Ini Profil 4 Jenderal Target Pembunuhan di Balik Aksi 22 Mei, Disebut Sebagai Orang Dekat Presiden
Di balik aksi demo terkait putusan hasil Pemilu Presiden 2019, ada 4 Tokoh Nasional yang menjadi target pembunuhan.
4. Komisaris Jenderal (Purn) Gories Mere
Komjen Gories Mere adalah polisi yang memiliki latar belakang reserse dan termasuk tokoh yang membentuk Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
Gories Mere lahir di Flores Timur, 17 November 1954 yang menjabat sebagai Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional tahun 2009-2012.
Nama Gories Mere mulai mencuat ke publik saat berhasil menangkap ratu ekstasi Zarima di Texas, Amerika Serikat, tahun 1996.
Ketika terjadi ledakan bom teroris di Bali tahun 2002, Gories Mere adalah perwira menengah senior yang menjadi komandan lapangan dalam menangkapi para teroris.
Gories Mereka kini menjabat sebagai staf Khusus Presiden Bidang Intelijen.
Target Pembunuhan Diketahui Pengakuan Tersangka
Tito Karnavian melanjutkan, keempat nama yang jadi target pembunuhan itu diketahui dari pemeriksaan enam tersangka yang telah diamankan sebelumnya terkait kerusuhan aksi 21-22 Mei dan kepemilikan senjata api ilegal.
"Dasar kami sementara ini hanya Berita Acara Pemeriksaan (BAP). BAP itu resmi, pro justicia hasil pemeriksaan pada tersangka yang sudah kami tangkap, bukan karena informasi intelijen," ucap Tito Karnavian.
"Mereka menyampaikan nama, satu adalah betul Pak Wiranto, kedua Pak Luhut Menko Maritim, ketiga KA BIN, keempat Gories Mere. Kelima, salah satu pimpinan lembaga survei, saya tidak mau sebutkan ya," beber Tito Karnavian.
Jenderal bintang empat ini memastikan pihaknya sudah memberikan pengamanan yang maksimal kepada para target tersebut.
"Yang jelas kami selalu sejak awal, begitu ada informasi selalu berikan pengamanan dan pengawalan pada yang bersangkutan," ucapnya.
Menkopolhukam Wiranto juga angkat suara soal adanya rencana pembunuhan empat tokoh nasional.
"Dua hari ini kita diberondong rencana pembunuhan pejabat, senjatanya sudah ditemukan. Memang rencana itu kan ditujukan untuk memberikan rasa takut agar pejabat yang bersangkutan mengurangi aktivitasnya, supaya lemah," ucap Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Selasa (28/5/2019).
"Yang diancam tidak hanya empat orang, tapi ada pejabat lain juga yang diancam seperti yang saya alami. Kita tidak perlu surut, tetap tegakkan kebenaran, keamanan nasional," paparnya.