BATAM TERKINI
18 Kontainer Sampah Plastik di Batam Diragukan, Jika Mengandung B3 Akan Dipulangkan ke Negara Asal
Hasil pemeriksaan 65 kontainer diduga berisikan sampah plastik, 28 kontainer di antaranya sudah dibongkar.
TRIBUNBATAM.id - Hasil pemeriksaan 65 kontainer diduga berisikan sampah plastik, 28 kontainer di antaranya sudah dibongkar.
65 kontainer harus diperiksa Bea Cukai dan instansi terkait di Pelabuhan Batuampar Batam.
Kontainer itu disinyalir berisikan sampah plastik dan kini masih ditelusuri apakah mengandung limbah B3 atau tidak.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam, Herman Rozie mengakui pihaknya memeriksa 65 kontainer tersebut.
Dari 65 kontainer yang ditemukan, 28 diantaranya sudah di bongkar.
Sedangkan 18 diantaranya dinyatakan masih diragukan apakah mengandung limbah B3.
Sementara sisanya 10 dinyatakan aman yang berisikan biji-biji plastik. Pihaknya berharap tidak ada mengandung limbah B3.
"Dari 65 kontainer yang diamankan, 28 sudah dibuka dalam tiga hari ini. 18 kontainer masih diragukan, sedangkan 10 lagi dianggap aman, karena memang isinya biji-biji plastik," ujar Herman, Selasa (18/6/2019).
Diakuinya, DLH Kota Batam tidak berniat untuk menghalangi-halangi para pelaku usaha untuk investasi di Batam. Secara legal administrasi perusahaan legal.
Namun, jika memang isi kontainer dianggap layak, pemerintah juga tidak ada menghalangi pelaku usaha.
Apalagi perusahaan ini ikut andil menghasilkan devisa negara dan membuka lowongan pekerjaan.
"Jika ada indikasi kontainer ini isinya mengandung limbah berbahaya. Kontainer tersebut akan diekspor kembali ke negara asalnya. Kita menunggu hasil uji lab BC apakah terbukti. Ini sesuai dengan Permendagri nomor 31," tutur Herman.
Ia menambahkan yang diimpor bukan hanya limbah plastik, tapi biji plastik. Bahan ini digunakan juga sebagai bahan baku.
"Pemeriksaan ini awalnya dilakukan karena ada tim Kementerian turun ke Batam dipimpin oleh Menko Kemaritiman salah satu asisten deputinya bersama dengan direktur pengolahan sampah, sucofindo, dan lainnya. Lalu kita diundang ada informasi plastik yang dikirim terkontaminasi limbah B3. Setelah itu dilanjutkan oleh Bea Cukai dan surveyor," paparnya.
Perusahaan plastik, kata dia, ada puluhan di Batam. Banyaknya mengelola sampah plastik lokal. Jika mengimpor pasti dalam bentuk biji plastik.
Impor sampah plastik ke Batam mencuat ke permukaan setelah Bea Cukai Batam memeriksa 65 kontainer berisikan sampah plastik di Pelabuhan Batuampar, Batam.
Beberapa kontainer disegel, selain itu Bea Cukai mengambil sampel untuk memeriksa apakah sampah plastik mengandung B3 atau tidak.
Jumlah ini jauh lebih besar dari temuan pertama di Port Klang, pekan lalu, yang jumlahnya sekuitar 3.000 ton.
Duterte memberi ultimatum keras kepada Kanada untuk mengambil kembali sampah mereka atau ia sendiri yang akan mengirim ke negara tersebut.
"Kanada, ambil sampahmu atau saya bakal mengembalikannya sendiri," ancamnya.
Kemarahan Duterte mencampai puncaknya karena negara itu sudah dua kali mendapat nota protes dari Filipina terkait sampah plastik.
Namun pada kenyataannya, mereka tetap mengiririmkan limbah itu ke Filipina.

Belum ketegangan dengan Filuipina reda, sampah plastik dari Kanada kini ditemukan Departemen Bea Cukai Malaysia di pelabuhan.
BC Malaysia, seperti dilansir TribunBatam.id dari Free Malaysia Today, menyebutkan bahwa 7.420 ton sampah plastik ditemukan dalam 40 kontainer.
Angka ini mengalahkan 3.000 ton limbah plastik dari 60 kontainer yang ditemukan di Westport, Port Klang, Selangor, yang pekan lalu, diultimatum Menteri Energi, Sains, Teknologi, Lingkungan dan Perubahan Iklim Malaysia Yeo Bee Yin.
Yeo Bae Yin memberi ultimatum 14 hari sampah plastik itu sudah harus dikirim kembali ke negara asalnya.
Modus impor sampah plastik ini hampir sama, diletakkan di bagian dalam kontainer, sementara barang-barang daur ulang ditempatkan di bagian depan.
"Namun trik importir plastik ini terungkap ketika petugas mencuium bau busuk yang kuat dari kontainer, ketua Komite Lingkungan Penang Phee Boon Poh dalam konferensi pers bersama Direktur Bea Cukai Penang Saidi Ismail,
Saidi mengatakan, sejak januari lalu, ada 265 kontainer bermasalah yang masuk ke Terminal Kontainer Butterworth Utara di pelabuhan Butterworth.
Dari 265 kontainer, 158 sedang diselidiki. Perusahaan importir dari 130 kontainer telah mengeluarkan denda RM1,000 untuk setiap kontainer.
Dia mengatakan 11 perusahaan sekarang sedang diselidiki terkait impor sampah plastik tersebut.

Lebih dari setengah limbah berasal dari Kanada, sedangkan sisanya berasal dari Amerika Serikat, Belgia, Jerman, Hong Kong, dan Jepang.
"Kami akan menunggu instruksi dari kementerian jika kami ingin mengirim ini kembali ke negara asal mereka," katanya.
Saidi mengintip ke dalam 11 kontainer yang belum diklaim oleh perusahaan manapun, diduga karena takut aksinya terbongkar.
Laporan FMT, di antara plastik yang ditemukan tersebut ada pembungkus botol untuk Lactel, merek susu terkenal di Prancis, dan air mineral Eau de Source de Montagne, juga dari perusahaan yang sama.
Wadah lain adalah kemasan produk perusahaan Prancis Henkel.
Pemerintah Malaysia melakukan operasi besar-besaran di seluru pelabuhan Malaysia sejak temuan sampah plastik di Port Klang.
Hingga saat ini, pemulangan sampah plastik yang dilakukan ke Malaysia baru ke satu negara, yakni Spanyol.
Masalah limbah plastik dimulai ketika China melarang impor plastik pada 2017.
Para sindikat ekspor sampah plastik ini kemudian mencari "pasar" baru, yakni negara-negara Asia Tenggara.
Malaysia telah menjadi penerima terbesar sampah plastik AS, tercatat 195.444 ton sampah plastik antara Januari dan Juli 2018, lebih dari 97.544 ton pada tahun 2017.
Impor sampah plastik Batam
Masuknya 65 kontainer berisi sampah plastik ke Batam, pihak bea dan cukai memberikan penjelasan alasan pengecekan kontainer.
65 kontainer sampah plastik itu diimpor oleh empat perusahaan.
Kepala KPU BC Tipe B Batam, Susila Brata menegaskan, empat perusahaan pengimpor scrub plastik ini telah memenuhi kelengkapan dokumen, persetujuan impor dari Kementerian Perdagangan, dan dilengkapi KSO surveyor sebagai ketentuan di Permendag No.31 Tahun 2016.
Bagi yang memenuhi kriteria, akan dirilis dan dilanjutkan ke proses selanjutnya. Sedangkan bagi yang tidak memenuhi kriteria, akan diproses lebih lanjut yakni dengan cara diambil sampel, kemudian diuji laboratorium. Proses lebih lanjutnya, ada di kementerian terkait.
Apa indikator tidak memenuhi kriteria? Susila mengatakan, berdasarkan Permendag No. 31/2016, impor limbah non B3 tidak boleh terkontaminasi limbah B3.
Makanya, mereka melakukan pengecekan terhadap barang yang diimpor. Apakah mengandung B3 atau tidak. BC juga akan mempertanyakan dasar kelengkapan dari surveyor.
"Ada atau tidak limbah B3, itu nanti dilab hasilnya. Walaupun secara kasat mata kita lihat ada, tapi prosedur kita penuhi dulu, masuk ke laboratorium," ujarnya.
Susila melanjutkan, dari pengecekan secara NHI yang dilakukan, belum tentu semuanya melanggar.
Diketahui ada 65 kontainer dari empat perusahaan, dengan 16 dokumen, yang kini sudah berada di Pelabuhan Batuampar, Batam, Kepulauan Riau.
"Belum tentu semua kontainer itu melanggar. Belum semuanya dibuka. Kalau ketemu, kita ambil sampelnya. Hari ini ada beberapa sampel yang kita ambil," kata Susila.
Pantauan Tribun, tidak hanya membuka isi kontainer, BC juga menyegel kontainer yang sudah dibuka, dan dinilai tidak memenuhi syarat. Penyegelan dimaksudkan, supaya tidak ada aktivitas yang ditujukan terhadap kontainer sementara waktu.
Susila melanjutkan, pengecekan yang mereka lakukan Jumat, juga merupakan tindaklanjut kebijakan dari pejabat di kementerian terkait.
Sebelumnya, Menko Kemaritiman RI, Luhut Binsar Panjaitan melarang dilakukannya impor plastik. Karena dapat mengotori lingkungan.
Pengecekan kontainer berisikan sampah plastik di Pelabuhan Batuampar, Batam, berlanjut pada pengecekan kandungan bahan pada sampah plastik itu.
Reaksi Wali Kota Batam
65 kontainer sampah plastik masuk Batam membuat Wali Kota Batam Rudi gerah, begini reaksinya.
Wali Kota Batam Rudi dan Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad langsung mengecek kontainer berisikan sampah plastik di Pelabuhan Batuampar, Batam, Jumat (14/6/2019).
Sebelumnya Bea Cukai Batam memeriksa kontainer berisikan sampah plastik dan mengirimkan sampelnya untuk diuji apakah sampah plastik itu mengandung limbah B3 atau tidak.
Wali Kota Batam, Rudi mengatakan, tindakan yang dilakukan BC, hanya menjalankan wewenang yang diberikan kepadanya.
Mengapa diperiksa? Menurutnya, tentu ada indikasi awal yang dipersangkakan.
"Kalau ada, kita akan surati kementerian perdagangan, untuk ditinjau kembali. Penindakan apa yang akan diberikan kalau ada limbah B3, nanti saja kita tunggu hasil uji labnya keluar," kata Rudi.
Rudi tak mempermasalahkan jika yang diimpor dari luar negeri itu, berbentuk biji plastik. Karena bisa diolah. Namun bukan sebaliknya, sampah plastik.
"Kalau impor biji plastik, tak ada masalah. Silakan diimpor," ujarnya.
Kedepan, pihaknya berharap, perusahaan yang ditunjuk negara, terutama perusahaan surveyor yang ditunjuk, betul-betul melakukan pengecekan terhadap muatan barang yang akan dikirim masuk ke Indonesia, khususnya Batam.
"Tak boleh terima saja. Kalau hasilnya begini. Ditanya ke Sucofindo, katanya di negara asal ngeceknya. Mudah-mudahan ini kejadian pertama dan terakhir, dan kita akan perketat nanti," kata Rudi.
Kepala KPU BC Tipe B Batam, Susila Brata mengatakan, sebelum diimpor ke Batam, Kepri, Indonesia, muatan dalam kontainer yang akan dikirim sudah disurvei oleh surveyor di luar negeri.
Dan dinyatakan dalam dokumennya, sudah memenuhi aturan di Permendag no. 31/2016.
"Sekarang kondisinya seperti ini. Kalau tidak memenuhi syarat, akan dikembalikan ke negara asalnya," ucap Susila.
Kepala DLH Kota Batam, Herman Rozie mengatakan, ke empat perusahaan pengimpor plastik di Batam ini, memang diperbolehkan impor.
Mereka sudah memenuhi syarat administrasi. Barang yang mereka impor juga masuk kategori scrub plastik.
"Tapi di situ dipersyaratkan, tidak boleh dikontaminasi limbah B3. Kemarin setelah kita lihat secara visual barangnya, kita ragu, ada kecurigaan, makanya kita cek," kata Herman.
Sampel barang sudah diambil, selanjutnya akan dicek di laboratorium milik BC. Berapa lama hasil uji lab bisa diketahui? Tergantung kandungannya. Bisa satu hari, atau tiga hari.
"Sebenarnya scrub plastik itu dibolehkan impor asal homogen. Kalau tadi kita lihat fisiknya kan banyak bercampur. Ada kertas, dan lainnya, harusnya sejenis," ujarnya.
"Untuk hasilnya apa masuk limbah B3 atau tidak, memang harus uji lab. Tapi kalau tidak homogen jenisnya, itu patut diduga," sambung Herman.
Tanggapan importir
PT Royal Citra Bersama, satu dari empat perusahaan pengimpor 65 kontainer sampah plastik di Batam buka suara.
Direktur PT Royal Citra Bersama, Suhardi alias Amin membantah, jika barang yang diimpor perusahaannya dari luar negeri, merupakan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Amin mengatakan, sebelum diimpor dari Amerika, kontainer berisi plastik itu sudah disurvei terlebih dahulu oleh perusahaan yang sudah bekerjasama dengan surveyor Sucofindo. Dalam hal ini, Cotecna.
"Sudah dicek, mulai dari kontainernya dalam keadaan kosong, sampai ada isinya. Hasil survei, dinyatakan layak," kata Amin kepada Tribunbatam.id, Jumat (14/6/2019).
Jika hasil survei itu kemudian dipermasalahkan, Aminpun tak tinggal diam begitu saja. Ia berencana akan menuntut Cotecna.
"Tadi saya berani mendekati kontainer itu, karena melihat ada benda ini. Saya pastikan dulu ada Cotecna atau tidak. Kalau tidak, tak berani juga saya bilang ini kontainer dari perusahaan saya. Takutnya kan ada yang menyerobot," ujarnya, sambil memegang dua benda berukuran kecil, dan bertuliskan Cotecna.
Bea dan Cukai Batam menyegel tiga kontainer milik perusahaan Amin, pada Jumat (14/6) di Pelabuhan Batuampar. Kontainer dan muatannya itu sendiri, didatangkan dari Amerika.
Begitu satu per satu kontainer dibuka, bau menyengat menyeruak dari dalam kontainer. Bahkan lalatpun ada yang hinggap di sana. Isi di dalam kontainer, secara fisik lebih mirip sampah plastik. Aminpun membenarkannya.
"Bagi orang awam ini sampah plastik, tapi bagi kami ini plastik. Bahan baku," kata Amin.
Plastik yang diimpor itu, selanjutnya akan diolah lagi menjadi produk pendukung. Seperti palet dari bahan plastik, tong sampah dan lainnya.
"Kami suplai untuk pabrik buat palet. Kalau palet itu biasanya dari kayu, kami plastik," ujarnya.
Plastik impor itu, lanjutnya, juga tak bisa diolah menjadi kantong asoi. Bukan juga untuk olahan barang halus. Melainkan untuk produk pendukung pabrik.
Sudah lebih kurang 20 tahun ini, perusahaan Royal Citra Bersama menjalankan bisnisnya. Untuk kebutuhan bahan baku, berupa plastik, mereka impor dari luar negeri. Ada juga yang dipasok dari lokal, Batam.
Selama kurun waktu usahanya itu berjalan, Amin mengaku, baru kali pertama ini, perusahaannya mendapat masalah. Iapun geleng-geleng kepala.
"Kami sudah 20 tahun beroperasi. Baru sekarang dipermasalahkan. Izin semua kami lengkap. Ada dari kementerian perdagangan dan lainnya," kata Amin.
Dimintai tanggapannya soal PT Royal Citra Bersama yang sudah menjalankan usaha lebih kurang 20 tahun, namun baru kali ini dipermasalahkan, Kepala KPU BC Tipe B Batam, Susila Brata mengatakan, pemahamannya bukan seperti itu.
"Bukan seperti itu. Kalau ada penindakan kemudian, yang lalu bagaimana? Kontainer yang kita periksa hari ini, dari data asalnya ada yang dari Amerika, dan beberapa dari negara Eropa. Tujuannya karena importir produsen. Ini statusnya produsen semua," ujar Susila.(*)