Perang Dagang AS vs China Masih Momok, Pelemahan Ekonomi Global Diperkirakan Berlanjut

Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters, Jumat (26/7/2019), 500 ekonom masih khawatir pada memanasnya perang dagang antara AS vs China

Thinkstock.com/andriano_cz
Ilustrasi perang dagang 

Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya juga mengatakan pertumbuhan ekonomi global saat ini masih lemah.

Dikutip dari laman IMF, pertumbuhan ekonomi global diharapkan mencapai 3,2% di tahun 2019 dan 3,5% di tahun 2020.

Perkiraan tersebut turun 0,1% dari perkiraan bulan April. Bahkan ini tercatat sebagai penurunan peringkat keempat sejak Oktober.

IMF memperingatkan, berlarutnya perang dagang Amerika Serikat (AS)-China dan pro-kontra Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa) dapat semakin memperlambat pertumbuhan, melemahkan investasi, dan mengganggu rantai pasokan.

Data ekonomi tahun ini dan pelunakan inflasi menunjukkan pada aktivitas yang lebih lemah dari perkiraan. Dengan ketegangan perang dagang dan meningkatnya tekanan disinflasi menimbulkan risiko di masa depan.

IMF juga memangkas perkiraan pertumbuhan perdagangan global sebesar 0,9 poin persentase menjadi 2,5% pada tahun 2019.

Perdagangan harus pulih dan tumbuh sebesar 3,7% pada tahun 2020, sekitar 0,2 poin lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya.

Namun pertumbuhan volume perdagangan turun menjadi sekitar 0,5% pada kuartal pertama, paling lambat sejak 2012 dengan perlambatan terutama memukul negara-negara Asia yang sedang berkembang.

Volume perdagangan global turun 2,3% antara Oktober dan April, penurunan enam bulan paling tajam sejak 2009, ketika dunia berada di tengah-tengah Resesi Hebat, menurut perkiraan Biro Analisis Kebijakan Ekonomi Belanda (CPB).

Kepala ekonom IMF Gita Gopinath mengatakan ekonomi global berada di "persimpangan yang rapuh". Negara-negara harus menahan diri untuk tidak mengenakan tarif untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan bilateral atau untuk menyelesaikan ketidaksepakatan internasional.

"Risiko penurunan utama terhadap prospek tetap eskalasi ketegangan perdagangan dan teknologi yang dapat secara signifikan mengganggu rantai pasokan global," katanya.

Risiko signifikan lainnya termasuk perlambatan kejutan di Tiongkok, kurangnya pemulihan di kawasan zona euro, Brexit yang tidak ada kesepakatan dan meningkatnya ketegangan geopolitik.

Lambat Hingga 2020

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, pertumbuhan ekonomi global tahun ini jelas masih lemah. Bahkan hingga tahun depan masih dalam tren slow down.

"Memang perang dagang ini salah satu faktor yang besar. Negara jadi mengurangi perdagangan. Bukan hanya ke Amerika dan Cina, tetapi ke negara-negara lain. Mereka jadi lebih protektif. Hal itu yang menyebabkan perekonomian dunia lesu," kata Faisal pada Rabu (24/7).

Sumber: Kontan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved