Ketua DPP Partai Demokrat Akhirnya Buka Suara: Dulu Demokrat Tak Setuju Sandiaga Jadi Wakil Prabowo

Partai Demokrat terus menegaskan perannya dalam memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02,

Editor: Thom Limahekin
Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda
Ketua DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindaon. 

TRIBUNBATAM.id - Partai Demokrat terus menegaskan perannya dalam memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto - Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019 lalu.

Upaya ini dilancarkan partai politik besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini setelah muncul buzzer-buzzer yang menyudutkan Demokrat dalam Pilpres yang baru berlalu.

Semuanya bermula dari cuitan politisi Demokrat Andi Arief yang menyinggung hubungan koalisi Demokrat dan Paslon Prabowo -Sandiaga.

Dalam kicauannya, Andi Arief menerangkan bahwa Demokrat diserang oleh buzzer di sosial media yang menganggap Demokrat tak sepenuh hati mendukung Prabowo - Sandiaga hingga Demokrat tak memberikan kontribusi.

Juventus Rela Lepaskan Paulo Dybala, Alex Sandro dan Douglas Costa demi Paul Pogba

Pembalap Wanita Asal Spanyol Ini Kagumi Rossi Setelah Khianati Marquez, Ini Ungkapan Hatinya

Pasangan Suami-Istri Ini Ditemukan Tewas Bersama di Kamar Kos, Suami Tergantung, Istri Telungkup

Hari Terakhir Liburan Lebaran, Warga Batam Padati Wisata Pantai Nongsa Batu Besar

Video Bocah Penyakit Kritis Tahan Mobil Timnas, Minta Tanda Tangan Ronaldo, Reaksi Ronaldo Buat Haru

Menerangkan soal kicauan Andi Arief, rekannya se-partainya, Jansen Sitindaon memberikan komentar soal kicauan Andi Arief tersebut.

Hal itu dikatakan Jansen saat dirinya menjadi narasumber di acar Apa Kabar Indonesia Malam, Sabtu (8/6/2019).

Jansen menganggap bahwa kicauan Andi Arief di Twitter merupakan kilas balik Demokrat yang sempat memberikan saran ke Prabowo namun saran tersebut tak diterima.

Saran tersebut di antaranya adalah pemilihan Sandiaga sebagai pendamping Prabowo di gelaran Pilpres sebagai Cawapres.

"Kami itu mengikuti tweet-nya Andi Arief itu kan mundur ke belakang," ujar Jansen.

"Bang Andi itu sedang menceritakan kami Pak Prabowo tahu Bang Sandi tahu kami Partai Demokrat tahu, pihak-pihak yang beberapa kali hadir rapat di rumah Pak SBY di Kuningan itu juga tahu kalau Partai Demokrat ketika itu menyampaikan begini ini survei tidak mungkin kita abaikan untuk pandangan politik, dalam survei ini elektabilitasnya Bang Sandi belum bunyi bahkan sama sekali tidak ada," tambahnya.

"Kalau kita paksakan kalau dalam tanda kutip uangnya banyak gitu nanti ujung-ujungnya kalah di Jawa Timur tidak laku dijual, di Jawa Tengah tidak laku dijual," ujar Jansen.

Terbukti, menurut Jansen, Sandiaga tidak lebih dari gelaran Pilpres 2014 yang justru menurunkan suara Prabowo.

"Hari ini apa yang terjadi, di 2014 saya kan baca data, di Jawa Timur Pak Prabowo hanya kalah 1,4 juta di 2014, 2019 itu kalahnya sekarangnya 8 juta gitu," kata Jansen.

Menanggapi hal itu, pengamat politik yang juga berada di acara tersebut, Ray Rangkuti memberikan sahutan.

"Itu karena Sandi gitu?," sahut Ray mengaitkan kekalahan Prabowo.

"Bukan, maksud saya itu faktanya begitu di Jawa Tengah waktu kita katakan carilah calon lain yang lebih diterima di Jawa Timur Jawa Tengah," jawab Jansen.

"Jawa Tengah contoh Jawa Tengah 2014 itu Pak Prabowo hanya kalah 6,5 juta, kemarin ini kalahnya itu sampai 11 juta besar sekali."

"Suka atau tidak kunci politik di Indonesia itu masih Jawa. Jadi apa yang disampaikan Bang Andi itu kilas balik, kalau kami sebagai Partai Demokrat sebagai rekan koalisi ini ingin Pak Prabowo menang, kalau kami kritis dalam tanda petik dan punya pengalaman kami pernah mengusung kader belum pernah menang, makanya kami memberikan masukan."

Walaupun sarannya tak diterima saat itu, Demokrat masih berada di koalisi Prabowo - Sandiaga.

"Faktanya waktu Pak Prabowo dan Bang Sandi deklarasi itu kita bicara fakta Demokrat tidak diajak, artinya Pak Prabowo berpikir sudah pilihan saya tetap Bang Sandi dan kami menang," ujar Jansen.

"Tapi pasca itu diputuskan kami solid kembali Pak SBY kemudian mengumpulkan kami kader selaku partai pendukung dari Pak Prabowo untuk memberikan kader terbaik di BPN (Badan Pemenangan Nasional)."

"Saya masuk di juru bicara, saya 8 bulan pakai kaca mata kuda saya enggak pernah berpikir genit ke kiri ke kanan mendekati Pak Jokowi atau 01, itu etika Partai Demokrat."

Lihat videonya 8.18:

Sebelumnya Andre Rosiade mengatakan tak sepantasnya Andi Arief melontarkan kritikan maupun saran untuk kubu 02 melalui media sosial.

"Penting loh dalam beretika koalisi apalagi kita baca cuitannya hari ini kami sudah memberikan saran, kami sudah berikan masukan," kata Andre pada Kompas Tv, Minggu (9/6/2019).

Menurutnya, Andre tak pernah sekalipun melihat Andi Arief untuk datang langsung memberikan kritikan ke BPN Prabowo - Sandiaga.

Lalu Andi Arief dianggap telah memberikan kontribusinya sebagai kader dari partai koalisi pendukung 02.

"Pertanyaan saya come on kapan Andi Arief datang ke BPN Prabowo - Sandiaga, kapan Andi Arief memberikan masukan?," kata Andre.

"Anda enggak pernah datang, enggak pernah aktif lalu anda berhalusinasi memberikan masukan."

Namun, saat ini Andre meminta agar Demokrat solid menjadi koalisi 02 dengan mengawal proses gugatan Pemilu di Mahkamah Konstitusi (MK).

"Jadi sekali lagi kalau masih mau berkoalisi sampai proses MK ini ayo, ada masukan disampaikan baik-baik, disampaikan secara langsung bukan melakukan cuitan di Twitter yang akhirnya memicu keresahan malah merong-rong kesolidan koalisi."

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Jansen Sitindaon Sebut Demokrat Sempat Sarankan Prabowo agar Tak Bersama Sandiaga, Begini Alasannya

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved