Kisah Ida Pfeiffer Pelancong Austria yang Nekat Kunjungi Suku Kanibal di Tahun 1800-an
Kebanyakan dari kita pasti memilih mengunjungi tempat-tempat yang aman dan minim kejahatan. Namun berbeda dengan pelancong wanita asal Austria ini.
Para pejabat pribumi itu juga meyakinkan Ida bahwa para perempuan tidak diizinkan untuk mengambil bagian dalam makan malam utama.
Kisah tentang Ida Pfeiffer ini merupakan cuplikan dari A Lady's Second Journey Round the World: From London to the Cape of Good Hope, Borneo, Java, Sumatra, Celebes, Ceram, the Moluccas, Etc., California, Panama, Peru, Ecuador, and the United States, Volume 1.
Buku tersebut merupakan catatan perjalanan Ida yang terbit di London pada 1855.
Ida Pfeiffer (14 Oktober 1779—27 Oktober 1858) merupakan pelancong perempuan bergaya tomboi.
Dia mulai melancong pada 1836. Pada 1852-1853 dia mengunjungi sejumlah kawasan di Hindia Belanda: Kalimantan, Sumatra, Jawa, Sulawesi, hingga Kepulauan Maluku.
Berdasarkan kisah dari warga setempat dia ingin berkunjung ke dataran tinggi dan berharap dapat menemui kanibal liar dari Batak.
Bagi bangsa Eropa saat itu, orang-orang Batak memang belum banyak dikenal. Atas alasan itulah Ida sangat bernafsu bertemu dengan mereka.

• Pembeli Baskin Robbins Bisa Diskon 50 Persen, Ini Syaratnya!
Ketika Ida berada di Padang, rencana perjalanan ke tempat-tempat tersebut sempat dicegah oleh warga setempat.
Mereka bercerita kepada Ida tentang dua misionaris asal Amerika, Henry Lyman dan Samuel Munson, diduga telah dibunuh dan disantap oleh orang Batak pada 1835.
Ida bersama seorang pemandunya menunggang kuda selama perjalanan di pedalaman Sumatra.
Perjalanan di pulau ini dibagi beberapa tahapan atau rute militer.
Setiap 12 hingga 20 kilometer terdapat benteng atau bangunan kecil tempat kantor pemerintah, sekaligus tempat bermalam para pelancong seperti Ida.
Pada pertengahan Agustus 1852, keduanya menuruni bukit di Silindong, dekat Danau Toba.
Namun, sebelum menuju lembah, pemandunya menyarankan supaya Ida untuk tak menjauh darinya.
Ketika kedua orang itu mendekat, mereka justru disambut dengan tombak dan parang. Setelah si pemandu menjelaskan, Ida boleh melewati kawasan itu.