KILAS SEJARAH
Kisah Polisi 'Andalan' Paspampres di Era Presiden Soekarno, Sang Proklamator Begitu Segan Padanya
Sosok pria 'pemberani' tersebut merupakan satu di antara pengawal Soekarno.
TRIBUNBATAM.id - Kisah Paspampres di setiap era kepresiden berbeda-beda. Masing-masing memiliki kisahnya sendiri.
Salah satunya Paspamres di Presiden Soekarno.
Dilansir dari Tribun Jatim, sosok polisi ini pernah menjadi andalan para paspampres di era Presiden Soekarno.
Namanya bisa jadi pelindung jika disebut ketika Soekarno sedang marah besar.
Siapakah sosok polisi itu?
• BPBD Benarkan Video Ikan Loncat ke Pantai Canggu, Jawab soal Kaitan Gempa Bali
• Ussy Sulistiawaty Dandan Tua Saat Makan di Hotel Mewah, Begini Respon Andhika Pratama
• Ramalan Zodiak Hari Rabu 17 Juli 2019, Gemini Posesif, Cancer Jaga Sikap, Capricorn Anggap Remeh
• Amien Rais Minta Masalah Saat Ini Disikapi Bijak: Jangan Seolah-olah Seperti Bencana Gempa Bumi
Seperti diketahui, Soekarno merupakan orang yang ditakuti dan disegani.
Tak hanya di Indonesia, nama Soekarno begitu dihormati oleh tokoh-tokoh dunia.
Sikapnya yang tegas membuat orang-orang segan terhadapnya.
Apalagi saat Soekarno marah, orang-orang terdekatnya sampai ketakutan.
Namun ternyata, ada satu di antara sosok yang terbiasa, dan bahkan disodorkan oleh para pengawal untuk meredakan amarah Soekarno saat Soekarno sedang gusar.
Sosok pria 'pemberani' tersebut merupakan satu di antara pengawal Soekarno.
Pasukan Cakrabirawa atau sekarang bernama Paspamres punya trik jitu untuk meredakan kemarahan Presiden Soekarno.
Saat Soekarno sedang marah besar tak seorang pun berani mendekat, termasuk Paspampres.
Hanya pria berprofesi sebagai polisi inilah yang disodorkan setiap kali Soekarno 'ngamuk'.

Maulani Saelan satu di antara pengawal Soekarno menceritakan bagaimana saat Soekarno marah.
Dilansir dari Intisari (grup TribunJatim.com) via TribunJambi, Maulwi Saelan dalam buku Maulani Saelan Penjaga Terakhir Soekarno menceritakan Soekarno sangat akrab dengan para pengawalnya.
Soekarno suka mengobrol dan bahkan diskusi tentang topik apa saja.
Mengobrol santai memang menjadi kesenangan tersendiri bagi Soekarno.
Obrolan santai Soekarno dengan para personel Paspampres biasa dilakukan di mana saja.
Seperti ketika sedang berada di Istana Negara, Istana Bogor, bahkan ketika Soekarno bersama para Paspampres sedang melakukan kunjungan ke luar negeri.
Materi yang diobrolkan Soekarno juga beragam mulai dari lelucon, karya seni, politik, dan perempuan.
Meskipun hampir semua anggota Cakrabirawa merasa nyaman ketika mengobrol dengan Soekarno, mereka juga ketakutan ketika Soekarno sedang marah besar.
Sewaktu marah Soekarno akan memaki-maki tanpa pandang bulu dan tanpa tedeng aling-aling terhadap siapa saja yang ada di dekatnya.
Biasanya kalau sedang marah besar Soekarno lebih suka memaki-maki menggunakan Bahasa Belanda atau Bahasa Inggris dibandingkan menggunakan Bahasa Indonesia.
Satu-satunya ajudan yang berani menghadap Soekarno ketika sedang marah bukan dari personel Cakrabirawa tapi dari kepolisian.
Nama ajudan ini adalah Prihatin.
Dalam Bahasa Jawa kata “prihatin” mencerminkan orang yang selalu “tabah dan prihatin”.
Maka jika Soekarno sedang marah besar, Cakrabirawa selalu menyodorkan Prihatin sebagai tameng.
Soekarno sendiri sudah paham terhadap “taktik konyol” Cakrabirawa itu.
Suatu kali ketika sedang beristiahat di Istana Tampaksiring Bali, Soekarno berkata kepada para personel Cakrabirawa.
“Kamu orang itu terlalu. Ketika saya sedang marah, selalu Prihatin yang kau suruh menghadap. Dia sering saya semprot dan saya tahu dia tidak salah. Saya merasa kasihan sama Prihatin. Lha mbok kalau saya sedang marah, yang disuruh menghadap saya seorang wanita cantik dengan membawa map surat-surat yang harus saya tanda tangani, kan saya tidak jadi marah.” kata Soekarno.
Artikel ini pernah tayang di TribunJambi.

Tak Terekspos, Sosok Wanita yang Menolak Cinta Soekarno, Sang Putri Keraton yang Ogah Dipoligami
Namanya mungkin tak terlalu familiar di telinga masyarakat Indonesia.
Meski ternyata, semangat dan pandangan hidup dari sosok putri keraton ini sangat menginspirasi untuk setiap generasi.
Bahkan hingga Gusti Noeroel meninggal dunia, semangatnya tetap bisa diadaptasi untuk perempuan generasi sekarang.
Gusti Noeroel adalah anak tunggal putra adipati Keraton Jawa Kota Solo, Praja Mangkunagaran, KGPAA Mangkoenagoro VII, dari permaisurinya, Gusti Kanjeng Ratu Timoer.
Namun, Gusti Noeroel bukanlah putri keraton biasa.
Kisahnya pun ada di museum Ullen Sentalu di Yogyakarta.
Foto-foto dan cerita tentang Gusti Noeroel yang dipaparkan dan dipampangkan memang sangat mengesankan.
Di usia 15 tahun, ia sudah terbang ke Belanda untuk menari di acara pernikahan anak Ratu Wilhelmina.
Dari situ, pemberitaan tentang dirinya pun mulai dilirik oleh media massa internasional.

Dilansir NOVA pada 15 November 2015 lalu, ia adalah sosok perempuan yang memiliki paras sangat rupawan, modis dalam berpakaian serta berani bereksperimen, dan yang tak kalah mengagumkan adalah ia berpikiran sangat bijaksana dan modern.
Bagaimana tidak, perempuan di era tersebut bisa disebut sulit mendapatkan jodoh ketika di usia 20 tahun belum juga menikah.
Namun, ia memilih untuk tetap pada pendiriannya, yaitu belum menikah.
Bukan karena tak ada pria yang hendak meminangnya.
Bahkan, rumor mengatakan bahwa tokoh-tokoh sejarah mulai dari Soekarno, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, hingga Sutan Sjahrir, terpesona oleh kecantikan dan kepandaiannya.
Hal ini pun dijelaskan dalam panduan tur museum Ullen Sentanu, serta ditulis oleh Edi Sembiring, blogger yang menuliskan ulasan tentang Gusti Noeroel.
Namun, Gusti Noeroel tetap menolak para pembesar tersebut karena satu alasan.
Gusti Noeroel tak ingin dipoligami. (***)
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Sosok Polisi 'Andalan' Paspampres Saat Presiden Soekarno Marah Besar, Buat Sang Proklamator Tak Tega