Mantan Badan Intelijen Strategis Nilai 2 Cara Atasi Makar: Pisahkan Kivlan atau Balikpapan, Artinya?
Dalam pemaparannya itu, Soleman menegaskan bahwa kasus makar yang sedang ramai sekarang ini tidak bisa dilihat sebagai kasus yang berdiri sendiri.
TRIBUNBATAM.id - Keterlibatan sejumlah purnawirawan yang terjerat kasus makar mengundang mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Laksda (Purn) Soleman B Pontoh ikut berkomentar.
Komentar Laksda (Purn) Soleman B Pontoh itu disampaikannya saat menjadi narasumber di program Apa Kabar Indonesia Malam di tvOne, Kamis (30/5/2019) sebagaimana dilansir TribunWow.com.
Dalam pemaparannya itu, Soleman menegaskan bahwa kasus makar yang sedang ramai sekarang ini tidak bisa dilihat sebagai kasus yang berdiri sendiri.
• Menteri Lingkungan Malaysia Ultimatum Kembalikan Sampah Plastik Dalam 14 Hari. Aroma Korupsi Merebak
• Delapan Bantuan Armada Kapal Siaga di Pelabuhan Punggur, Pemudik Jangan Takut Tak Dapat Kapal
• Begini Cara Kirim Ucapan Selamat Idul Fitri Serentak ke Teman Lewat WhatsApp, Mudah Ngga Ribet
• Tiga Wanita Ini Berhasil Taklukkan Ular Piton Raksasa 10 Meter, Beratnya 90 Kilo
"Orang banyak ini di situ akan ada di antaranya Pak Kivlan. Sebagai seorang mantan tentara, mantan militer, beliau punya kapabilitas untuk bisa menggerakkan orang-orang ini menjadi militan. Itu otomatis."
"Tentunya yang tidak kita inginkan adalah manusia-manusia yang terkumpul banyak ini menjadi anarkis dan sulit terkendali. Kan itu yang tidak diinginkan."
Soleman lantas menyebutkan, untuk menghindari hal tersebut maka satu-satunya jalan adalah dengan memisahkan Kivlan dari orang-orang tersebut.
Soleman menilai, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk memisahkannya.
"Satu, pisahkan secara hukum," ungkap Soleman Pontoh.
"Kalau dipisahkan secara hukum, maka yang dicari adalah pasal dari undang-undang, pasal dari undang-undang yang bisa membuat orang diambil lalu disimpan itu ya namanya pasal makar."
"Jadi dibilang lah bapak ini melanggar perbuatan pasal makar, supaya dia bisa diambil kemudian ditahan. Di sana baru beliau punya kesempatan untuk membela diri. Apakah benar melaksanakan makar atau tidak," papar Soleman.
Sementara itu, menurut Soleman, cara yang ke dua merupakan cara yang berat.
"Kalau yang kedua langsung diambil, dimasukkan ke Balikpapan, selesai," jelas Soleman.
Memastikan, pembawa acara lantas menanyakan maksud dari 'dimasukkan ke Balikpapan'.
"Balikpapan maksudnya apa Pak? Hilang?" tanya sang pembawa acara.
"Ya Balikpapan tempat yang gelap kan di balik papan kan," jawab Soleman eadanya.
Soleman menilai, negara ini tidak boleh kalah dan harus kuat.
Dia lantas memberikan pendapatnya soal alasan makar sekarang ini menjadi kasus yang ramai digunakan.
Menurut Soleman, hal tersebut dikarenakan sebelum-sebelumnya, pasal tersebut tidak pernah digunakan.
"Zaman Pak Harto makar tidak pernah dipakai. Yang dipakai itu Balikpapan, semua dikirim ke Balikpapan. Lebih cepat, enggak banyak proses," ungkap Soleman.
Soleman lantas menegaskan, pemerintah melakukan cara yang lembut karena menggunakan pasal makar.
"Pemerintah sekarang ini betul-betul sangat soft dengan menggunakan makar. Dari makar itu, dia bisa yes bisa no. Tapi dia masih ada," tegas Soleman.
"Tapi dulu-dulu? Sekarang ribut, kok makar, makar, makar? Ya karena dulu enggak pernah dipakai. Dulu yang dipakai tembak langsung, langsung Balikpapan. Dan orang tidak pernah tahu, hilang begitu saja. Dan itu kapabilitas yang dimiliki oleh negara."
"Jadi masih ada pembuktian, apakah melakukan makar benar atau tidak. Jadi di situ ada kesempatan. Karena tujuannya itu bukan 'kamu makar! harus makar!' Tidak."
"Tujuannya itu supaya manusia-manusia yang terkumpul ini tidak menjadi tidak terkendali. Karena kapabilitas beliau sebagai seorang mantan tentara sudah di dalam. Itu yang sebenarnya ditakutkan," tandasnya,
Simak videonya mulai menit ke 4.50:
WOW TODAY
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Ungkap Alasan Mengapa Kasus Makar Tengah Ramai, Mantan Kepala BAIS TNI Singgung Era Soeharto