Kejar-kejaran Kopassus-Kostrad dan KKB Papua Selama 5 Bulan di Hutan Papua, Begini Endingnya
Aksi kejar-kejaran Kopassus-Kostrad dengan KKB Papua ini berawal saat 26 orang peneliti yang tergabung dalam tim Ekspedisi Lorentz 95 tiba-tiba disand
TRIBUNBATAM.id - Di tahun 1996 pernah terjadi aksi mendebarkan antara pasukan gabungan Kopassus-Kostrad dan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua.
Keduanya terjadi aksi kejar-kejaran yang sengit.
Dilansir dari buku 'Sandera, 130 Hari Terperangkap di Mapenduma', aksi kejar-kejaran Kopassus-Kostrad dengan KKB Papua ini berawal saat 26 orang peneliti yang tergabung dalam tim Ekspedisi Lorentz 95 tiba-tiba disandera oleh kelompok separatis tersebut.
Bahkan, saat itu Kopassus dan Kostrad terus memburu KKB Papua yang membawa 26 sandera selama 130 hari atau lima bulan.
Terkait penyanderaan Tim Lorentz ’96 dan bagaimana mereka diselamatkan, kisah ini juga pernah diulas secara khusus oleh majalah Intisari.
Penelitian tim Ekspedisi Lorentz 95 dilakukan antara bulan November 1995 dan Januari 1996.
• PPDB 2019 Kepri Dibuka 1 Juli, Simak Cara dan Syarat Daftar Sekolah di Batam dan Wilayah Lain
• Jokowi-Maruf Amin Menang Pilpres 2019, Istilah Cebong dan Kampret Berakhir? Ini Kata Refly Harun
• 5 Film dan Serial yang Wajib Ditonton di Bulan Juli Ini
• PPDB Online 2019 di Bintan untuk SMP Dibuka 3 Jalur, Cek di Sini

Tidak ada gangguan berarti yang dialami tim selama menjalankan misinya.
Tim ekpedisi ini juga sudah tahu jika di sana terdapat KKB Papua yang didalangi oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik
Tanggal 8 Januari menjelang hari-hari kepulangan ke Jakarta, mereka berkumpul di rumah kayu milik Pendeta Adriaan van der Bijl asal Belanda yang sudah menetap di sana sejak tahun 1963.
Hari itu sang pemilik rumah sedang pergi, berkeliling ke daerah Mbua dan ALama untuk menyusun kegiatan misionaris bersama istrinya.
Tiba-tiba, datanglah sekelompok suku setempat berjumlah puluhan orang berpakaian perang, lengkap dengan tombak.
Tak hanya itu, salah satu dari mereka, diduga sebagai komandan, membawa senapan laras panjang M-16 yang diacung-acungkan dan sesekali ditembakkan ke udara

Mereka lalu mendobrak mendobrak pintu yang dikunci, memaksa masuk, menyerang, menyandera tim, dan akhirnya membawa seluruh tim peneliti ke hutan pedalaman.
Berita penyanderaan Tim Lorentz mulai beredar di media massa dan menjadi berita besar hingga ke Jakarta bahkan dunia.
Pemerintah Indonesia segera meminta ABRI (TNI) melakukan penyelamatan.
Komandan Jenderal Kopassus saat itu (Mayjen TNI Prabowo Subianto) diputuskan memimpin misi penyelamatan.
Beberapa satuan TNI lainnya seperti pasukan Kostrad juga dilibatkan dalam misi penyelamatan ini.
Sekitar lima bulan berlalu, misi pembebasan Tim Lorentz yang disandera oleh KKB Papua pimpinan Kelly Kwalik belum juga membuahkan hasil.
Para OPM terus bersembunyi dan berpindah-pindah tempat sambil mengirimkan beberapa pesan tuntutan mereka kepada Pemerintah RI.
Pasukan yang dibawa Kelly Kwalik mula-mula berjumlah 50 orang, kemudian ditambah lagi hingga menjadi 100 orang.

Tanggal 7 Mei 1996, satu kompi pasukan batalyon Linud 330/Kostrad di bawah pimpinan Kapten Inf Agus Rochim ikut dikirim ke Timika untuk menambah kekuatan.
Setelah berbagai upaya dilakukan, Tim Kopassus dan Kostrad berhasil menuntaskan misinya pada tanggal 9 Mei 1996
Tim gabungan Kopassus dan Kostrad itu akhirnya berhasil menyelamatkan para sandera kecuali 2 orang, yaitu Navy dan Matheis yang gugur di tangan keganasan para OPM
Gerebek Markas KKB Papua, Prajurit Kopassus Tersesat
Di sisi lain, perburuan KKB Papua juga menyisakan pengalaman menarik bagi salah satu prajurit Kopassus
Seorang prajurit Kopassus pernah tersesat selama 18 hari di pedalaman Papua, bahkan sempat mengalami hal mistis atau tak masuk akal saat itu.
Dilansir dari buku 'Kopassus untuk Indonesia' karangan Iwan Santosa dan E.A Natanegara, hal ini terjadi saat sang prajurit baret merah itu melakukan misi penggerebekan markas KKB Papua pimpinan Kelly Kwalik dan Thadeus Yogi.
Prajurit Kopassus itu bersama timnya diperintahkan untuk menggerebek markas KKB Papua yang berjarak enam hari jalan kaki dari pos Timika.

Tim berangkat ke lokasi pada bulan Oktober yang juga bertepatan dengan musim penghujan.
Saat hari kelima, mereka bertemu sungai dengan arus yang sangat deras dan memutuskan menyeberang dengan menggunakan tali.
Saat menyeberang tersebut ada prajurit yang berpangkat kopral masuk ke pusaran air dan hanyut.
Spontan sang komandan yang merupakan prajurit Kopassus itupun menyelam untuk menolongnya.
Namun sampai suatu titik, sungai itu malah berujung menjadi air terjun.
Sang komandan pun menepi di tengah hutan Papua yang berada di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut.
Karena terus berusaha mencari prajuritnya yang hilang sang komandan tersesat di dalam hutan belantara papua yang masih rapat.
Dia pun berusaha mencari arah untuk kembali ke Timika dengan harapan melaporkan anak buahnya yang hilang kepada atasan untuk selanjutnya mencari kembali.
Sampai hari keenam, prajurit Kopassus itu tak kunjung sampai di tujuan dan sudah berada di ambang sadar.
Semua perlengkapan termasuk sepatunya hanyut dibawa arus sungai yang deras.
Dan di hari keenam itulah prajurit Kopassus ini mengalami pengalaman yang tak bisa dijelaskan dengan akal sehat.
Ia mengaku melihat alam lain, antara sadar dan tidak sara prajurit tersebut merasa masih terus berjalan.
Di hari kesebelas Ia berhasil menyeberangi sungai yang lebarnya 200 meter sebelum akhirnya tiba di Timika.
Selama 18 hari tersesat di dalam hutan akhirnya prajurit tersebut ditemukan oleh warga dalam kondisi selamat.
Saat itu kondisi tubuhnya hanya tinggal tulang berbalut kulit, mata yang terus berputar liar dan telapak kaki yang bengkak akibat tertancap potongan kayu.

Yang membuat merinding, ternyata prajurit kopassus itu mengaku selama tersesat di hutan Ia merasa dirinya diikuti oleh tiga sosok tak terlihat.
Menurut penuturannya saat matahari sudah terbenam, satu memijati kaki, satu memijati pundak dan satu lagi berbagi rokok dengan prajurit tersebut.
Meski dalam kondisi yang memprihatinkan dokter yang memeriksa menyatakan prajurit tersebut bebas dari penyakit malaria dan cacing tambang. (***)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Aksi Kejar-kejaran Kopassus-Kostrad dan KKB Papua Selama 5 Bulan di Hutan, Endingnya 2 Sandera Tewas