KILAS SEJARAH

Kisah Benny Moerdani Tolak Dilatih Idjon Djanbi, Bule Belanda Sang Komandan Pertama Kopassus

Mochamad Idjon Djanbi adalah komandan pertama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) atau saat itu disebut Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD).

Kolase Istimewa via TribunJabar
Kisah Benny Moerdani Gagalkan Rencana Penculikan AH Nasution, Sampai Rela Tangkap Komandan Kopassus 

TRIBUNBATAM.id - LB Benny Moerdani, legenda intelijen Indonesia pernah blak-blakan menolak dilatih oleh Mochamad Idjon Djanbi.

Dikutip dari Tribun Jatim, alasan Benny Moerdani ogah dilatih oleh Idjon Djanbi saat itu pun terjawab.

Simak cerita selengkapnya.

Diketahui, ketika itu Benny Moerdani berusia 21 tahun.

 

Ingat Pemeran Farida di Film Mak Lampir Misteri Gunung Berapi? Kini Sudah Berhijab, Ini Sosoknya

Terkena OTT KPK, Nasdem Pecat Gubernur Kepri Dari Kursi Ketua DPW

Ultah Kedua, Wuling Luncurkan Almaz 7-seater dan Fitur WIND

Panduan 7 Hal yang Seharusnya Tidak Dilakukan Saat Berada di Singapura

Ia membangkang karena menolak dilatih oleh Mochamad Idjon Djanbi.

Mochamad Idjon Djanbi adalah komandan pertama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) atau saat itu disebut Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD).

Idjon Djanbi memiliki nama asli Rokus Bernadus Visser.

Ia kemudian berganti nama setelah menjadi mualaf dan menikah dengan seorang perempuan sunda.

 

Benny Moerdani.
Benny Moerdani. (Kolase Istimewa via TribunJabar)

Dilansir dari Tribunjabar (grup TribunJatim.com), Idjon Djanbi sebenarnya bekas prajurit komando Belanda.

Maka dari itu para anggota pasukan Kopassus, termasuk Benny Moerdani yang tengah dilatih di Batujajar pada awal 1954, mencurigai Idjon Djanbi.

Mereka takut kalau Idjon Djanbi adalah mata-mata asing.

Bahkan mereka memiliki sebutan khusus untuk komandan mereka sendiri.

Idjon Djanbi disebut dengan inisial MID, yakni Militaire Inlichtingen Dienst atau detasemen intelijen militer Belanda.

Melansir dari buku Benny Moerdani yang Belum Terungkap (2018), Benny Moerdani mengawali karirnya dari Solo sebagai tentara pelajar.

Mulai Januari 1951, ia menempuh pendidikan di Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat di Bandung.

Ia lulus sebagai perwira remaja pada April 1952.

Kemudian, Benny menjalani pendidikan Sekolah Pelatih Infanteri.

Di sekolah itu, Benny Moerdani dilatih keras sebagai calon instruktur pasukan komando di markas KKAD.

Benny digembleng oleh Idjon Djanbi selama enam bulan.

Kerasnya latihan membuat Benny dan kawan-kawan sering menggerutu di belakang sang komandan.

Sosok Idjon Djanbi digambarkan oleh Aloysius Sugiyanto, angakatan pertama yang juga dilatih oleh Idjon Djanbi.

Aloysius Sugiyanto mengatakan idjon Djanbi adalah komandan dengan disiplin tinggi.

Penolakan yang dilakukan oleh siswa terhadap Idjon Djanbi tidak mendapat tanggapan.

Ken Boy dalam bukunya, Kopassus, mengatakan sejumlah pemimpin militer setuju melucuti kewenangan Djanbi, termasuk mengurangi porsi dalam melatih.

Namun, rencana tersebut tak dapat terlaksana karena belum ada calon yang kuat untuk menggantikan Djanbi.

Akhirnya, Mayor RE Djaelani dari Divisi Siliwangi diangkat sebagai wakil dari Idjon Djanbi.

Setelah melalui pelatihan keras, sebanyak 44 siswa dari 80 orang dinyatakan lulus, Benny salah satu di antaranya.

Meski dinyatakan lulus, bukan berarti penolakan mereka terhadap Idjon Djanbi telah padam.

Pada 25 Juli 1955, KKAD berganti nama menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat atau RPKAD.

Setahun kemudian, kekuatan RPKAD meningkat berkali lipat.

RPKAD menerima 126 siswa sebagai tambahan kekuatan.

Merasa kemampuannya bertambah, kader senior RPKAD mengusulkan agar komanda diganti menjadi pribumi.

Para petinggi militer di Jakarta setuju dengan usul tersebut.

Idjon Djanbi ditawari jabatan yang jauh dari pelatihan komando.

Ia tersinggung dan memilih untuk pensiun.

Akhirnya, idjon Djanbi menjadi kepala perkebunan di sekitar Cianjur, Jawa Barat.

Mayor RE Djaelani yang sebelumnya menjabat sebagai wakil diangkat menjadi pengganti Idjon Djanbi. (Fidya Alifa Puspafirdausi)

Artikel ini pernah tayang di TribunJabar.

Benny Moerdani.
Benny Moerdani. (Kolase Istimewa via TribunJabar)

Rencana penculikan terhadap Kolonel Abdul Haris Nasution atau AH Nasution pernah digagalkan Benny Moerdani.

Saat itu, Benny Moerdani rela menangkap komandannya sendiri untuk menggagalkan rencana penculikan terhadap AH Nasution.

Diketahui, Kolonel AH Nasution diangkat kembali menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 7 November 1956.

Kolonel AH Nasution menjabat Kepala KSAD menggantikan Bambang Sugeng.

Sebelumnya, AH Nasution sempat menjabat Kepala KSAD namun dicopot setelah mengarahkan meriam ke Istana Negara.

Pengangkatan kembali AH Nasution membuat Kolonel Zulkifli Lubis tak senang.

Ia mencanangkan rencana menculik AH Nasution untuk memaksa pemerintah mengganti pemimpin militer dan membubarkan parlemen.

Melansir dari buku Benny Moerdani yang Belum Terungkap via TribunJabar (grup TribunJatim.com), Zulkifli Lubis tidak bergerak sendiri.

Ia secara diam-diam menjalin kontak dengan perwira Divisi Siliwangi.

Tak hanya itu, Zulkifli Lubis berhasil membujuk Mayor Djaelani, Komandan RPKAD (sekarang dikenal dengan Kopassus) untuk bergabung.

Aloysius Sugiyanto yang saat itu menjadi perwira kepercayaan Mayor Djaelani menceritakan proses Benny Moerdani yang menangkap Komandan Kopassusnya sendiri.

Saat itu, Benny Moerdani memimpin Kompi A.

Sugiyanto mengatakan ia sering diutus dan terlibat dalam rapat rencana penculikan AH Nasution.

Suatu hari Zulkifli Lubis datang sendiri secara rahasia ke markas RPKAD di Batujajar, Bandung Barat.

Benny Moerdani tidak ada di Batujajar karena sakit dan harus dirawat berhari-hari.

"Dia dirawat di rumah sakit Cimahi," ucap Sugiyanto.

Setelah kedatangan Zulkifli Lubis ke Batujajar, terjadi keributan antara Kompi B dan Kompi A.

Sersan Kompi B mencari-cari mayor Djaelani.

Mereka ingin menangkap Djaelani dan perwira Kompi A yang terlibat rencana penculikan AH Nasution.

Suara senapan menyalak bersahut-sahutan.

Kapten Soepomo, mantan anggota RPKAD dari Kompi A juga datang mengendarai tank dari markas kavaleri di Bandung.

Namun, Mayor Djaelani yang dicari-cari itu tidak ada di Batujajar.

Ia tengah menghadiri acara di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) di Bandung.

Sugiyanto mengatakan Soepomo adalah otak penangkapan Djaelani.

Soepomo bekerjasama dnegan para juniornya di RPKAD termasuk Benny Moerdani.

Kemudian, Benny Moerdani datang ke markas RPKAD setelah sekian lama dirawat di rumah sakit.

Menurut Sugiyanto, Benny Moerdani sudah lama berencana menagkap komandannya itu.

Pada malam sebelum Djaelani berangkat ke SSKAD, Benny menawarkan diri mengawal kepergian Djaelani, namun ditolak.

"Benny ingin mengawal agar bisa menangkap Pak Djaelani," katanya.

Benny Moerdani bersama rekan-rekannya mengejar Djaelani ke SSKAD.

Di sana, ia dihadang oleh pasukan dari kesatuan lain.

Benny Moerdani yang masih perwira berusia 24 tahun itu nekat mendatangi acara yang dihadiri oleh petinggi tentara.

"Kami datang hanya ingin menemui Pak Djaelani," kata Benny saat dikepung pasukan.

Akhirnya, Benny Moerdani diizinkan masuk ke SSKAD dan menemui Djaelani.

Ia menceritakan situasi yang tidak beres di Batujajar.

Benny menyarankan kepada Mayor Djaelani agar situasi tersebut ditangani sendiri oleh RPKAD.

"Kan malu kalau harus minta bantuan pasukan lain," katanya.

Akhirnya Djaelani menyerahkan pistolnya kepada Benny tanpa bisa berkata apa-apa. (TribunJatim)

 

Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Kisah Benny Moerdani Ogah Dilatih Komandan Pertama Kopassus Idjon Djanbi, Membangkang karena Curiga

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved