandarson
Tribunjogja.com/Ahmad Syarifuddin
Tetenger atau monumen yang menjadi episentrum gempa bumi di kampung Protobayan Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Bantul. 

Beruntung, saat kejadian naas itu Masda berada di area sekitar sumur. Ruang terbuka.

Ia sempat menyaksikan tembok beteng cukup tinggi, pembatas sumur, roboh didepan matanya.

"Saya berdiri mau jatuh. Dipenuhi asap putih karena guguran tembok yang roboh," tuturnya.

Tak lebih dari satu menit. Gempa berhenti. Masda melangkah melewati pintu belakang.

Ia mendapati bagian dapur sebelah kanan rumahnya roboh.

"Di bagian depan rumah saya juga habis, roboh,"

Hari itu, pagi yang cerah kemudian berubah mencekam. Masda menyaksikan rumah-rumah warga roboh. Warga tertimpa material.

Korban yang tertimpa bangunan itu kemudian dibawa ke rumah sakit ramai-ramai menggunakan truk.

Ada operasi truk dadakan yang bertugas mengangkuti para korban.

Tak berselang lama. Disaat kondisi gawat darurat. "Ada isu tsunami. Warga lari semua," kata dia.

Ia sendiri panik, ikut berlari bersama warga lainnya menuju pematang sawah.

Informasi saat itu simpang siur. Yang diketahui Masda dan warga lainnya akan datang tsunami seperti yang terjadi di Aceh tahun 2004 silam. Semua cemas.

Ditengah-tengah sawah itu, kabar mencekam itu kemudian dipatahkan.

Di sawah, ada pengumuman tidak akan ada tsunami. Kata Masda. Warga berduyun-duyun kembali pulang.

Evakuasi terhadap korban dan sejumlah rumah kembali dilakukan. Warga bahu-membahu bergotong-royong.

"Rumah saya dijadikan posko pengungsian sementara," ujar dia.

Gempa dahsyat selama 59 detik itu terjadi sekitar pukul 05.59 pagi, Waktu Indonesia Barat.

Kepastian waktu, didapatkan oleh Masda dari jam yang ditemukan tergeletak dari reruntuhan pasca gempa. Jarum pada jam tersebut terhenti tepat diangka itu.

Tragedi gempa menjadi duka mendalam. Laporan Kompas.com, yang bersumber dari data BPBD Bantul, jumlah korban di wilayah Bantul akibat gempa Bumi 13 tahun itu ada 4.143 korban tewas, dengan jumlah rumah rusak total ada sekitar 71.763.

Rumah rusak berat ada 71.372, rusak ringan 66.359 rumah.

Total korban meninggal gempa DIY dan Jawa Tengah bagian selatan, seperti di Klaten, tercatat mencapai 5.782 orang lebih, 26.299 lebih luka berat dan ringan, 390.077 lebih rumah roboh.

13 tahun, telah berlalu. Masyarakat Bantul kini sudah pulih. Gempa Bumi, seperti dikatakan oleh Sujiman, akan menjadi pengingat untuk generasi anak cucu selanjutnya.

"Anak cucu kulo kudu sing ngati-ati. Nggolek rezeki sing halal. Barokah. Jangan merusak bumi. Saya mengingatkan bahwa 13 tahun lalu kampung Protobayan pernah luluh-lantak karena gempa," tutur Sujiman yang juga merupakan ketua RT 01, di Padukuhan Protobayan. 

(ahmad syarifudin/tribunjogja.com)



* artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kisah Sujiman Selamat dari Gempa Jogja 2006, Hari Ini 13 Tahun Lalu Tak Ada Kokok Ayam Pagi Hari
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved