Diasapi Muridnya. Valentino Rossi 4 Tahun Lalu Lebih Cepat Setengah Detik di Assen. Pertanda Apa?
Sirkuit Assen adalah terakhir kali Valentino Rossi juara dua tahun lalu, setelah itu, pebalap 40 tahun ini sama sekali tak pernah lagi
TRIBUNBATAM.ID, ASSEN - Sejatinya MotoGP Belanda 2019 menjadi ajang comeback bagi Valentino Rossi setelah mengalami masa suram selama dua tahun terakhir: tanpa gelar juara sekalipun!
Bahkan, Sirkuit Assen adalah terakhir kalinya Valentino Rossi naik podium pertama dan setelah itu, pebalap 40 tahun ini sama sekali tak pernah merasakan juara.
Kini, di MotoGP Belanda 2019 tak semanis yang dibayangkan karena hingga Free Practice 3, belum ada catatan waktu yang bagus untuk pebalap Italia bernomor #46 ini.
Catatan terbaik hanya pada pada FP2 di peringkat kesembilan, sementara di FP1 dan FP3, Rossi hanya meraih posisi 12 dan 14.
• Hasil Kualifikasi MotoGP Belanda 2019 - FANTASTIS! Quartararo Pole, Marquez ke-4; Rossi Tercecer
• Kabar Terbaru Jorge Lorenzo Menyedihkan: Dua rusuknya Patah dan Absen Hingga MotoGP Jerman 2019
• Hasil FP3 MotoGP Belanda 2019 - Fabio Quartararo Pecahkan Rekor Lap, Rossi Berjuang dari Q1 Lagi
Hal ini memaksa Valentino Rossi harus berjuang dari Kualifikasi 1 (Q1) untuk bisa bersaing masuk 10 besar di Q2.
Itupun gagal karena catatan waktu Rossi jauh kalah dari Alex Rins ( Suzuki), Pol Espargaro (KTM) dan muridnya sendiri, Francesco Bagnaia (Pramac Ducati).
Dus, Valentino Rossi terpaksa harus start di posisi 14, Minggu besok.
Mirisnya lagi, catatan waktu terakhir Rossi di FP3 adalah 1 menit 33.279 detik dan kecepatan itu selisih 0,652 detik dari lap terbaiknya yang diraih tahun 2015 lalu, 1 menit 32.627 detik.
Bahkan, di kualifikasi, catatan waktunya jauh lebih menurun, hanya 1 menit 33,466 detik.
Ingat, itu motor 2015 sementara saat ini ia menggunakan motor terbaru tahun 2019.
Apakah ini tanda-tanda bahwa Valentino Rossi sudah habis?
Tentunya para penggemar berat The Doctor tak terima karena mereka masih menyaksikan idolanya bersaing di barisan depan.
Setidahnya, dari tujuh seri MotoGP 2019, The Yellow Valley sudah dua kali naik podium di MotoGP Argentina dan MotoGP Amerika.
Selain dua kali jatuh di dua seri terakhir, Rossi juga meraih hasil yang tidak terlalu buruk di tiga seri lainnya, yakni peringkat 5 di Qatar dan Perancis dan peringkat 6 di Jerez, Spanyol.
Tetapi, pertanyaan besar tetap belum terjawab, apa yang salah pada Valentino Rossi yang hanya dua tahun dari sepanjang karirnya dihabiskan bersama pabrikan Yamaha dan hanya dua tahun pindah ke motor lain?
Kita tahu, dalam dua terakhir, Rossi selalu mengeluhkan berbagai hal tentang sepeda motornya dan keluhan yang sama juga disampaikan oleh Maverick Vinales.
Murid-murid yang Memukau
Namun, memasuki MotoGP 2019 --melihat jejak bannya-- Rossi tak mesti lagi mengeluh soal motor.
Pasalnya, dua muridnya justru tampil moncer, bahkan Fabio Quartararo menjadi pebalap muda yang semakin mengancam di seri-seri terakhir ini.
Padahal, ia baru tahun pertama masuk ke seri grand prix dan menunggangi motor tahun 2018.
Sebagai pebalap baru yang butuh penyesuaian dengan motor --itu dialami oleh seluruh pebalap-- lima kali masuk 10 besar dan dua kali pole position adalah catatan luar biasa bagi Fabio Quartararo.
Ketika sang guru sudah turun ke lintasan balap 18 tahun lalu, Quartararo masih menggunakan pempers karena usianya kala itu kurang dari 2 tahun.
Sama halnya dengan Quartararo, murid Rossi lainnya dari #46 Academy, Franco Morbidelli juga menunjukkan gambaran bahwa ia akan masuk 10 besar pada musim ini.
Dua pebalap ini tampil bersama tim satelit anyar Yamaha yang bermarkas di Sepang, Petronas Yamaha SRT.
Morbidelli memang sedikit terseok-seok di hari pertama, Jumat, berada di posisi 17 dan 14, namun pada Sabtu pagi, ia menerobos ke posisi 6 sehingga mengamankan posisinya untuk masuk ke jajaran 10 besar.
Tentu saja hasil ini tidak memuaskan Valentino Rossi karena para pebalap lain jauh lebih baik dibandingkan dirinya.
Rossi mengaku mengalami masalah elektronik pada FP1 namun berhasil diperbaiki dan masuk ke posisi 9 pada FP2, Jumat.
Tentu saja ini aneh karena sudah lebih setahun, masalah elektronik ini tak juga beres-beres dan anehnya hanya terjadi pada Rossi, tidak pada pebalap Yamaha lainnya.
Sayangnya, meskipun bisa diatasi, Rossi masih melorot sepanjang harisepanjang Sabtu.
Kepada wartawan, Rossi mengatakan bahwa kecepatan motornya tak naik dan ia juga merasa tak nyaman di lintasan.
“Di beberapa bagian trek, terutama di bagian yang cepat, saya merasa sangat tidak nyaman motor saya, tidak sekuat seperti yang saya inginkan," keluhnya seperti dilansir Crash.net.
Juara dunia sembilan kali ini pernah menjadi yang terkuat di MotoGP Belanda selama beberapa musim, termasuk juara pada 24 bulan lalu.
Berbagai cara dilakukan oleh Yamaha dalam memperbaiki aerodinamika motor M1 Rossi, seperti menggunakan sayap atau fairing, namun hal itu tidak membantu.
"Kami mencoba menggunakan fairing karena di lintasan ini Anda selalu bermasalah dengan roda dan sayap meningkatkan wheelie (pengereman), tetapi motor sedikit lebih sulit untuk dikendarai," kata Rossi.
“Jadi pada akhirnya saya lebih suka yang standar."
Asal tahu saja, Rossi adalah pemegang rekor di Assen dengan 8 kali kemenangan, bahkan jika digabung dengan 125cc dan 250cc, Rossi sudah meraih 10 gelar di sirkuit ini.
Kini, rekor itu dimiliki muridnya, Fabio Quartararo yang memecahkan rekor lintasan Assen
Setelah meraih rekor FP3 dengan 1m 32.471 detik, di kualifikasi, ia mempertajamnya menjadi 1m 32.017 detik.
Apakah ini tanda-tanda bahwa dua tahun lalu Quartararo atau Morbidelli akan menggantikan Rossi di tim pabrikan Yamaha?
